Budayakan Membaca Sebelum Komentar? |
Untuk mendapat semua itu, kita tidak perlu bersusah payah lagi,
baik saat ingin mendapatkan informasi masa lampau maupun terbaru. Dengan kecanggihan teknologi saat
ini, semuanya bisa kita dapatkan dalam sekejap. Bahkan telah di sajikan dalam berbagai pilihan, sehingga tinggal memilih yang mana yang sesuai
dengan selera masing-masing. Semuanya tersedia dalam media cetak dan
elektronik. Sedangkan media elektronik masih terbagi lagi menjadi dua,
yaitu televisi dan internet yang biasa kita kenal dunia maya.
Ketika berbicara soal dunia maya, pasti semua sudah kenal bahkan mungkin akrab dengan jejaring sosial yang saat ini menjadi fenomenal. Ya… apalagi kalau bukan Facebook dan Twitter. Keduanya bagaikan Romeo dan Juliet yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari dan keberadaannya telah menghipnotis setiap penggunanya.
Seiring
berjalannya waktu, pengguna kedua jejaring sosial ini semakin bertambah
bahkan media-media lain pun ikut menjadi penggunanya, contohnya seperti
media massa. Kehadiran keduanya tidak di sia-siakan oleh media massa
untuk menarik minat masyarakat dalam mendapatkan informasi yang up to date. Demi untuk memperoleh pembaca yang banyak, media massa pun ikut ambil bagian untuk menjadi anggota kedua jejaring sosial tersebut.
Akan
tetapi, jika diperhatikan dari hari ke hari kadang berita yang di keluarkan antara judul dan isinya bertolak belakang bahkan mengundang
kontroversi. Entah itu merupakan bagian dari strategi dalam menarik minat pembaca atau bukan, hanya merekalah yang tahu!
Semakin
miris lagi saat melihat komentar yang bermunculan. Banyak pembaca ikut
hanyut dengan judul yang berbau kontroversi. Namun ada yang semakin parah lagi, yakni ketika pembaca hanya berpatokan pada judul tanpa membaca dahulu isi dari
berita/informasi tersebut. Akibatnya, komentar asal-asalan pun keluar, kadang ada
yang menghujat, mencaci, serta mengeluarkan kata-kata sumpah serapah,
belum lagi ditambah dengan komentar bernada negatif lainnya. Padahal
belum tentu informasi yang diperoleh itu benar adanya.
Mengomentari, menilai dan mengkritik memang merupakan kegiatan yang sangat mudah. Karena yang dilakukan hanyalah berbicara seideal serta sesempurna mungkin seakan-akan paling tahu segalanya untuk sesuatu yang dikomentari. Bahkan tidak jarang untuk selalu mencari kelemahan dan kesalahan.
Hal
lain yang sering kita temukan adalah kurangnya minat untuk membaca
terlebih dahulu. Memang tidak ada yang melarang atau mengharamkan untuk mengkritik,
akan tetapi apa susahnya untuk membiasakan terlebih dahulu membaca
sebelum mengomentari informasi yang diterima. Karena dengan membaca terlebih dahulu, komentar, saran dan kritik yang kita ungkapkan menjadi tepat sasaran.
Apa susahnya untuk memberikan komentar sesuai dengan informasi yang di peroleh dan tidak melakukan hal sebaliknya, yang mana kadang memiliki tujuan untuk mencari-cari
kesalahan. Dalam berkomentar pun ada etikanya, setidaknya berpikir
logis dan sopanlah. Tidak harus menggunakan kata-kata kasar dan
semacamnya, tanpa memberikan solusi pula.
So… Apa susahnya untuk membaca terlebih dahulu sebelum memberikan komentar?
Makassar, 17 Maret 2015
nah mas, setuju!
BalasHapusbudayakan membaca, kemudian berkomentar sesuai isi dari artikelnya.
Hehehe.... sepakat sekali mas, harusnya begitu.
Hapussaya setuju sekali
Hapusasik :D
HapusJangan di jos yah... ntar asyiknya jadi berkurang. Hihihihi...
HapusItulah sebabnya aku males buka fb dn twitter n fb, mending ngeblog byk tulisan bermanpaat
BalasHapussy sepakat dengan mbak gustyanita pratiwi... di blog lebih byk tulisan yg bernas
HapusSetuju Mba Gustyanita Pratiwi. Lebih baik ngeblog aja karena lebih banyak memberikan manfaat.
