Selasa, 22 Maret 2016

Toga Yang Kurindukan


Toga Yang Kurindukan
Toga Yang Kurindukan

Ternyata benar apa yang dikatakan oleh orang-orang di luar sana mengenai apa yang disebut “Menunggu”.

Jujur, dulu aku nggak begitu percaya bahwa yang namanya menunggu itu adalah sesuatu yang membosankan, bisa membuat bete, kesal, emosi, macet, mencret, buntu, atau kata lain perasaan jadi campur aduk. Apalagi yang ditunggu belum ada kejelasan sama sekali. Rasanya tuh bagaikan menyatakan cinta ke cewek idaman, tapi malah digantung alias nggak ada jawaban di terima apa tidak.

Sakitnya tuh... mengena di seluruh badan.
 
Gak terasa, lebih sebulan sudah aku ikut larut dalam pekerjaan yang paling di hindari oleh seluruh orang di dunia. Segala usaha pun telah aku lakukan, namun apa daya garis tangan berkehendak lain. Mimpi yang aku bangun di awal tahun pun ikut sirna dalam sekejap. Yang tersisa hanyalah sabar, sabar,dan sabar sambil menunggu sebuah keajaiban datang.

Hari demi hari aku lewati dengan harapan orang lain segera mengikuti jejak yang aku tancapkan satu setengah bulan yang lalu. Tak ketinggalan juga satu demi satu aku komporin dan ledekin orang-orang sekitar yang punya impian yang sama serta pekerjaan yang tertunda, seperti yang telah aku tuntaskan satu setengah bulan yang lalu. Aku melakukan hal demikian dengan tujuan agar mereka segera menuntaskan apa yang telah di mulai beberapa bulan yang lalu, bahkan mungkin setahun yang lalu.

Namun sayang, sampai hari ini jejak itu masih kokoh sendirian tanpa ada yang mengikuti. Entah sampai kapan ia akan bertahan sendirian dan menunggu orang lain untuk ikut bergabung, melangkah bersama meraih pintu menuju masa depan yang tinggal selangkah lagi. Ibarat orang main sepak bola, satu kaki sudah ada di final sedangkan kaki yang satunya bersiap-siap untuk mengikuti. Sekali lagi, tinggal selangkah lagi.

Assalamualaikum Tugas Akhir

Padahal diri ini ingin juga seperti orang lain, yang mana telah mencapai tahap tertinggi atau tahap paling akhir dalam dunia pendidikan setingkat kampus. Seperti halnya dengan orang lain, aku pun terkadang ikut baper setiap kali melihat orang lain senyum sumringah setelah mencapai tahap yang satu itu. Semakin baper lagi ketika melihat mereka tersenyum tanpa beban dan begitu bahagia bersama keluarga di hari yang sakral dalam dunia kampus.

Lewat pengeras suara, satu persatu nama mereka di panggil dengan ditambahi sedikit ekor alias gelar pendidikan sesuai jurusan yang di ambil. Aku yang menyaksikan dari kursi undangan hanya bisa berkata dalam hati.

Ya Tuhan, kapankah aku akan merasakan hal demikian. Bisa tersenyum seperti orang yang terbebas dari belenggu yang telah lama membebani pundak. Tertawa lepas dan menyaksikan keluarga, khususnya kedua orangtua tersenyum bahagia, penuh arti, dan tentunya tak ketinggalan juga untuk mengabadikan moment bahagia itu.

Ya, itulah salah satu mimpi yang aku bangun di awal tahun ini. Mimpi mahasiswa akhir yang ingin juga merasakan apa yang telah dirasakan oleh orang lain. Apalagi kalau bukan meraih gelar sarjana di bidang Arsitektur dan memakai toga di hari wisuda.

Tapi apa daya, mimpi itu lagi-lagi belum bisa terwujud dalam waktu dekat ini atau tepatnya wisuda bulan Mei nanti. Hal itu tak lain, karena sampai hari ini aku belum juga seminar hasil. Penyebabnya tak lain, karena yang mendaftar hanya aku seorang sedangkan SOP minimal 5 orang. Belum lagi ditambah harus masuk studio akhir selama 3 bulan, karena ada perubahan peraturan dari semula yang hanya 2 bulan saja.

Meski demikian, aku akan terus menunggu sampai jejak yang telah aku torehkan ada yang mengikuti. Nggak perlu banyak, satu sampai tiga orang sudah cukup bagiku. Karena dengan jumlah segitu sudah cukup untuk memenuhi apa yang di katakan oleh ketua jurusan kepadaku. Dalam hal ini ketua jurusan memberikan keringanan dari SOP 5 orang menjadi 3 orang.

