Minggu, 14 Juni 2015

Menyingkap Impian Para Disabilitas

Gak terasa, akhir pekan akan segera berakhir. Seperti biasanya setiap kali akhir pekan tiba, aku selalu dalam kesendirian layaknya seorang jomblo. Namun mau bagaimana lagi, kenyataan memang sudah demikian, di mana si do'i berada jauh di seberang sana dan gak mungkin untuk bertemu. Untung saja, mainan baru yang sedikit membantu mengurangi kesendirianku selama ini. Apalagi kalau bukan blog tercinta ini.

Lewat blog ini, aku bisa menumpahkan semua rasa yang membuat galau. Tentu saja dengan cara yang masih wajar, walaupun kadang-kadang sedikit lebay. Tapi setidaknya setelah itu aku kembali merasa ploong layaknya iklan sprite. Sebelum akhir pekan berakhir, aku akan akan menumpahkan kegalauan yang menganjal, di mana khusus ditujukan kepada pemerintah.

Tulisan ini sebenarnya adalah tulisan lama, namun aku hadirkan kembali berhubung blog yang lama passwordnya aku lupa. Tema yang aku angkat adalah mengenai "Disabilitas" yang selama ini masih sedikit tersisihkan dalam kehidupan sosial. Untuk lebih lengkapnya, yuk simak ulasan di bawah ini.

* * *
Sebelum melangkah lebih jauh, gak ada salahnya kalau saya mencoba menjelaskan dulu mengenai apa itu disabilitas. Disabilitas atau Cacat dapat bersifat fisik, kognitif, mental, sensorik, emosional, perkembangan atau beberapa kombinasi dari ini. Dengan kata lain disabilitas disebut sebagai penyandang cacat.

Logo Penyandang Disabilitas Dunia
 Penyandang Cacat menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997 adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya, yang terdiri dari :
a. Penyandang cacat fisik;
b. Penyandang cacat mental;
c. Penyandang cacat fisik dan mental.

Berbicara masalah disabilitas dan fasilitas umum mungkin bukanlah hal yang baru lagi buat kita semua. Mengapa? Karena ini semua ada di lingkungan sekitar kita dan setiap hari kita berhadapan dengan hal demikian. Lantas apa hubungannya disabilitas dan fasilitas umum. Namanya fasilitas umum sudah pasti untuk semua dan tidak memandang bulu antara si miskin dan kaya, berkuasa atau pun tidak.

Sadar atau tidak, fasilitas umum di negeri ini mulai berkurang dan kalau pun ada kebanyakan di luar dari kata nyaman. Anehnya lagi, itu semua sudah di anggap sebagai hal yang wajar-wajar saja dan tidak mau ambil pusing atas semua kebiasaan itu. Lalu, bagaimana dengan mereka yang menjadi penyandang cacat yang memiliki segala keterbatasan. Apakah pernah memikirkan mereka semua? Mereka juga layaknya seperti kita yang normal, ingin berekspresi, ingin bebas dalam beraktifitas di ruang publik dan ingin sampai ke tempat yang mereka tuju tanpa hambatan sedikit pun di setiap fasilitas umum yang mereka lalui.

Coba bayangkan, jika kita yang berada di posisi mereka yang menjadi penyandang cacat. Dengan segala keterbatasan kita ingin bepergian dan harus melewati ruang publik yang masih jauh dari nyaman. Bukan tidak mungkin terjeblos ke lubang trotoar atau terjerembab ke selokan yang tidak memiliki penutup, alangkah sulitnya bila kita ingin melewati jembatan dengan tangga berundak, atau mungkin ketika ingin naik transportasi umum dan pintunya tak muat untuk dimasuki kursi roda yang kita pakai. Bayangkan juga kita kehilangan fungsi pendengaran dan bicara atau disabilitas rungu/wicara, bukan soal mudah ketika harus bepergian tanpa ada teks petunjuk di ruang publik dan tak seorang pun mengerti bahasa isyarat.

Pernahkah pemerintah berpikir untuk membantu mengatasi masalah yang mereka alami? Setiap dekat pemilihan kepala daerah, kita selalu mendengar janji-janji yang mereka sampaikan. Tapi apakah kita pernah mendengar mereka berjanji untuk membantu para penyandang disabilitas? Buru-buru penyandang disabilitas yang dipikirkan, kita saja yang normal kebanyakan hanya mendapat janji belaka demi mendongkrak suara mereka dalam pemilihan. Setiap tahun diadakan pelebaran jalan atau penambahan jalan demi menghindari macet “katanya” tanpa kita atau pemerintah sadari jalan untuk mereka yang  menjadi penyandang cacat telah di rebut secara perlahan-lahan.

