Gak terasa, akhir pekan akan segera berakhir. Seperti biasanya setiap kali akhir pekan tiba, aku selalu dalam kesendirian layaknya seorang jomblo. Namun mau bagaimana lagi, kenyataan memang sudah demikian, di mana si do'i berada jauh di seberang sana dan gak mungkin untuk bertemu. Untung saja, mainan baru yang sedikit membantu mengurangi kesendirianku selama ini. Apalagi kalau bukan blog tercinta ini.
Lewat blog ini, aku bisa menumpahkan semua rasa yang membuat galau. Tentu saja dengan cara yang masih wajar, walaupun kadang-kadang sedikit lebay. Tapi setidaknya setelah itu aku kembali merasa ploong layaknya iklan sprite. Sebelum akhir pekan berakhir, aku akan akan menumpahkan kegalauan yang menganjal, di mana khusus ditujukan kepada pemerintah.
Tulisan ini sebenarnya adalah tulisan lama, namun aku hadirkan kembali berhubung blog yang lama passwordnya aku lupa. Tema yang aku angkat adalah mengenai "Disabilitas" yang selama ini masih sedikit tersisihkan dalam kehidupan sosial. Untuk lebih lengkapnya, yuk simak ulasan di bawah ini.
Tulisan ini sebenarnya adalah tulisan lama, namun aku hadirkan kembali berhubung blog yang lama passwordnya aku lupa. Tema yang aku angkat adalah mengenai "Disabilitas" yang selama ini masih sedikit tersisihkan dalam kehidupan sosial. Untuk lebih lengkapnya, yuk simak ulasan di bawah ini.
* * *
Sebelum melangkah lebih jauh, gak ada salahnya kalau saya mencoba
menjelaskan dulu mengenai apa itu disabilitas. Disabilitas
atau Cacat dapat bersifat fisik,
kognitif, mental, sensorik, emosional, perkembangan atau beberapa kombinasi
dari ini. Dengan kata lain disabilitas disebut sebagai penyandang cacat.
Logo Penyandang Disabilitas Dunia |
a. Penyandang cacat fisik;
b. Penyandang cacat mental;
c. Penyandang cacat fisik dan mental.
Berbicara masalah disabilitas dan fasilitas umum mungkin bukanlah hal yang baru lagi buat kita semua. Mengapa? Karena ini semua ada di lingkungan sekitar kita dan setiap hari kita berhadapan dengan hal demikian. Lantas apa hubungannya disabilitas dan fasilitas umum. Namanya fasilitas umum sudah pasti untuk semua dan tidak memandang bulu antara si miskin dan kaya, berkuasa atau pun tidak.
Berbicara masalah disabilitas dan fasilitas umum mungkin bukanlah hal yang baru lagi buat kita semua. Mengapa? Karena ini semua ada di lingkungan sekitar kita dan setiap hari kita berhadapan dengan hal demikian. Lantas apa hubungannya disabilitas dan fasilitas umum. Namanya fasilitas umum sudah pasti untuk semua dan tidak memandang bulu antara si miskin dan kaya, berkuasa atau pun tidak.
Sadar atau tidak, fasilitas umum di negeri ini mulai berkurang
dan kalau pun ada kebanyakan di luar dari kata nyaman. Anehnya lagi, itu semua
sudah di anggap sebagai hal yang wajar-wajar saja dan tidak mau ambil pusing
atas semua kebiasaan itu. Lalu, bagaimana dengan mereka yang menjadi penyandang
cacat yang memiliki segala keterbatasan. Apakah pernah memikirkan mereka semua?
Mereka juga layaknya seperti kita yang normal, ingin berekspresi, ingin bebas
dalam beraktifitas di ruang publik dan ingin sampai ke tempat yang mereka tuju
tanpa hambatan sedikit pun di setiap fasilitas umum yang mereka lalui.
Coba bayangkan, jika kita yang berada di posisi mereka yang
menjadi penyandang cacat. Dengan segala keterbatasan kita ingin bepergian dan
harus melewati ruang publik yang masih jauh dari nyaman. Bukan tidak mungkin
terjeblos ke lubang trotoar atau terjerembab ke selokan yang tidak memiliki
penutup, alangkah sulitnya bila kita ingin melewati jembatan dengan tangga
berundak, atau mungkin ketika ingin naik transportasi umum dan pintunya tak muat
untuk dimasuki kursi roda yang kita pakai. Bayangkan juga kita
kehilangan fungsi pendengaran dan bicara atau disabilitas rungu/wicara, bukan
soal mudah ketika harus bepergian tanpa ada teks petunjuk di ruang publik dan
tak seorang pun mengerti bahasa isyarat.
