Tak terasa, hari ini sudah memasuki pertengahan bulan
ramadhan. Bulan dimana kita di wajibkan untuk menjalankan ibadah puasa selama
sebulan penuh. Sebuah bulan yang hanya ada sekali dalam setahun. Bulan yang
setiap kali datang semua orang berlomba-lomba dalam kebaikan-Nya. Apalagi bulan
ini selalu di akhiri dengan ending yang menyenangkan, yang tak lain adalah
moment yang selalu ditunggu-tunggu seluruh umat muslimin. Siapa pun yang
menyambut moment ini selalu penuh dengan kecerian dan kegembiraan.
Loh... kok bisa, emang moment seperti apa yang selalu di
nanti-nanti tersebut? Gak salah lagi, moment itu adalah perayaan lebaran atau
Idul Fitri. Siapa yang tidak gembira saat menyambut datangnya Hari Raya Idul
Fitri? Tua muda, anak-anak, laki-laki dan perempuan semuanya bersemangat
menyambut hari kemenangan. Gak peduli kalau tarawihnya bolong ataupun puasa
ramadhannya banyak yang batal, yang penting ikut meramaikan lebaran.
Semua kaum muslimin pada moment ini biasanya bersilaturahmi
ke sanak saudara dan handai taulan untuk saling bermaaf-maafan. Meskipun
idealnya memaafkan itu gak harus menunggu sampai waktu lebaran datang. Khusus
untuk Indonesia, moment lebaran selalu dihiasi dengan tradisi mudik, serba
pakaian baru dan tak ketinggalan menu spesial.
Kegembiraan menyambut lebaran semakin meriah dengan adanya
bagi-bagi THR (Tunjangan Hari Raya) yang diberikan oleh instansi tempat kerja,
baik pemerintah maupun swasta. Walaupun jumlahnya bervariasi antara yang satu
dengan yang lainnya, tapi THR seakan menjadi dewa penyelamat bagi yang
menerimanya. Katanya sih.... lumayan, bisa untuk nambah-nambah kebutuhan rumah
tangga ataupun untuk beli pakaian baru.
Tapi, kalau dipikir-pikir yang namanya bulan ramadhan kan
berpuasa disiang hari. Jadi waktu makan difokuskan saat berbuka puasa dan saat
sahur. Kalau dilihat dengan logika, jadwal makan kan dikurangi, berarti belanja
juga pasti kurang dong. Tapi... kenyataannya di masyarakat sangat berbeda,
justru yang ada saat bulan ramadhan malah meningkat menjadi dua kali lipat
bahkan lebih. Kadangkala sampai mubazir lantaran makanan yang dihidangkan
didepan mata banyak macam. Entah itu niatnya mau balas dendam atau betul-betul
niatnya untuk berbuka setelah seharian menjalankan ibadah puasa. Entahlah,
hanya anda dan tuhan yang tahu!
Gak tahu kenapa? Tiap kali berbicara tentang Hari Raya Idul
Fitri, pasti erat kaitannya dengan Tunjangan Hari Raya atau biasa kita sebut
THR. Siapapun pasti ingin mendapatkan THR. Mau anak-anak, remaja, anak
kuliahan, pegawai, apalagi mereka yang bekerja sebagai karyawan disebuah
perusahaan. Dan untuk anak-anak selalu bersemangat saat Idul Fitri tiba, karena
mereka akan mendapat THR yang nantinya bisa dimanfaatkan sebagai uang jajan
tambahan.
Semua orang pasti merasa berhak dan sangat berharap untuk
mendapatkan THR setiap Hari Raya Idul Fitri. Namun... layakkah THR yang sangat
kita idam-idamkan tersebut? Apakah kita sudah melaksanakan kewajiban kita
dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan? Hanyalah diri kita masing-masing
yang bisa menjawab itu semua. Kadang-kadang kita marah dan ngomel tanpa sebab
akibat tidak mendapatkan THR, lebih-lebih tidak sesuai dengan yang di inginkan.
Sedangkan kita sudah tahu dan paham kalau yang namanya THR itu hanyalah pemberian yang bersifat
sukarela, keikhlasan dan bukan karena paksaan.
Sebelum melangkah jauh dan menuntut banyak, ada baiknya kita
bercermin dahulu pada diri kita sendiri. Apa saja yang sudah kita perbuat
selama ini, mulai dari sebelum ramadhan tiba sampai mau usai? Apakah kita sudah
melaksanakan kewajiban kita dengan maksimal atau sering mengomel karena tugas
yang diberikan atasan atau bos di kantor selalu menumpuk, bahkan kadang diluar
job kita? Sedangkan jika kita sebagai anak, sudahkah kita melaksanakan tanggung
jawab kita sebagai pelajar atau mahasiswa dengan baik, atau malah kebanyakan
malas saat mengkuti pelajaran/perkuliahan.
Terus bagaimana saat sebelum ramadhan tiba? Pernahkah kita
mengakui berapa kali kita terlambat, sedangkan kantor mengharapkan pekerjaan
cepat selesai demi operasional perusahaan menjadi lebih baik? Atau saat orang
tua membutuhkan bantuan kita dirumah, adakah kita saat itu juga? Bisa saja kita
sudah melupakan peristiwa itu semua dan sering beralasan kalau itu sudah lama
berlalu.
