Kuliner Indonesia, Sumber (http://blog.kompasiana.com) |
Indonesia
memiliki beraneka ragam masakan dan makanan yang begitu nikmat dan enak. Jika
di uraikan satu persatu, tentu tidak akan ada habisnya. Mengapa? Karena
Indonesia memiliki kuliner khas masing-masing di setiap daerah dan itu menjadi
salah satu daya tarik bagi para pelancong untuk berkunjung ke daerah tersebut.
Salah
satu daerah di Indonesia yang memiliki kuliner khas yaitu di Pulau Buton dan
Wakatobi. Pulau Buton dan Wakatobi memiliki kuliner yang sama sebab merupakan
satu pemerintahan sebelum adanya pemekaran dan otonomi daerah.
Jika
anda berkunjung ke Pulau Buton dan Wakatobi, anda akan menemukan kuliner yang
berbeda dari daerah lainnya di Indonesia. Mengapa saya katakan demikian? Sebab
masyarakat Buton dan Wakatobi, Sulawesi Tenggara, memiliki kebiasaan
mengkonsumsi olahan singkong, jagung sebagai makanan pokok dan tentu saja ikan
yang masih segar. Pangan non-nasi ini bahkan tetap nikmat ketika disantap tanpa
tambahan lauk dan sayur.
Sebagian
besar makanan (kuliner) tersebut pembuatannya terlihat sederhana. Mulai dari
pemilihan bahan-bahan, cara memasak, hingga penyajian tidak begitu rumit.
Karena, bahan utamanya memanfaatkan komoditas yang banyak ditemui di sana.
Seperti ketela pohon (singkong) dan berbagai jenis ikan yang melimpah di
perairan Buton dan Wakatobi.
Makanan Khas Sehari-hari |
Di
antara kuliner kedua pulau ini, yakni: kasoami, kapussu, hugu-hugu dan
otak-otak (dari ikan). Makanan tersebut merupakan suguhan utama yang diberikan
masyarakat Buton dan Wakatobi kepada tamu. Semuanya merupakan makanan
sehari-hari masyarakat kedua daerah tersebut. Wisatawan yang berkunjung ke
Buton dan Wakatobi pun, tidak perlu khawatir untuk mendapatkan makanan khas
kedua daerah tersebut. Makanan tersebut gampang dijumpai mulai dari tingkat
rumah makan atau warung-warung pinggir jalan.
Kasoami dan Hugu-Hugu
Kedua
makanan ini sama-sama terbuat dari singkong. Biasanya di sajikan dengan ikan,
baik itu ikan asin, ikan bakar atau pun yang di masak. Untuk jenis ikannya bisa
apa saja, cuma sebagian besar dibakar. Makanan ini terasa lebih nikmat saat di
santap menjelang malam hari dengan lauk ikan bakar. Warga di sana, biasanya
sambil kumpul-kumpul dan dibarengi minum teh saat menikmati makanan khas
tersebut.
Kasoami & Hugu-Hugu |
Untuk
proses pembuatan kasoami dimulai dengan pemilihan singkong yang bagus. Setelah
dibersihkan, singkong itu di parut kemudian diperas. Saat pemerasan dibutuhkan
peralatan khusus, walau masyarakat umum biasa menggunakan tangan saja. Bantuan
peralatan intinya berfungsi untuk bagaimana agar ubi yang diperas bisa cepat
kering.
Setelah
dipastikan ubi sudah kering maka proses berikutnya adalah pekerjaan pengukusan.
Media pengukusan biasanya terbuat dari daun kelapa yang sudah dianyam dan berbentuk
topi seperti piramida/kerucut. Ditambah kacang merah dan kelapa lalu dimasak
dengan cara di kukus, kasoami bisa dikatakan mirip getuk, namun rasanya agak
tawar dengan sedikit gurih.
Sedangkan
Hugu-Hugu juga dibuat dari singkong kukus yang ditambah parutan kelapa, mirip
urap singkong. Namun, makanan yang satu ini memiliki keunikan karena
singkongnya berwarna hitam. Warna ini didapat karena singkong yang telah
dicincang kasar dijemur lebih dulu selama berhari-hari hingga berwarna hitam.
Masyarakat Buton dan Wakatobi menjadikan makanan ini sebagai pengganti nasi.