Pernahkah
pemerintah berpikir untuk membantu mengatasi masalah yang mereka alami? Setiap dekat
pemilihan kepala daerah, kita selalu mendengar janji-janji yang mereka
sampaikan. Tapi apakah kita pernah mendengar mereka berjanji untuk membantu
para penyandang disabilitas? Buru-buru penyandang disabilitas yang dipikirkan,
kita saja yang normal kebanyakan hanya mendapat janji belaka demi mendongkrak
suara mereka dalam pemilihan. Setiap tahun diadakan pelebaran jalan atau
penambahan jalan demi menghindari macet “katanya” tanpa kita atau pemerintah
sadari jalan untuk mereka yang menjadi
penyandang cacat telah di rebut secara perlahan-lahan.
Walaupun mereka
penyandang disabilitas, mereka juga ingin seperti manusia normal lainnya. Mereka
juga ingin mendapatkan kenyamanan dan akses fasilitas publik. Lantas pada siapa
kita akan mengadu? Pemerintah yang kita harapkan malah mengabaikan kewajibannya
untuk menyediakan fasilitas publik yang nyaman dan memadai bagi warganya. Apakah
pemerintah gak pernah berpikir kalau penyandang disabilitas adalah bagian dari warga Negara
yang mereka pimpin?
Sampai
kapan kita akan menunggu kesadaran dari pemerintah akan semua permasalahan ini,
sedangkan mereka sendiri kadang sok cuek dan gak peduli. Selain itu selama ini,
sebagian besar penyandang disabilitas belum atau kurang menyadari akan hak
mereka untuk menikmati fasilitas umum. Mereka tidak banyak menuntut bahkan
cenderung menerima kondisi mereka saat ini. Namun jika kita menunggu kesadaran
mereka akan hak yang selama ini hilang, maka kesetaraan tidak akan pernah
terjadi. Kembali pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997
tentang penyandang disabilitas bertujuan untuk :
- Upaya peningkatan kesejahteraan social penyandang disabilitas berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
- Setiap penyandang disabilitas mempunyai kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.
Cukup jelas tertulis bahwa mereka
juga berhak memiliki kesamaan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.
Lalu, bagaimana dengan
fasilitas publik di daerah kita masing-masing sobat blog. Apakah sudah layak dan
nyaman atau malah sebaliknya? Sebagai contoh, di daerah saya kuliah sendiri
masih jauh dari layak dan nyaman. Kenapa saya berkata demikian. Di daerah saya
kuliah jalur trotoar saja masih kurang, padahal itu semua harusnya ada untuk
para pejalan kaki. Nah, bagaimana dengan fasilitas untuk penyandang
disabilitas, bisa anda bayangkan sendiri. Belum lagi jembatan layang untuk penyeberangan,
itu semua masih bisa dihitung jumlahnya dengan jari.
Saya hanya berharap, semoga saja pemerintah terketuk hatinya dan lebih peka lagi terhadap lingkungan sekitarnya. Terlebih lagi menyangkut impian para disabilitas yang ingin juga merasakan fasilitas publik yang nyaman dan memadai seperti yang kebanyakan di nikmati orang normal.
Saya hanya berharap, semoga saja pemerintah terketuk hatinya dan lebih peka lagi terhadap lingkungan sekitarnya. Terlebih lagi menyangkut impian para disabilitas yang ingin juga merasakan fasilitas publik yang nyaman dan memadai seperti yang kebanyakan di nikmati orang normal.
Makassar, 14 Juni 2015
setuju sekali mas, kita yang normal saja tidak diperhatikan, bagaimana dengan yang disabilitas? Sebaiknya pemerintah tidak hanya berjanji-janji kosong, tetapi diimplementasikan, seperti membangun fasilitas publik yang nyaman, tentunya kita kasihan jika melihat penyandang disabilitas tidak diutamakan, meski penyandang disabilitas tetap ingin diperlakukan sama
BalasHapusYah... begitulah kalau yang di pikirkan hanya untuk mengeruk suara saat kampanye. Setelah menang hanya memikirkan modal balik kembali, berharap bisa dapat untung juga.
HapusHehehe... benar bangad bro. Mau bagaimana lagi, kebanyakan pemerintah menjalankan program berbasis proyek bukan pada kebutuhan rakyatnya.
BalasHapussaya tidak mendengar pemerintah menjanjikan untuk para disabilitas, yang ada hanya omongan saja :D
BalasHapusJanji kok, sampai ada tunanetra bikin petisi di change.org karena kecewa dan nuntut janji
HapusYa... kebanyakan janjinya hanya sebatas omongan saja. Kalau pun ada yang memperhatikan para disabilitas, pasti itu gak terlalu banyak alias masih bisa di hitung jumlahnya.
HapusWah... baru tahu kalau ternyata pernah di buatkan petisi juga di change[dot]org.
HapusYa
Hapusoh gitu
Smoga kebututuhan n keinginan para disabilitas lebih diperhatikan dan dipenuhi amin..
BalasHapusSemoga saja.