Walaupun mereka penyandang disabilitas, mereka juga ingin seperti manusia normal lainnya. Mereka juga ingin mendapatkan kenyamanan dan akses fasilitas publik. Lantas pada siapa kita akan mengadu? Pemerintah yang kita harapkan malah mengabaikan kewajibannya untuk menyediakan fasilitas publik yang nyaman dan memadai bagi warganya. Apakah pemerintah gak pernah berpikir kalau penyandang disabilitas adalah bagian dari warga Negara yang mereka pimpin?

Sampai kapan kita akan menunggu kesadaran dari pemerintah akan semua permasalahan ini, sedangkan mereka sendiri kadang sok cuek dan gak peduli. Selain itu selama ini, sebagian besar penyandang disabilitas belum atau kurang menyadari akan hak mereka untuk menikmati fasilitas umum. Mereka tidak banyak menuntut bahkan cenderung menerima kondisi mereka saat ini. Namun jika kita menunggu kesadaran mereka akan hak yang selama ini hilang, maka kesetaraan tidak akan pernah terjadi. Kembali pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1997 tentang penyandang disabilitas bertujuan untuk :
  • Upaya peningkatan kesejahteraan social penyandang disabilitas berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
  • Setiap penyandang disabilitas mempunyai kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.
Cukup jelas tertulis bahwa mereka juga berhak memiliki kesamaan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.

Lalu, bagaimana dengan fasilitas publik di daerah kita masing-masing sobat blog. Apakah sudah layak dan nyaman atau malah sebaliknya? Sebagai contoh, di daerah saya kuliah sendiri masih jauh dari layak dan nyaman. Kenapa saya berkata demikian. Di daerah saya kuliah jalur trotoar saja masih kurang, padahal itu semua harusnya ada untuk para pejalan kaki. Nah, bagaimana dengan fasilitas untuk penyandang disabilitas, bisa anda bayangkan sendiri. Belum lagi jembatan layang untuk penyeberangan, itu semua masih bisa dihitung jumlahnya dengan jari. 

Saya hanya berharap, semoga saja pemerintah terketuk hatinya dan lebih peka lagi terhadap lingkungan sekitarnya. Terlebih lagi menyangkut impian para disabilitas yang ingin juga merasakan fasilitas publik yang nyaman dan memadai seperti yang kebanyakan di nikmati orang normal.

Makassar, 14 Juni 2015

36 komentar:

  1. sekarang kelihatan nyata, fasilitas untuk para difabel seperti kurang diperhatikan. jangankan tuk para difabel,untuk orang normal saja tidak banyak ruang bergerak seperti jalan di tempat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe... benar bangad bro. Mau bagaimana lagi, kebanyakan pemerintah menjalankan program berbasis proyek bukan pada kebutuhan rakyatnya.

      Hapus
  2. setuju sekali mas, kita yang normal saja tidak diperhatikan, bagaimana dengan yang disabilitas? Sebaiknya pemerintah tidak hanya berjanji-janji kosong, tetapi diimplementasikan, seperti membangun fasilitas publik yang nyaman, tentunya kita kasihan jika melihat penyandang disabilitas tidak diutamakan, meski penyandang disabilitas tetap ingin diperlakukan sama

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yah... begitulah kalau yang di pikirkan hanya untuk mengeruk suara saat kampanye. Setelah menang hanya memikirkan modal balik kembali, berharap bisa dapat untung juga.

      Hapus
  3. saya tidak mendengar pemerintah menjanjikan untuk para disabilitas, yang ada hanya omongan saja :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Janji kok, sampai ada tunanetra bikin petisi di change.org karena kecewa dan nuntut janji

      Hapus
    2. Ya... kebanyakan janjinya hanya sebatas omongan saja. Kalau pun ada yang memperhatikan para disabilitas, pasti itu gak terlalu banyak alias masih bisa di hitung jumlahnya.

      Hapus
    3. Wah... baru tahu kalau ternyata pernah di buatkan petisi juga di change[dot]org.

      Hapus
  4. Smoga kebututuhan n keinginan para disabilitas lebih diperhatikan dan dipenuhi amin..

    BalasHapus
  5. semoga saja pemerintah bisa lebih meningkatkan lagi fasilitas untuk penyandang disabilitas, karena saya rasa pemerintah kurang begitu memperhatikan akan penyandang disabilitas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya pun mengharapkan demikian, semoga saja. Di perhatikan sih, tapi masih sangat minim dan masih tersisihkan kalau di perhatikan.

