Sabtu, 28 Maret 2015

Mengejar Sunset di Pantai Tanjung Bira

Indonesia adalah negeri yang kaya akan keindahan alamnya. Semuanya terbentang mulai ujung timur sampai ujung barat Indonesia. Sungguh sayang bila dibiarkan begitu saja tanpa pernah dinikmati keindahannya. Dan saya yakin di setiap daerah memiliki keindahan alam tersendiri yang bisa dijadikan sebagai salah satu daya tarik bagi para pelancong untuk berkunjung ke daerah tersebut.

Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki keindahan alam yang sering di kunjungi oleh pelancong adalah Tanjung Bira, tepatnya di desa Bira Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan. Panorama alam yang disuguhkan oleh daerah wisata ini mampu menarik wisatan untuk berkunjung, termasuk saya sendiri yang saat itu kebetulan sedang KKN di salah satu desa di Bulukumba.
Teman-teman yang duluan sampai di posko, Sumber Foto : Rini
Mau tahu ceritanya! Yuk, simak dibawah ini:

Pada tanggal 27 Februari 2014, saya dan teman-teman KKN UMI diberangkatkan menuju lokasi KKN yang mana merupakan desa binaan kampus tempat saya kuliah. Dari tiga lokasi yang menjadi tujuan KKN, saya di tempatkan disalah satu desa yang ada di kabupaten Bulukumba, tepatnya di desa Lonrong kecamatan Ujung Loe.

Untuk menuju kesana, saya menggunakan kendaraan pribadi berupa sepeda motor Shogun SP. Kenapa saya lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi? Karena saat itu masih ada urusan di jurusan yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Setelah semua urusan selesai, sorenya saya baru berangkat menuju lokasi KKN.

Jujur saja, perjalanan sore itu merupakan yang pertama bagi saya keluar daerah. Selama ini perjalanan terjauh saya hanya berkutat di wilayah Makassar dan sekitarnya. Itupun paling jauh ke pelabuhan atau bandara, sisanya tau sendirilah hanya kampus dan kos serta sesekali ke mini market. Selain merupakan yang pertama kali, saya juga melakukan perjalanan sendirian ke sana. Untung saja jalanannya tidak terlalu banyak cabang, karena kalau banyak cabang bisa-bisa saya bakalan ke sasar gara-gara gak tau jalan ke sana. Hehehe... memalukan deh.

Sepanjang perjalanan banyak pemandangan yang saya temui, mulai dari sawah, pemukiman ala orang desa, hutan, safana, dan masih banyak lagi. Ketika perjalanan saya baru 30 menit lamanya, tiba-tiba turun hujan. Al hasil saya pun jadi kebingungan karena pemukiman warga masih jauh dan tidak membawa mantel hujan. Kebayang kan bagaimana paniknya, apalagi di dalam tas yang saya bawa ada laptop, smartphone dan power bank. Pasti ada yang heran kok gak ada pakaian! Karena pakaian sudah duluan saya kirim duluan bersama rombongan yang poskonya sama denganku.

Saat itu, hujannya belum begitu deras dan saya pun memacu kendaraan sampai pada kecepatan 100 Km/Jam dengan harapan segera mendapatkan tempat berteduh. Dan benar saja, di tengah-tengah hamparan sawah sepanjang perjalanan terdapat sebuah warung. Di situlah saya berteduh dan ternyata sudah ada beberapa warga yang melakukan hal yang sama, baik itu yang akan menuju Gowa dan Makassar atau sebaliknya seperti ke Takalar, Jeneponto, Bantaeng, dan Bulukumba.

Singkat cerita, hujan pun reda dan saya melanjutkan kembali perjalanan menuju lokasi KKN. Di sini yang paling buat saya bosan adalah saat berada di Kabupaten Jeneponto, karena kabupaten ini bentuknya memanjang dan jaraknya sekitar 90 Km, ditambah pemandangannya yang kurang mendapatkan penghijauan. Sehingga panasnya matahari sore begitu terasa menyengat saat mengenai kulit. 

Tapi, rasa bosan itu hilang ketika memasuki daerah Bantaeng. Mengapa? Karena daerah tersebut terlihat begitu hijau, bersih dan asri. Selain itu, setelah melewati ibukota kabupaten saya di suguhkan pemandangan yang indah seperti pegunungan, pesisir pantai dan sawah-sawah yang sedang menghijau. Jaraknya pun tidak begitu panjang, yakni sekitar 30 Km. Ketika memasuki daerah Bulukumba, perasaan senang pun muncul karena posko tempat saya KKN tidak jauh lagi. Tapi... ada sedikit ketidak beruntungan yang menghampiri, yakni ke sasar dan hampir saja menuju Kabupaten Sinjai. Untung saja waktu itu saya berhenti untuk bertanya karena perasaan saya mengatakan sepertinya sudah melewati jalan menuju lokasi yang di tuju. Hehehe.... jadi malu.

Dugaanku pun ternyata benar, saya sudah terlampau jauh melewati jalan menuju posko dan kalau gak salah ingat sudah sekitar 10 Km jauhnya. Jarak yang lumayan, belum lagi ditambah jarak dari Makassar (Tempat Kostku) menuju Bulukumba yang jauhnya sekitar 180 Km. Kebayangkan jauhnya, mana pantat udah tepos lagi dengan jarak segitu jauh. Hehehe...