Yah, anggap saja sebagai berkah dari proyek Rumah Sakit Pendidikan Kampus UMI yang pernah aku garap 3 tahun lalu. Ketika itu ada mata kulaih Kerja Praktek II (perencanaan) dengan dosennya adalah ketua jurusan sendiri dan sebagai tugas beliau meminta menggambar rumah sakit tersebut.

Kembali ke topik

Akan tetapi, jika yang mengikuti jejak yang telah aku tinggalkan lebih dari tiga orang, maka tidak ada kata lain selain mengucap syukur kepada Sang Pencipta. Karena penantianku tidak sisa-sia alias membuahkan hasil dan diganjar dengan pengikut yang double. Di sisi lain, bukan aku saja yang akan senang, tapi juga pihak jurusan. Mengapa? Karena dengan banyaknya yang mengikuti langkah yang aku lakukan, maka mereka pun akan mendapatkan apresiasi dari pihak fakultas, kampus, bahkan sampai pengurus yayasan juga.

Ahhhh... aku sudah rindu dengan toga itu.

Ditulis di bawah tangga kampus Teknik UMI
Makassar, 22 Maret 2016

20 komentar:

  1. Dulu saya termasuk yang agak telat wisuda. Suatu hari ibu berkata, teman-teman sudah lulus, kamu kapan?

    Wow, kata-kata ibu ini melecut semangat saya untuk usaha lahir dan batin lebih kuat lagi. Dan, alhamdulillaah... wisuda :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau yang itu jelas bisa menjadi penyemangat. Sayangnya, aku udah nyemangatin teman-teman tiap hari, tapi belum ada respon dari mereka.

      Hapus
  2. hehe....perjuangan jadi tukang insinyur emang nggak gampang mang, saya malah butuh 6 tahun lebih sedikit(banyak deng) untuk bisa pake toga, padahal di studiopoto di sediakan Toga gratis loch...
    intinya jangan putus asa, lakoni saja dengan ceria, biarin dibilang perjaka tuwa..eh MA (mahasiswa Abadi)...dari pada buru-buru lalu nganggur mah kan?
    Toga saya masih ada tuh mang...mau pinjem nggak buat dipoto?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha... Bukan 6 tahun lagi kalau saya kang cilembu thea. Tahun ini masuk tahun ke 8 sebagai mahasiswa Arsitektur. Baru jadi angkatan veteran, dikit lagi jadi Mahasiswa Abadi.

      Eh... Boleh juga tuh pinjam toganya buat ngehibur diri ini yang lagi merindukan toga.

      Hapus
  3. Semoga segera seminar dn wisuda ya, mas. I feel you,meski udah lama berlalu hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiiin...
      Semoga segera di kabulkan sama Sang Pencipta Semesta Alam.

      Hapus
  4. Baru mau masuk kuliah lagi.. Jadi urung lagi setelah baca postingannya mas timur... Heheheh..

    Dilema ya mas.. Masuk kuliah sudah merupakan perjuangan tersendiri.. Eh..ternyata.. Keluarnya butuh perjuangan juga :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya nih mas kornelius. Ternyata perjuangan sesungguhnya malah ada di akhir menjelang gelar sarjana tinggal selangkah lagi.

      Hapus
  5. sabar saja..kalau bulan mei belum bisa dapat toga....masih ada kesempatan bulan berikutnya dan tahun berikutnya...
    keep happy blogging always...salam dari banjarbaru.....makassar juga dech :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insya Allah, akan selalu sabar. Kebetulan orangtua juga menyarankan hal yang sama.

      Keep blogging &salam balik dari Makassar.

      Hapus
  6. Gara-gara belum seminar hasil ya mas Timur sehingga nggak bisa wisuda bulan Mei, gara-garanya cuman mas timur sendiri yang baru daftar ikut seminar, minimal mesti 3 atau 5 orang... Yah, moga lekas-lekas di wisuda aja ya mas Timur, semoga impian pake toga segera terkabul, amin... Fighting! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya mas Diar Nurhakim, siap fight terus tiap hari. Semangat gak akan pernah turun karena tinggal selangkah lagi.

      Hapus
  7. saya pikir beneran judul film ><

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha.... judulnya doank yang mirip judul film.

      Hapus
  8. Hebat mas, proyeknya dah taraf rumah sakit

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belum hebat kok mbak Gustyanita, ngerjain tu proyek masih dalam tahap belajar.

      Hapus
  9. bisaan nih kirain film beneran ternyata editan, dari surga yg dirindukan sama asalamulaikum beijing hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe... Banyak yang terhipnotis sama judulnya.

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...