      Hapus
  6. Kayaknya pemerintah pekanya sama urusan mereka sendiri.
    Semoga impian para disabilitas bisa diwujudkan oleh pemerintah ya. Walaupun sedikit demi sedikit, yang penting keliatan kalau mereka dipedulikan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah... itu yang di harapkan. Walaupun sedikit demi sedikit, asalkan ada hasilnya.

      Hapus
  7. Amin
    Pernah, tapi aku baru dari ide lomba bloh jadi aku tuang di blogspot dan kompasiana
    Sulit sekali untuk mandiri seutuhnya,
    Saya disabilitas tunanetra
    Buat keluar saja di gosipin yang gak gak bahkan diteror 2x malam dan hari ini ada parodi anak kecil
    Masih mimpi biar aq nyaman
    Buat nyari relawan baca Ya Allah sulitnya bukan main, program aplikasi penggantipun belum sempurna

    Masih mimpi bagiku diterima dengan support
    sehingga buat aq sedih tapi berusaha terus semampuku

    Buat naik angkotpun gitu
    enggan pada minggir dan menyapa


    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan mbak Tyaseta, saya saja yang masih normal kadang mendapatkan perlakuan yang tidak dari sekeliling. Contoh kecil kalau lagi berbelanja di supermarket, pernah tuh lumayan lama baru dilayaninnya gara-gara di kira gak punya duit dan tampang saya yang pas-pasan waktu belanja banyak. Padahal saya berdiri dihadapan kasirnya.

      Hapus
    2. Sorry... maksud saya "jangankan" Mbak Tyaseta. Makasih udah di ingatin kesalahan dari penulisan saya. Jadi salah paham deh.

      Hapus
    3. Hehehe... jadi malu dah.

      Hapus
  8. Waktu dulu di bus, aq dengar cerita,
    Sediiih dengernya
    Ada nenek pengguna kursi rida
    Ditolak angkutan umum,
    Ditolaknya sering dicaci maki
    Dan setelah datang ke lembaga hukum buat bahas ini, ternyata ini banyak dialami tyna daksa/pengguna kursi roda
    Kita sendiri yang harus bergerak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul mbak, harus memulai dari diri sendiri dan menunjukkan kepada mereka, kalau para disabilitas layak untuk di terima di lingkungan orang-orang normal.

      Hapus
  9. Mas, maaf itu gambar apa ya? Bisa kasi penjelasan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu gambar orang yang menggunakan kursi roda. Kebetulan tulisan ini pernah aku ikutkan di lomba yang di adakan Kartunet[dot]com yang bekerja sama dengan XL Axiata. Lombanya tahun 2013 dengan tema "Kartunet Kampanye Aksesbilitas Tanpa Batas".

      Hapus
    2. Hehehe... gak menang. Tapi udah lega bisa ngeluarin isi hati ke dalam tulisan. Kebetulan juga masih tahap belajar menulis di blog waktu itu.

      Hapus
  10. Nah ini UU nya kemungkinan berubah, yang jelas aktifis disabilitas mental ga diundang saat buat rancangan UU Disabilitas di dpr.
    Dari situ saja masi diskriminasi

    Dari beberapa saat lalu aku dapati RUU itu ke fisik saja, soalnya ada braille. Ini aku baca melalui link yang dikasi fanpage Kartunet.

    Seharusnya disabilitas luas kan?

    Semoga diperluas yaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau soal perubahan Undang-Undang, aku belum terlalu begitu tahu. Kebetulan tulisan ini merupakan tulisan 2 tahun lalu yang aku ikutkan di lomba yang di adakan Kartunet dengan tema "Kartunet Kampanye Aksesbilitas Tanpa Batas", yang bekerja sama dengan XL Axiata.

      Ya... Semoga saja pemahaman mengenai disabilitas semakin di perluas.

      Hapus
    2. hehehe...
      Amiiin... juga.

      Hapus
  11. wah sungguh artikel sangat inspiratif banget. dengan mengetahui dan singkapan mimpi mereka seyogyanya kita wujudkan untuk mereka

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya benar sekali, seharusnya impian mereka kita wujudkan.

      Hapus
  12. Saya jadi ingat acara baksos dengan kaum difabel akhir tahun lalu mas. Mereka, kaum difabel ini gak suka dikasihani. Mereka inginnya diperlakukan sama. Dan fasilitas umum memang masih banyak banget yang gak membantu mereka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Malah kalau aku perhatikan, kaum difabel lebih kuat keinginannya untuk mandiri daripada orang yang normal.

      Ya benar, fasilitas umum masih banyak yang belum memadai untuk kaum difabel.

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...