Hapusbegitulah seharusnya, baca artikelnya baru kita komentar
BalasHapusbukannya mengometari komentar :)
Mau bagaimana lagi Mba Imerlina, kebiasaan kaya gitu kayanya masih belum bisa di tinggalkan.
Hapusbetul mas, selain membaca judul harus juga membaca isinya dengan seksama. baru di komen. tapi kalau saya lihat di fb. orang mudah terpancing untuk komen kalau dengan judulnya. terutama kalau berbau politik
BalasHapusGak di pancing lagi udah menjadi kebiasaan mas. Kalau mengenai politik kebanyakan masih mendewakan jagoannya masing-masing sehingga seperti itu jadinya. Hanya bermodal pada judul langsung menyerang satu sama lain.
Hapushahahah itulah kenyataan mas :)
Hapusya itu juga berlaku sama kita mas .
tapi ada ingin ketawa sama geram plus gemas lihat komen sesama pengguna media.
Cuma ada di Indonesia loh... pengguna media sosialnya banyak macam modelnya. Contoh saat membahas masalah politik dan jagoannya masing-masing dan gak ada yang mau berpikir logis, maunya menang sendiri
Hapusbetul mas, only in indonesia . heheh
HapusHehehe... lama-lama kebiasaan demikian bakalan jadi barang langka.
Hapusbetul mas, kadang saya ngakak sendiri lihat comment di sebuah berita politik
BalasHapusyang di komentari gak sesuai isi artikel nya, ketahuan cuman baca judul saja :)
Selain ketahuan cuma baca judulnya, ketahuan juga dodolnya dan kebiasaannya yang gak suka membaca.
HapusHahaha ini nih... Yang perlu bnyak orang tau. Terutama yg suka komen2 kyak ga berpendidikan itu.
BalasHapusSebenarnya udah pada tahu, tapi sayang kebiasaan lama masih gak bisa di tinggalkan saking menempelnya kaya di las.
HapusJudul kadang sengaja dibikin yang kontroversi atau dramatis untuk menarik minat orang, padahal isinya beda
BalasHapusNah... di situlah kejelian pembaca di uji. Apakah mereka suka membaca atau gak.
HapusSetuju mas. Jangan hanya karena judul langsung komen dan akhirnya bablas. Jauh dari isi yang sebenarnyanya
BalasHapusItu dia yang harus segera di hindari.
Hapuskadang artikel sama komentar nya gak nyambung, itu namanya komentar oot..hahaha
BalasHapusHehehehe.... sudah sering nemuin yang kaya gitu ya Mba Dewi. Kalau saya sendiri bisa di bilang hampir tiap hari.
Hapussuka sebel juga kalo nemu artikel yang judulnya berbeda jauh sama isinya, apalagi kalo pas cari referensi
BalasHapusLebih sebel dan kesel lagi kalau isi artikelnya ternyata iklan.
Hapusbetul sekali, baca terlebih dahulu baru bisa berkomentar, kalau tidak komentarnya akan berbelok-belok. Menurut saya meskipun informasi sekarang mudah di dapat, tetapi terkadang tidak relevan dengan informasi yang di inginkan oleh pengguna, karena itu tugas pustakawan, bukan search engine.
BalasHapusRelevan gak relevan harus siap di terima mas. Semuanya kembali lagi pada pribadi masing-masing dalam mengolah setiap informasi yang di dapatkan.
HapusKalau menunggu tugas pustakawan kelamaan mas. Sekarang ini sudah zaman serba teknologi, apalagi abad 21 akan dijadikan abad dunia digital. Mau gak mau semua orang akan selalu berhadapan dengan search engine.
Judul berita di media online banyakan emang geje badai :D
BalasHapusYa kurang lebih seperti itulah kenyataannya yang terjadi sekarang ini. Media online berlomba-lomba untuk menarik lebih banyak pembaca dengan memberikan judul yang sedikit kontroversi, heboh dan lain sebagainya.
Hapusemang sekarang tuh media online suka pasang judul yang cetar membahana, biar narik yang baca, tapi lucunya yang komen nyolot karena terpancing sama judulnya saja. tapi bukan di medsos saja sih, di blog juga banyak nemuin kek gni -,- apalagi yang cuma pengen dikunbal doang, ups
BalasHapusNah... itu dia yang suka nyolot, pengen bangad saya comot kalau ketemu. Mang di blog ada juga yang kaya gitu ya mbak iilajah. Jangan-jangan.... gue lagi, ampun ya mbak.
Hapus