Begitu banyak peristiwa di masa lampau yang kita lupakan
begitu saja. Kalau diungkit satu persatu dan dibahas akan memakan waktu yang
lama serta hanya buang-buang tenaga dan pikiran saja. Sedangkan kita tidak
pernah merasa telah melakukan banyak kesalahan dan merasa berdosa akan kebohongan
yang telah kita lakukan.
Bercermin dari masa lalu, maka "Layakkah THR itu kita
dapatkan?" Dengan semua yang sudah kita lakukan. Sudahkah memenuhi syarat
untuk menerima THR dari orangtua atau perusahaan? Sedangkan output yang kita
berikan kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan?
Lihatlah di sekeliling kita. Begitu banyak orang yang
membutuhkan lapangan pekerjaan dan pendidikan yang layak. Mereka rela melakukan
apa saja asal mereka bisa bersekolah dan mendapatkan pekerjaan yang layak.
Sementara kita yang saat ini sudah beruntung dengan pekerjaan dan sekolah yang
layak, malah menodai kesempatan yang dinantikan jutaan orang diluar sana.
Harusnya kita malu pada mereka yang ada diluar sana dan kejinya hati kita
terhadap mereka yang sudah membiayai kita.
Sudah saatnya membuka kunci hati dan mensucikannya dari
perbuatan kita. Mulailah untuk belajar bersyukur dan berterima kasih pada
mereka yang sudah menjadi sumber kehidupan kita. Jadikanlah moment Hari Raya
Idul Fitri untuk berintrospeksi diri terhadap apa yang sudah kita lakukan
selama ini? Apakah kita sudah memberikan hasil yang maksimal kepada
kantor/perusahaan tempat kita bekerja, juga kepada orang tua, atau justru kita
bisanya hanya menuntut ini dan itu pada mereka? Hanya anda yang tahu!
Patut kita sadari dan ingat, THR
bukanlah merupakan kewajiban seperti gaji dan lain sebagainya, melainkan hanya
pemberian sukarela, keikhlasan dan tanpa paksaan. Lebih baik kita mengharapkan
THR sejati dari Sang Pencipta di akhirat nanti sesuai dengan amal perbuatan kita
di Bumi ini. Cobalah untuk belajar memberikan yang terbaik dalam setiap hal
yang kita lakukan agar THR yang di idamkan menjadi layak untuk kita dapatkan,
baik itu THR yang diberikan oleh manusia sendiri, maupun Sang Khalik kelak!
Makassar, 3
Juli 2015
Alhamdulillah, udah dapat THR, moga pahala puasanya juga dapat yah..
BalasHapusWah... asyik dunk yang udah dapat THR.
HapusAmiiin... Semoga puasanya begitu juga.
mungkin karena adat di indonesia jadi kita terpaku pada thr dan membagikannya untuk sanak saudara, tapi kan tetep alhamdulillah kalau dapet hehe
BalasHapusBisa jadi seperti itu. Wajib tuh ngucapin Alhamdulillah kalau dapat THR.
HapusPenginnya dapat THR yang barokah semuanya#widihkokrakusbanget:) peace for all :) pokoknya disyukuri atas nikmat semuanya termasuk adanya THR
BalasHapusInsya Allah, kalau sudah rejeki pasti bakalan dapat THR yang barokah. Ya, benar bangad. Bersyukur itu wajib setiap kali kita mendapatkan rejeki, termasuk di dalamnya "THR".
HapusMudahan THR saya tahun ini cepat turunya..amiin..heee
BalasHapusAmiiin... Semoga do'anya cepat terkabul.
Hapusthr bikin galau huhuu
BalasHapusHahaha.... bisa aja nih Mbak, kan udah ada suami. Pasti THR-nya mengalir tiap bulan tuh.
HapusSuami udah dapat THR tapi saya dari kantor belum huhuhuh eh tapi alhamdulillah :)
BalasHapusAlhamdulillah, udah dapat THR walaupun baru suami.
HapusSemoga dapat THR ya... THR untuk blogger hehehe
BalasHapusHehehe... Nah itu dia, THR khusus blogger yang lagi di tunggu-tunggu nih.
HapusMakasiih mas masukannya, saya jadi lebih tau bagaimana mendapatkan THR yang sebenarnya :'), tapi sebenernya saya juga pengen uang THR nya ,, haha :D
BalasHapusHahaha... gak bakalan nolak yah kalau di kasih THR.
HapusSelain THR di akhir, THR di akhirat sebenernya perlu juga mas .. haha :D :D
BalasHapusNah, itu yang harus di utamakan, yakni "THR" untuk akhirat.
HapusKlo saya sih kerja sendiri, jadi mana ada THR, hahaha :D
BalasHapusSebetulnya asal-mulanya ada THR itu gimana ya? Apa untuk mensubsidi "kebutuhan" pulang kampung menjelang lebaran atau gimana?
Gaji diri sendiri dunk.
HapusWah untuk asal usulnya, aku juga masih belum begitu tahu. Yang aku pahami baru sebatas seperti dalam penjelasan di paragraf terakhir.
Allhamdulillah THR sudah masuk dr suami saya hihihi :)
BalasHapusWah... asyik donk, sudah ada uang tambahan buat lebaran nanti.
Hapus