Saya pun memutar balik kendaraan menuju posko KKN dan perasaan senang kembali menghampiri karena berada dilokasi yang begitu hijau dengan pemandangan sawah, pegunungan, hutan, dan suara air mengalir yang berasal dari pegunungan. Sesampainya di posko, perasaan menjadi tenang dan damai karena rasanya seperti berada di kampung halaman sendiri.
Pemandangan Alam Sekitar Posko, Dokumen Pribadi
Singkat cerita, waktu KKN selama 2 bulan hampir berlalu. Sebelum waktu itu tiba, saya dan teman-teman posko di ajak oleh Pak Desa mengunjungi Villa miliki saudaranya di Tanjung Bira dan mengijinkan kami untuk menginap barang semalam dan gratis. Lumayan karena di sana satu villa sewanya 750 ribu sampai satu juta jika menggunakan semuan kamarnya. Tapi kalau perorang dikenakan sewa minimal 250 ribu semalam.

Untuk menuju ke sana di butuhkan waktu sekitar 45 menit karena jaraknya ternyata lumayan jauh. Saat itu saya dan teman-teman berburu dengan waktu karena tidak mau ketinggalan dengan keindahan sunset yang selama ini sering di elu-elukan oleh mereka yang sudah pernah ke sana.
Memotret Teman-teman Posko Sambil Menunggu Sunset, Dokumen Pribadi
Alhamdulillah, kami sampai di sana sekitar jam 5 sore sehingga usaha mengejar sunset di Tanjung Bira tidak sisa-sia. Kami masih bisa menikmati sunset dan tidak akan ketinggalan dengan moment yang paling di tunggu-tunggu, yakni saat matahari tenggelam. Satu hal yang membuatku betah di pantai Tanjung Bira, yakni pasir putih dan pemandangan dari laut ke daratan sama dengan pemandangan pantai di belakang SMA saya di kampung.
Memotret Sunset di Tanjung Bira, Dokumen Pribadi
Dari semua pengalaman tersebut, satu hal yang membuatku bahagia yakni pemandangan alam negeri ini ternyata begitu indah. Sayang kalau tidak kita nikmati dan merawatnya untuk anak cucu kita. Untuk apa jauh-jauh keluar negeri jika di dalam negeri sendiri tersimpan begitu banyak keindahan yang tidak kalah menarik. Di satu sisi, saya senang ketika mampu melakukan perjalanan jauh meskipun sendirian, pernah kesasar dan pantat jadi tepos. Tapi bagiku, perjalanan tersebut menciptakan kenikmatan tersendiri dan ingin aku mengulanginya kembali.

Itulah ceritaku, mana ceritamu!

*Jurnal ini ditulis dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Jurnal Perjalanan dari Tiket.com dan nulisbuku.com #MenikmatiHidup #TiketBaliGratis*

Makassar, 28 Maret 2015

20 komentar:

  1. Pemandangan sunset selalu breathtaking.. :D Baca juga pengalamanku menanti sunrise di penanjakan gunung bromo bersama teman-teman TF-SCALE dari Indonesia & Singapura yaa ^^
    chalwoo

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe.... Kebetulan aja udah gak jauh dari lokasi wisata dan penasaran juga, jadi saya pun ikut bersama teman-teman untuk melihat sunset.

      Ok, siap menuju tkp.

      Hapus
  2. Waaah pengen ikutan, pengumumannya dimana y, n syarat2ny apaan
    oya tanjung bira pantenya bersihkah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kompetisinya cuma sampai tanggal 28 kemarin dan syaratnya buat jurnal perjalanan dengan jumlah kata minimal 750 kata. Lombanya dari jam 09.00-21.00 aja dengan tanggal yang sama, yakni 28 Maret.

      Bersih pantainya Mba Gustyanita Pratiwi.

      Hapus
    2. aahh saia telaadd #Nangis guling guling

      Hapus
  3. Tanjung Bira...
    Gara-gara baca novel saya jadi ingin ke Tanjung Bira...
    One Day.. Insya Allah ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiin... pasti niatnya bakalan kesampaian.

      Hapus
  4. Pengen main ke sulawesi juga ah hehehe
    Pengen ikutan kkn. Biar ngerasain juga. Numpang liat orang kkn aja. Kesulawesinya sih wisata hehehhe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha... KKN dijadikan modus, tujuan utamanya lain. Idenya boleh juga di coba sekali-sekali.

      Hapus
  5. Mudah-mudahan sukses dengan lombanya... ^_^ Jadi inget zaman kulliah dulu jadinya hehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiin.... Asyik tuh kalau di tulis kembali pengalaman ketika kuliah dulu.

      Hapus
  6. aku belum pernah ke tanjung bira...kapan ya bisa kesana :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insya Allah bakalan bisa ke sana. Selama ada niat, pasti akan kesampaian juga.

      Hapus
  7. pengalaman yang menarik, pemandangan alam dinegeri ini indah sekali, ternyata tidak perlu ke luar negeri, tapi orang Indonesia tidak pandai menjaga, semoga banyak orang Indonesia yang sadar lingkungan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar sekali, Indonesia memiliki keindahan alam yang indah. Hanya saja masyarakatnya banyak yang merasa gengsi untuk mengunjungi dan tidak menyadari akan hal itu. Saya pun berharap demikian, sehingga keindahan alam negeri ini tetap terjaga sampai kapan pun.

      Hapus
  8. Pernah baca di novel apa yak, tentang tanjung bira. Keren bro. Dan serius sampe 180 km? Gilaa.... Jauh banget. Hahaha....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha... Lumayan juga. Malah bisa buat pantat jadi kram, mas bro. Jarak segitu harus saya tempuh 2,5 - 3 jam karena kendaraan yang menuju ke daerah atau pun ke Makassar rata-rata memacu kendaraannya seperti pembalap. Sedangkan jalanan hanya pas untuk dua kendaraan saja.

      Hapus
    2. Ebuset cuma cuku dua kendaraan. Itu orang apa kucing? Haha

      Hapus
    3. Begitulah mas kenyataannya, hanya pas untuk 2 kendaraan mobil. Pasti di kira cuma cukup untuk 2 motor nih...

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...