Hapussemoga saja pemerintah bisa lebih meningkatkan lagi fasilitas untuk penyandang disabilitas, karena saya rasa pemerintah kurang begitu memperhatikan akan penyandang disabilitas
BalasHapusSaya pun mengharapkan demikian, semoga saja. Di perhatikan sih, tapi masih sangat minim dan masih tersisihkan kalau di perhatikan.
HapusKayaknya pemerintah pekanya sama urusan mereka sendiri.
BalasHapusSemoga impian para disabilitas bisa diwujudkan oleh pemerintah ya. Walaupun sedikit demi sedikit, yang penting keliatan kalau mereka dipedulikan :)
Nah... itu yang di harapkan. Walaupun sedikit demi sedikit, asalkan ada hasilnya.
HapusAmin
BalasHapusPernah, tapi aku baru dari ide lomba bloh jadi aku tuang di blogspot dan kompasiana
Sulit sekali untuk mandiri seutuhnya,
Saya disabilitas tunanetra
Buat keluar saja di gosipin yang gak gak bahkan diteror 2x malam dan hari ini ada parodi anak kecil
Masih mimpi biar aq nyaman
Buat nyari relawan baca Ya Allah sulitnya bukan main, program aplikasi penggantipun belum sempurna
Masih mimpi bagiku diterima dengan support
sehingga buat aq sedih tapi berusaha terus semampuku
Buat naik angkotpun gitu
enggan pada minggir dan menyapa
Jangan mbak Tyaseta, saya saja yang masih normal kadang mendapatkan perlakuan yang tidak dari sekeliling. Contoh kecil kalau lagi berbelanja di supermarket, pernah tuh lumayan lama baru dilayaninnya gara-gara di kira gak punya duit dan tampang saya yang pas-pasan waktu belanja banyak. Padahal saya berdiri dihadapan kasirnya.
HapusApanya yang jangan mas? Ide buat lomba?
HapusSorry... maksud saya "jangankan" Mbak Tyaseta. Makasih udah di ingatin kesalahan dari penulisan saya. Jadi salah paham deh.
HapusOooh
Hapusya ga papa
Hehehe... jadi malu dah.
HapusWaktu dulu di bus, aq dengar cerita,
BalasHapusSediiih dengernya
Ada nenek pengguna kursi rida
Ditolak angkutan umum,
Ditolaknya sering dicaci maki
Dan setelah datang ke lembaga hukum buat bahas ini, ternyata ini banyak dialami tyna daksa/pengguna kursi roda
Kita sendiri yang harus bergerak
Betul mbak, harus memulai dari diri sendiri dan menunjukkan kepada mereka, kalau para disabilitas layak untuk di terima di lingkungan orang-orang normal.
HapusMas, maaf itu gambar apa ya? Bisa kasi penjelasan?
BalasHapusItu gambar orang yang menggunakan kursi roda. Kebetulan tulisan ini pernah aku ikutkan di lomba yang di adakan Kartunet[dot]com yang bekerja sama dengan XL Axiata. Lombanya tahun 2013 dengan tema "Kartunet Kampanye Aksesbilitas Tanpa Batas".
HapusOooh wah, menang ka?
HapusHehehe... gak menang. Tapi udah lega bisa ngeluarin isi hati ke dalam tulisan. Kebetulan juga masih tahap belajar menulis di blog waktu itu.
HapusOooh
HapusNah ini UU nya kemungkinan berubah, yang jelas aktifis disabilitas mental ga diundang saat buat rancangan UU Disabilitas di dpr.
BalasHapusDari situ saja masi diskriminasi
Dari beberapa saat lalu aku dapati RUU itu ke fisik saja, soalnya ada braille. Ini aku baca melalui link yang dikasi fanpage Kartunet.
Seharusnya disabilitas luas kan?
Semoga diperluas yaaa
Kalau soal perubahan Undang-Undang, aku belum terlalu begitu tahu. Kebetulan tulisan ini merupakan tulisan 2 tahun lalu yang aku ikutkan di lomba yang di adakan Kartunet dengan tema "Kartunet Kampanye Aksesbilitas Tanpa Batas", yang bekerja sama dengan XL Axiata.
HapusYa... Semoga saja pemahaman mengenai disabilitas semakin di perluas.
Ooh gitu
HapusAmin
hehehe...
HapusAmiiin... juga.
wah sungguh artikel sangat inspiratif banget. dengan mengetahui dan singkapan mimpi mereka seyogyanya kita wujudkan untuk mereka
BalasHapusYa benar sekali, seharusnya impian mereka kita wujudkan.
HapusSaya jadi ingat acara baksos dengan kaum difabel akhir tahun lalu mas. Mereka, kaum difabel ini gak suka dikasihani. Mereka inginnya diperlakukan sama. Dan fasilitas umum memang masih banyak banget yang gak membantu mereka.
BalasHapusMalah kalau aku perhatikan, kaum difabel lebih kuat keinginannya untuk mandiri daripada orang yang normal.
HapusYa benar, fasilitas umum masih banyak yang belum memadai untuk kaum difabel.