Ternyata
benar apa yang dikatakan oleh orang-orang di luar sana mengenai apa yang
disebut “Menunggu”.
Jujur,
dulu aku nggak begitu percaya bahwa yang namanya menunggu itu adalah sesuatu
yang membosankan, bisa membuat bete, kesal, emosi, macet, mencret, buntu, atau
kata lain perasaan jadi campur aduk. Apalagi yang ditunggu belum ada kejelasan
sama sekali. Rasanya tuh bagaikan menyatakan cinta ke cewek idaman, tapi malah
digantung alias nggak ada jawaban di terima apa tidak.
Sakitnya tuh...
mengena di seluruh badan.
Gak
terasa, lebih sebulan sudah aku ikut larut dalam pekerjaan yang paling di hindari
oleh seluruh orang di dunia. Segala usaha pun telah aku lakukan, namun apa daya
garis tangan berkehendak lain. Mimpi yang aku bangun di awal tahun pun ikut
sirna dalam sekejap. Yang tersisa hanyalah sabar, sabar,dan sabar sambil
menunggu sebuah keajaiban datang.
Hari
demi hari aku lewati dengan harapan orang lain segera mengikuti jejak yang aku
tancapkan satu setengah bulan yang lalu. Tak ketinggalan juga satu demi satu
aku komporin dan ledekin orang-orang sekitar yang punya impian yang sama serta
pekerjaan yang tertunda, seperti yang telah aku tuntaskan satu setengah bulan
yang lalu. Aku melakukan hal demikian dengan tujuan agar mereka segera
menuntaskan apa yang telah di mulai beberapa bulan yang lalu, bahkan mungkin
setahun yang lalu.
Namun
sayang, sampai hari ini jejak itu masih kokoh sendirian tanpa ada yang
mengikuti. Entah sampai kapan ia akan bertahan sendirian dan menunggu orang
lain untuk ikut bergabung, melangkah bersama meraih pintu menuju masa depan
yang tinggal selangkah lagi. Ibarat orang main sepak bola, satu kaki sudah ada
di final sedangkan kaki yang satunya bersiap-siap untuk mengikuti. Sekali lagi,
tinggal selangkah lagi.
Assalamualaikum Tugas Akhir |
Padahal
diri ini ingin juga seperti orang lain, yang mana telah mencapai tahap
tertinggi atau tahap paling akhir dalam dunia pendidikan setingkat kampus.
Seperti halnya dengan orang lain, aku pun terkadang ikut baper setiap kali
melihat orang lain senyum sumringah setelah mencapai tahap yang satu itu.
Semakin baper lagi ketika melihat mereka tersenyum tanpa beban dan begitu
bahagia bersama keluarga di hari yang sakral dalam dunia kampus.
Lewat
pengeras suara, satu persatu nama mereka di panggil dengan ditambahi sedikit
ekor alias gelar pendidikan sesuai jurusan yang di ambil. Aku yang menyaksikan
dari kursi undangan hanya bisa berkata dalam hati.
“Ya Tuhan, kapankah aku akan merasakan hal demikian. Bisa
tersenyum seperti orang yang terbebas dari belenggu yang telah lama membebani
pundak. Tertawa lepas dan menyaksikan keluarga, khususnya kedua orangtua
tersenyum bahagia, penuh arti, dan tentunya tak ketinggalan juga untuk
mengabadikan moment bahagia itu”.
Ya,
itulah salah satu mimpi yang aku bangun di awal tahun ini. Mimpi mahasiswa
akhir yang ingin juga merasakan apa yang telah dirasakan oleh orang lain.
Apalagi kalau bukan meraih gelar sarjana di bidang Arsitektur dan memakai toga
di hari wisuda.
Tapi
apa daya, mimpi itu lagi-lagi belum bisa terwujud dalam waktu dekat ini atau
tepatnya wisuda bulan Mei nanti. Hal itu tak lain, karena sampai hari ini aku
belum juga seminar hasil. Penyebabnya tak lain, karena yang mendaftar hanya aku
seorang sedangkan SOP minimal 5 orang. Belum lagi ditambah harus masuk studio
akhir selama 3 bulan, karena ada perubahan peraturan dari semula yang hanya 2
bulan saja.
Meski
demikian, aku akan terus menunggu sampai jejak yang telah aku torehkan ada yang
mengikuti. Nggak perlu banyak, satu sampai tiga orang sudah cukup bagiku.
Karena dengan jumlah segitu sudah cukup untuk memenuhi apa yang di katakan oleh
ketua jurusan kepadaku. Dalam hal ini ketua jurusan memberikan keringanan dari
SOP 5 orang menjadi 3 orang.