Dan setiap wisatawan domestik dan mancanegara yang pernah ke sana mengatakan
seperti makan roti saat menikmati Kasoami dan Hugu-Hugu.
Kapussu Nosu
Makanan
khas lainnya yang cukup terkenal di wilayah Buton dan Wakatobi, yakni Kapussu
Nosu. Bahan utama makanan ini berupa jagung tua yang memang mudah
didapatkan di sana. Masyarakat Buton dan Wakatobi, biasanya memiliki ladang
yang di tanami singkong atau jagung. Jadi seperti membuat kasoami yang berbahan
baku singkong, pembuatan kapussu nosu pun tidak terlalu sulit, karena bahan
dasarnya mudah didapatkan.
Kapussu Nosu |
Makanan
kapussu nosu menjadi salah satu favorit selain kasoami. Cari membuatnya pun
sangat sederhana. Pertama perlu dikumpulkan bahan-bahan berupa jagung tua,
santan kelapa dan garam secukupnya. Jika takaran jagung tua banyaknya 1 kg,
maka santan kelapanya cukup 750 cc.
Proses
pembuatannya dimulai dengan menumbuk jagung terlebih dahulu. Biar lebih gampang
bantu dengan sedikit air. Jagung yang sudah ditumbuk kemudian direbus hingga
terlihat lunak. Air rebusan jagung kemudian dibuang. Sebelum dimasak, campur
santan kental bersama jagung. Sambil menunggu proses masak aduk terus dan beri
garam secukupnya. Setelah terlihat mengental, baru diangkat. Kapussu Nosu lebih
nikmat disantap bersama ikan kering dan sambal terasi.
Otak-otak
Kuliner
yang satu ini di jamin membuat anda ketagihan jika sudah mencobanya. Menurut
saya otak-otak khas Buton dan Wakatobi adalah otak-otak paling enak.
Otak-otak kedua daerah ini dibuat dari ikan atau sotong (cumi) yang masih segar
karena baru ditangkap dari laut. Tekstur otak-otak di sini tidak kenyal
tetapi agak lembut karena tidak terlalu banyak memakai tepung sagu. Dengan
dibungkus daun kelapa dan daun pisang, aroma otak-otak khas Buton dan Wakatobi
yang telah dipanggang sangat khas dibandingkan dengan otak-otak-otak dari
daerah lainnya. Harum baunya langsung menyergap hidung begitu pertama kita
membuka bungkusnya. Hhhmmm…
Ikan Parende
Jalan-jalan
ke Kab. Buton dan Wakatobi jangan lupa mencicipi juga masakan yang bernama ikan
parende. Jenis makanan ini cukup terkenal di sana. Wilayah perairan Buton dan
Wakatobi yang cukup panjang, sangat kaya akan berbagai jenis ikan. Namun, untuk
membuat Ikan Parende, masyarakat di sana biasanya menggunakan ikan kakap
merah.
Ikan Parende |
Melihat
sajiannya, masakan ikan parende lebih mirip sop ikan yang biasa ditemui di
daerah Jawa. Mungkin yang menjadi spesial untuk menu ikan parende, yakni
memilih ikan kakap merah. Pada tradisi zaman dahulu, ikan kakap merah merupakan
makanan masyarakat kelas atas. Tidak heran jika para nelayan Buton dan
Wakatobi, jika mendapatkan tangkapan ikan kakap merah diserahkan kepada sultan.
Namun sekarang ikan kakap merah sudah menjadi makanan masyarakat umum. Selain
itu, ikan Parende pun bisa dari jenis ikan lainnya.
Bahan
yang perlu dikumpulkan untuk pembuatan ikan parende, yakni ikan kakap merah 500
gram dipotong menjadi enam bagian, 1.500 ml air putih, dua batang daun sereh,
satu lembar daun salam, empat buah jeruk nipis (peras dan ambil airnya). tiga
batung daun kemangi yang sudah diris-iris, tiga butir bawang merah (iris
tipis), tiga buah belimbing wuluh, dua buah tomat hijau, satu batang daun
bawang (iris tipis), enam buah cabai rawit, merica, garam, dan gula secukupnya.
