Dalam beberapa minggu terakhir ini, Indonesia di uji dengan berbagai kasus yang menghebohkan. Kasus tersebut seperti kekisruhan calon tunggal Kapolri dan polemik tentang penangkapan Bambang Wijayanto. Yang mana pada akhirnya merambat menjadi lebih besar sampai ke institusi masing-masing, yakni KPK VS POLRI. Bahkan sempat menjadi guyonan sebagai Cicak VS Buaya VS Kebun Binatang. Entah apa maksud dari guyonan tersebut.
Ujian selanjutnya adalah tentang kasus gembong narkoba yang di vonis dengan hukuman mati. Kali yang memancing polemik bukan lagi dari dalam negeri. Akan tetapi, berasal dari negara tetangga (Australia) yang seperti tidak terima akan vonis hukuman mati tersebut. Melalui Perdana Menterinya Toni Abbot, menentang vonis hukuman mati yang telah di jatuhkan sejak 2006. Namun entah mengapa sampai sekarang belum juga di eksekusi.
Toni Abbot berpendapat bahwa vonis hukuman mati merupakan tindakan yang melanggar HAM. Namun sepertinya PM Australia tersebut tidak berpikir bahwa penyalahgunaan narkoba juga merupakan bagian dari melanggar HAM. Bahkan lebih fatal dampaknya karena bisa meracuni ribuan bahkan ratusan ribu jiwa untuk jangka yang lebih panjang dan bisa berpengaruh terhadap kemajuan suatu negara.
Di sisi lain, Toni Abbot mencoba mempengaruhi pemerintah dengan menyinggung soal bantuan sosial sewaktu Tsunami melanda Indonesia bagian barat, yang tepatnya berlokasi di Aceh. Toni Abbot menginginkan balas budi atas bantuan tersebut. Namun lagi-lagi setelah di telusuri, ternyata hanya 1/10 yang sampai ke Indonesia. Dan itu di benarkan oleh pemimpin organisasi dunia yang bergerak dalam penanganan masalah sosial.
Setelah kasus itu mereda, muncul lagi kasus baru yang baru-baru ini berhasil menembus menjadi trending topic dunia. Apalagi kalau bukan kasus Haji Lulung VS Gubernur DKI yaitu Ahok. Pasti semua sudah pada tahu dan mungkin lebih paham lagi daripada saya yang mengikutinya hanya lewat media online saja, seperti Facebook, Twitter, Kompas, dan semacamnya.
Namun dibalik semua kasus tersebut, ada satu hal yang menarik perhatian. Bukan mengenai masalah kasus yang ramai di bicarakan atau pun trending topicnya. Akan tetapi, hal lain yang menjadikannya trending topic sehingga selalu ramai untuk di perbincangkan. Siapa lagi kalau bukan netizen?
Bicara soal netizen, Indonesia merupakan jagonya. Kenapa? Karena netizen di Indonesia hampir semuanya bisa dikatakan pintar dan kreatif. Namun sayang kreatifitas tersebut kebanyakan di gunakan untuk mengejek, mengolok-ngolok, merendahkan, dan sebagainya. Padahal ide-ide kreatif yang di miliki tersebut seharusnya dapat memberikan manfaat bagi khalayak ramai, bukan sebaliknya.
Entah harus menggunakan cara seperti apa untuk mengingatkan para netizen tersebut. Susahnya sudah mencapai tahap minta ampun. Kok bisa! Karena kebiasaan tersebut sudah menjadi budaya turun temurun dan sudah mengakar atau mendarah daging.
So.... semuanya kembali lagi kepada pribadi masing-masing.
Bicara soal netizen, Indonesia merupakan jagonya. Kenapa? Karena netizen di Indonesia hampir semuanya bisa dikatakan pintar dan kreatif. Namun sayang kreatifitas tersebut kebanyakan di gunakan untuk mengejek, mengolok-ngolok, merendahkan, dan sebagainya. Padahal ide-ide kreatif yang di miliki tersebut seharusnya dapat memberikan manfaat bagi khalayak ramai, bukan sebaliknya.
Entah harus menggunakan cara seperti apa untuk mengingatkan para netizen tersebut. Susahnya sudah mencapai tahap minta ampun. Kok bisa! Karena kebiasaan tersebut sudah menjadi budaya turun temurun dan sudah mengakar atau mendarah daging.
So.... semuanya kembali lagi kepada pribadi masing-masing.
Makassar, 10 Maret 2015
suka tidak suka, saya setuju kalau kreativitas netizen kita belum dimanfaatkan dengan maksimal ya...sedih banget kalau memang benar kebiasaan mengolok-olok ini sudah mendarah daging :(
BalasHapusItu dia yang harus di benahi pelan-pelan. Mungkin bakalan lambat untuk melihat hasilnya, tapi kalau tidak coba maka kita tidak akan pernah tahu hasilnya seperti apa dari perubahan yang di impikan.
HapusIya betul sekali mas hampir setiap hari bermunculan kreativitas yang cenderung memojokan atau mengolok olok seseorang
BalasHapusHanya bisa berharap saja agar hal-hal seperti demikian menjadi berkurang dan berubah ke arah yang lebih baik.
HapusYaaa begitulah netizen
BalasHapusHehehe.... Dah gak bisa di ubah ya Mba Inda Chakim.
Hapushemm, ya mas. kadang pengen ketawa atau sedih lihat kreatifitas netizen indonesia. kadang bencana di jadikan bahan olok olok. itu yang bikin saya geram
BalasHapusBukan hanya bencana, pemimpin pun kadang di jadikan bahan candaan. Entah harus bagaimana mengatasi kebiasaan yang sudah mendarah daging tersebut.
Hapusbhahahaha...memenya bener2 nggak nguatin brow....
BalasHapusHehehehe.... lumayan buat hiburan.
HapusMemenya 'kreatif; yah.. :D
BalasHapusIya, netizen Indonesia memang benar-benar kreatif.
Hapusiya ya...lebih banyak orang yang senang mencari kejelekan orang lain daripada menyebarkan kebaikan orang lain :(
BalasHapusIya, itulah Indonesia. Katanya... dan kenyataannya.
HapusWah iya bner jadi miris denger netizen indonesia ditambah denga masalah yg seabrek bnyaknya...
BalasHapusYa, begitulah kondisi netizen kita yang kebanyakan mengharapkan perubahan dari pemerintah. Tapi individunya sendiri tidak mencoba untuk melakukan perubahan.
Hapusnetizen indonesia gampang banget mempengaruhi opini ya hehhe
BalasHapusOpini jadi lewat kalau netizen Indonesia udah pada beraksi.
HapusMasalah kecil bisa jadi besar mah sekarang, kalo netizen-nya sedikit2 langsung percaya sama opini. Kebanyakan opini jadi faktualnya hilang deh. Kreatif sih cara yang ditempuh, tapi cuma penyampaiannya aja berlebihan.
BalasHapusNah... itu dia yang belum di pahami oleh netizen. Kadang opini yang di terima langsung di telan mentah-mentah tanpa di olah terlebih dahulu dalam pikirannya. Jadinya muncullah penyampaian secara berlebihan akibat terlalu semangat dan gak mau kalah.
Hapus