Indonesia adalah negeri
yang kaya akan keindahan alamnya. Semuanya terbentang mulai ujung timur sampai
ujung barat Indonesia. Sungguh sayang bila dibiarkan begitu saja tanpa pernah
dinikmati keindahannya. Dan saya yakin di setiap daerah memiliki keindahan alam
tersendiri yang bisa dijadikan sebagai salah satu daya tarik bagi para
pelancong untuk berkunjung ke daerah tersebut.
Salah satu daerah di
Indonesia yang memiliki keindahan alam yang sering di kunjungi oleh pelancong
adalah Tanjung Bira, tepatnya di desa Bira Kabupaten Bulukumba Provinsi
Sulawesi Selatan. Panorama alam yang disuguhkan oleh daerah wisata ini mampu
menarik wisatan untuk berkunjung, termasuk saya sendiri yang saat itu kebetulan
sedang KKN di salah satu desa di Bulukumba.
Pada tanggal 27
Februari 2014, saya dan teman-teman KKN UMI diberangkatkan menuju lokasi KKN
yang mana merupakan desa binaan kampus tempat saya kuliah. Dari tiga lokasi
yang menjadi tujuan KKN, saya di tempatkan disalah satu desa yang ada di
kabupaten Bulukumba, tepatnya di desa Lonrong kecamatan Ujung Loe.
Untuk menuju kesana,
saya menggunakan kendaraan pribadi berupa sepeda motor Shogun SP. Kenapa saya
lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi? Karena saat itu masih ada urusan
di jurusan yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Setelah semua urusan
selesai, sorenya saya baru berangkat menuju lokasi KKN.
Jujur saja, perjalanan
sore itu merupakan yang pertama bagi saya keluar daerah. Selama ini perjalanan
terjauh saya hanya berkutat di wilayah Makassar dan sekitarnya. Itupun paling
jauh ke pelabuhan atau bandara, sisanya tau sendirilah hanya kampus dan kos
serta sesekali ke mini market. Selain merupakan yang pertama kali, saya juga
melakukan perjalanan sendirian ke sana. Untung saja jalanannya tidak terlalu
banyak cabang, karena kalau banyak cabang bisa-bisa saya bakalan ke sasar
gara-gara gak tau jalan ke sana. Hehehe... memalukan deh.
Sepanjang perjalanan
banyak pemandangan yang saya temui, mulai dari sawah, pemukiman ala orang desa,
hutan, safana, dan masih banyak lagi. Ketika perjalanan saya baru 30 menit
lamanya, tiba-tiba turun hujan. Al hasil saya pun jadi kebingungan karena
pemukiman warga masih jauh dan tidak membawa mantel hujan. Kebayang kan
bagaimana paniknya, apalagi di dalam tas yang saya bawa ada laptop, smartphone
dan power bank. Pasti ada yang heran kok gak ada pakaian! Karena pakaian sudah
duluan saya kirim duluan bersama rombongan yang poskonya sama denganku.
Saat itu, hujannya
belum begitu deras dan saya pun memacu kendaraan sampai pada kecepatan 100
Km/Jam dengan harapan segera mendapatkan tempat berteduh. Dan benar saja, di
tengah-tengah hamparan sawah sepanjang perjalanan terdapat sebuah warung. Di situlah
saya berteduh dan ternyata sudah ada beberapa warga yang melakukan hal yang sama,
baik itu yang akan menuju Gowa dan Makassar atau sebaliknya seperti ke Takalar,
Jeneponto, Bantaeng, dan Bulukumba.
Singkat cerita, hujan
pun reda dan saya melanjutkan kembali perjalanan menuju lokasi KKN. Di sini
yang paling buat saya bosan adalah saat berada di Kabupaten Jeneponto, karena
kabupaten ini bentuknya memanjang dan jaraknya sekitar 90 Km, ditambah
pemandangannya yang kurang mendapatkan penghijauan. Sehingga panasnya matahari
sore begitu terasa menyengat saat mengenai kulit.
Tapi, rasa bosan itu
hilang ketika memasuki daerah Bantaeng. Mengapa? Karena daerah tersebut
terlihat begitu hijau, bersih dan asri. Selain itu, setelah melewati ibukota
kabupaten saya di suguhkan pemandangan yang indah seperti pegunungan, pesisir
pantai dan sawah-sawah yang sedang menghijau. Jaraknya pun tidak begitu
panjang, yakni sekitar 30 Km. Ketika memasuki daerah Bulukumba, perasaan senang
pun muncul karena posko tempat saya KKN tidak jauh lagi. Tapi... ada sedikit
ketidak beruntungan yang menghampiri, yakni ke sasar dan hampir saja menuju
Kabupaten Sinjai. Untung saja waktu itu saya berhenti untuk bertanya karena perasaan
saya mengatakan sepertinya sudah melewati jalan menuju lokasi yang di tuju. Hehehe....
jadi malu.
Dugaanku pun ternyata
benar, saya sudah terlampau jauh melewati jalan menuju posko dan kalau gak
salah ingat sudah sekitar 10 Km jauhnya. Jarak yang lumayan, belum lagi ditambah
jarak dari Makassar (Tempat Kostku) menuju
Bulukumba yang jauhnya sekitar 180 Km. Kebayangkan jauhnya, mana pantat udah
tepos lagi dengan jarak segitu jauh. Hehehe...
Saya pun memutar balik
kendaraan menuju posko KKN dan perasaan senang kembali menghampiri karena
berada dilokasi yang begitu hijau dengan pemandangan sawah, pegunungan, hutan,
dan suara air mengalir yang berasal dari pegunungan. Sesampainya di posko,
perasaan menjadi tenang dan damai karena rasanya seperti berada di kampung
halaman sendiri.