Pembuatan
ikan parende diawali dengan memasak air hingga mendidih, kemudian ikan kakap
merah di masukan. Bersamaan dengan itu di masukan pula sereh dan daun
salam di dalam air mendidih tadi. Setelah ikan terlihat matang.baru
tambahkan tomat, bawang merah, daun kemangi, belimbing wuluh, jeruk
nipis, daun bawang, cabai rawit, garam, merica dan gula. Untuk menambah
kenikmatan bisa pula ditaburkan bawang goreng, setelah masakan tadi sudah
matang.
Itulah
sebagian kuliner khas Buton dan Wakatobi yang sederhana tapi mengundang selera.
Masih banyak kuliner lain khas kedua daerah tersebut. Nanti di lain kesempatan
akan saya bahas lebih detail lagi. Bagi yang penasaran dengan kuliner khas
kedua daerah tersebut, wisata kuliner khas Buton dan Wakatobi patut dicoba dan
di masukan dalam daftar rencana liburan anda.
Untuk
ke sana sudah bisa di tempuh dengan perjalanan darat (untuk wilayah sulawesi),
laut dan udara. Jika anda suka perjalanan menantang, rute perjalanan laut
bisa dijadikan sebagai alternatif dari tiga rute pilihan yang ada. Semoga apa
yang saya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca dan bisa dijadikan sebagai
salah satu referensi bagi anda yang merencanakan liburan jauh-jauh hari
sebelumnya.
Selamat Menikmati…
Makassar, 30 Maret 2015
Catatan :
*Tulisan ini di ambil dari akun Kompasiana saya dan terpilih
sebagai pemenang kedua lomba tentang kuliner yang di adakan oleh Kemenprarekraf*
waduh...bener2 mengundang selera deh...dan sukses bikin aku lapar :)
BalasHapusHahaha.... luamayan tuh buat makan siang Mba Dwi Puspita.
Hapus:v itu kapusu kayak bubur jagung sama mutiara kalau dijawa. Apa sama yaa? Haha
BalasHapusKalau bubur jagung bisa jadi, tapi gak pakai sagu mutiara. Kalau di tempat saya seperti yang ada di penjelasan di atas.
HapusWah pokoknya kapan2 kalo main ke sulawesi harus mainke rumah bang timur matahari nih. Biar di kasih otak-otak dan makanan khas sulawesi yg lainnya hehehe...
BalasHapusHahahaha..... Boleh-boleh, di terima dengan senang hati.
HapusIkutan bang ade !!
HapusSiip... silahkan.
HapusLuar biasa ya, citra rasa masakan Nusantara. Sayangnya saya belum pernah mencoba yang ini, Mas! Jadi pengen nyoba deh nanti, kalo ada kesempatan. :)
BalasHapusKapan-kapan di coba mba kalau ada kesempatan. Enak loh makanannya.
Hapusmmm ikannya rasanya gimana ya? agak kurang suka ikann
BalasHapusIkannya enak karena di kampung saya rata-rata ikan yang di jual masih segar alias baru di tangkap. Malahan kadang masih bergerak, beda dengan di kota yang lebih lama matinya daripada hidupnya dan sudah tercemar limbah kapal dan lain sebagainya.
Hapusikan parende wih seger kayaknya.... ya bener di jawa juga kayak ada tapi gak tau aku namanya :)
BalasHapusKalau di jawa lebih dominan berminyak ikan masaknya dan di tambah bawang dikit. Kalau parende gak.
HapusParende Ikan Kakap, mas itu kayak ikan gangan ya dari daerah saya . ikan nya apa tuh. menggoda banget harumnya
BalasHapusItu jenis ikan kakap putih.
HapusKapusu Nosu sepertinya enak buat sarapan.
BalasHapusIya, enak. Pas buat sarapan sekaligus pengganti nasi.
Hapussaya bangga bangat jadi penduduk wakatobi....
BalasHapusteman2 mari kita jaga makanan khas daerah kita, jangan sampai hilang di telan waktu....
Setuju, mari kita jaga dan lestarikan makanan khas Wakatobi agar tetap bertahan sampai kapan pun.
Hapusrasanya pengen pulang ke wakatobi....
BalasHapusMang sekarang tinggalnya dimana. Ayo sesekali pulang ke Wakatobi, kasihan kampung halaman kalau kelamaan di tinggalkan.
Hapusnda ad kah penjelasan makanan sira,,,,,
BalasHapusbiar nanti buat di rumah, wkwkwk....
Nanti saya coba carikan mengenai makanannya. Saya baru dengar juga soalnya sama makanan yang satu ini.
Hapus