Yah,
anggap saja sebagai berkah dari proyek Rumah Sakit Pendidikan Kampus UMI yang
pernah aku garap 3 tahun lalu. Ketika itu ada mata kulaih Kerja Praktek II
(perencanaan) dengan dosennya adalah ketua jurusan sendiri dan sebagai tugas
beliau meminta menggambar rumah sakit tersebut.
Kembali ke topik
Akan
tetapi, jika yang mengikuti jejak yang telah aku tinggalkan lebih dari tiga
orang, maka tidak ada kata lain selain mengucap syukur kepada Sang Pencipta.
Karena penantianku tidak sisa-sia alias membuahkan hasil dan diganjar dengan
pengikut yang double. Di sisi lain, bukan aku saja yang akan senang, tapi juga
pihak jurusan. Mengapa? Karena dengan banyaknya yang mengikuti langkah yang aku
lakukan, maka mereka pun akan mendapatkan apresiasi dari pihak fakultas,
kampus, bahkan sampai pengurus yayasan juga.
Ahhhh...
aku sudah rindu dengan toga itu.
Ditulis di bawah tangga kampus
Teknik UMI
Makassar, 22 Maret 2016
Dulu saya termasuk yang agak telat wisuda. Suatu hari ibu berkata, teman-teman sudah lulus, kamu kapan?
BalasHapusWow, kata-kata ibu ini melecut semangat saya untuk usaha lahir dan batin lebih kuat lagi. Dan, alhamdulillaah... wisuda :)
Kalau yang itu jelas bisa menjadi penyemangat. Sayangnya, aku udah nyemangatin teman-teman tiap hari, tapi belum ada respon dari mereka.
Hapushehe....perjuangan jadi tukang insinyur emang nggak gampang mang, saya malah butuh 6 tahun lebih sedikit(banyak deng) untuk bisa pake toga, padahal di studiopoto di sediakan Toga gratis loch...
BalasHapusintinya jangan putus asa, lakoni saja dengan ceria, biarin dibilang perjaka tuwa..eh MA (mahasiswa Abadi)...dari pada buru-buru lalu nganggur mah kan?
Toga saya masih ada tuh mang...mau pinjem nggak buat dipoto?
Hahaha... Bukan 6 tahun lagi kalau saya kang cilembu thea. Tahun ini masuk tahun ke 8 sebagai mahasiswa Arsitektur. Baru jadi angkatan veteran, dikit lagi jadi Mahasiswa Abadi.
HapusEh... Boleh juga tuh pinjam toganya buat ngehibur diri ini yang lagi merindukan toga.
Semoga segera seminar dn wisuda ya, mas. I feel you,meski udah lama berlalu hehe
BalasHapusAmiiin...
HapusSemoga segera di kabulkan sama Sang Pencipta Semesta Alam.
Baru mau masuk kuliah lagi.. Jadi urung lagi setelah baca postingannya mas timur... Heheheh..
BalasHapusDilema ya mas.. Masuk kuliah sudah merupakan perjuangan tersendiri.. Eh..ternyata.. Keluarnya butuh perjuangan juga :)
Iya nih mas kornelius. Ternyata perjuangan sesungguhnya malah ada di akhir menjelang gelar sarjana tinggal selangkah lagi.
Hapussabar saja..kalau bulan mei belum bisa dapat toga....masih ada kesempatan bulan berikutnya dan tahun berikutnya...
BalasHapuskeep happy blogging always...salam dari banjarbaru.....makassar juga dech :-)
Insya Allah, akan selalu sabar. Kebetulan orangtua juga menyarankan hal yang sama.
HapusKeep blogging &salam balik dari Makassar.
Gara-gara belum seminar hasil ya mas Timur sehingga nggak bisa wisuda bulan Mei, gara-garanya cuman mas timur sendiri yang baru daftar ikut seminar, minimal mesti 3 atau 5 orang... Yah, moga lekas-lekas di wisuda aja ya mas Timur, semoga impian pake toga segera terkabul, amin... Fighting! :)
BalasHapusYa mas Diar Nurhakim, siap fight terus tiap hari. Semangat gak akan pernah turun karena tinggal selangkah lagi.
Hapussaya pikir beneran judul film ><
BalasHapusHahaha.... judulnya doank yang mirip judul film.
Hapusnyimak mas
BalasHapusSilahkan, diterima dengan senang hati.
HapusHebat mas, proyeknya dah taraf rumah sakit
BalasHapusBelum hebat kok mbak Gustyanita, ngerjain tu proyek masih dalam tahap belajar.
Hapusbisaan nih kirain film beneran ternyata editan, dari surga yg dirindukan sama asalamulaikum beijing hihi
BalasHapusHehehe... Banyak yang terhipnotis sama judulnya.
Hapus