Singkat cerita, waktu
KKN selama 2 bulan hampir berlalu. Sebelum waktu itu tiba, saya dan teman-teman
posko di ajak oleh Pak Desa mengunjungi Villa miliki saudaranya di Tanjung Bira
dan mengijinkan kami untuk menginap barang semalam dan gratis. Lumayan karena
di sana satu villa sewanya 750 ribu sampai satu juta jika menggunakan semuan kamarnya.
Tapi kalau perorang dikenakan sewa minimal 250 ribu semalam.
Untuk menuju ke sana di
butuhkan waktu sekitar 45 menit karena jaraknya ternyata lumayan jauh. Saat itu
saya dan teman-teman berburu dengan waktu karena tidak mau ketinggalan dengan
keindahan sunset yang selama ini sering di elu-elukan oleh mereka yang sudah
pernah ke sana.
Alhamdulillah, kami
sampai di sana sekitar jam 5 sore sehingga usaha mengejar sunset di Tanjung
Bira tidak sisa-sia. Kami masih bisa menikmati sunset dan tidak akan
ketinggalan dengan moment yang paling di tunggu-tunggu, yakni saat matahari
tenggelam. Satu hal yang membuatku betah di pantai Tanjung Bira, yakni pasir
putih dan pemandangan dari laut ke daratan sama dengan pemandangan pantai di
belakang SMA saya di kampung.
Dari semua pengalaman
tersebut, satu hal yang membuatku bahagia yakni pemandangan alam negeri ini
ternyata begitu indah. Sayang kalau tidak kita nikmati dan merawatnya untuk
anak cucu kita. Untuk apa jauh-jauh keluar negeri jika di dalam negeri sendiri
tersimpan begitu banyak keindahan yang tidak kalah menarik. Di satu sisi, saya
senang ketika mampu melakukan perjalanan jauh meskipun sendirian, pernah
kesasar dan pantat jadi tepos. Tapi bagiku, perjalanan tersebut menciptakan kenikmatan
tersendiri dan ingin aku mengulanginya kembali.
Itulah ceritaku, mana
ceritamu!
*Jurnal ini ditulis
dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Jurnal Perjalanan dari Tiket.com dan nulisbuku.com
#MenikmatiHidup #TiketBaliGratis*
Makassar, 28 Maret 2015
Pemandangan sunset selalu breathtaking.. :D Baca juga pengalamanku menanti sunrise di penanjakan gunung bromo bersama teman-teman TF-SCALE dari Indonesia & Singapura yaa ^^
BalasHapuschalwoo
Hehehe.... Kebetulan aja udah gak jauh dari lokasi wisata dan penasaran juga, jadi saya pun ikut bersama teman-teman untuk melihat sunset.
HapusOk, siap menuju tkp.
Waaah pengen ikutan, pengumumannya dimana y, n syarat2ny apaan
BalasHapusoya tanjung bira pantenya bersihkah
Kompetisinya cuma sampai tanggal 28 kemarin dan syaratnya buat jurnal perjalanan dengan jumlah kata minimal 750 kata. Lombanya dari jam 09.00-21.00 aja dengan tanggal yang sama, yakni 28 Maret.
HapusBersih pantainya Mba Gustyanita Pratiwi.
aahh saia telaadd #Nangis guling guling
Hapushehehe....
HapusTanjung Bira...
BalasHapusGara-gara baca novel saya jadi ingin ke Tanjung Bira...
One Day.. Insya Allah ^^
Amiin... pasti niatnya bakalan kesampaian.
HapusPengen main ke sulawesi juga ah hehehe
BalasHapusPengen ikutan kkn. Biar ngerasain juga. Numpang liat orang kkn aja. Kesulawesinya sih wisata hehehhe.
Hahaha... KKN dijadikan modus, tujuan utamanya lain. Idenya boleh juga di coba sekali-sekali.
HapusMudah-mudahan sukses dengan lombanya... ^_^ Jadi inget zaman kulliah dulu jadinya hehe..
BalasHapusAmiin.... Asyik tuh kalau di tulis kembali pengalaman ketika kuliah dulu.
Hapusaku belum pernah ke tanjung bira...kapan ya bisa kesana :)
BalasHapusInsya Allah bakalan bisa ke sana. Selama ada niat, pasti akan kesampaian juga.
Hapuspengalaman yang menarik, pemandangan alam dinegeri ini indah sekali, ternyata tidak perlu ke luar negeri, tapi orang Indonesia tidak pandai menjaga, semoga banyak orang Indonesia yang sadar lingkungan :)
BalasHapusBenar sekali, Indonesia memiliki keindahan alam yang indah. Hanya saja masyarakatnya banyak yang merasa gengsi untuk mengunjungi dan tidak menyadari akan hal itu. Saya pun berharap demikian, sehingga keindahan alam negeri ini tetap terjaga sampai kapan pun.
HapusPernah baca di novel apa yak, tentang tanjung bira. Keren bro. Dan serius sampe 180 km? Gilaa.... Jauh banget. Hahaha....
BalasHapusHahaha... Lumayan juga. Malah bisa buat pantat jadi kram, mas bro. Jarak segitu harus saya tempuh 2,5 - 3 jam karena kendaraan yang menuju ke daerah atau pun ke Makassar rata-rata memacu kendaraannya seperti pembalap. Sedangkan jalanan hanya pas untuk dua kendaraan saja.
HapusEbuset cuma cuku dua kendaraan. Itu orang apa kucing? Haha
HapusBegitulah mas kenyataannya, hanya pas untuk 2 kendaraan mobil. Pasti di kira cuma cukup untuk 2 motor nih...
Hapus