Jumat, 03 Juli 2015

Layakkah Kita Mendapatkan THR?


Tak terasa, hari ini sudah memasuki pertengahan bulan ramadhan. Bulan dimana kita di wajibkan untuk menjalankan ibadah puasa selama sebulan penuh. Sebuah bulan yang hanya ada sekali dalam setahun. Bulan yang setiap kali datang semua orang berlomba-lomba dalam kebaikan-Nya. Apalagi bulan ini selalu di akhiri dengan ending yang menyenangkan, yang tak lain adalah moment yang selalu ditunggu-tunggu seluruh umat muslimin. Siapa pun yang menyambut moment ini selalu penuh dengan kecerian dan kegembiraan.

Loh... kok bisa, emang moment seperti apa yang selalu di nanti-nanti tersebut? Gak salah lagi, moment itu adalah perayaan lebaran atau Idul Fitri. Siapa yang tidak gembira saat menyambut datangnya Hari Raya Idul Fitri? Tua muda, anak-anak, laki-laki dan perempuan semuanya bersemangat menyambut hari kemenangan. Gak peduli kalau tarawihnya bolong ataupun puasa ramadhannya banyak yang batal, yang penting ikut meramaikan lebaran.

Semua kaum muslimin pada moment ini biasanya bersilaturahmi ke sanak saudara dan handai taulan untuk saling bermaaf-maafan. Meskipun idealnya memaafkan itu gak harus menunggu sampai waktu lebaran datang. Khusus untuk Indonesia, moment lebaran selalu dihiasi dengan tradisi mudik, serba pakaian baru dan tak ketinggalan menu spesial.

Kegembiraan menyambut lebaran semakin meriah dengan adanya bagi-bagi THR (Tunjangan Hari Raya) yang diberikan oleh instansi tempat kerja, baik pemerintah maupun swasta. Walaupun jumlahnya bervariasi antara yang satu dengan yang lainnya, tapi THR seakan menjadi dewa penyelamat bagi yang menerimanya. Katanya sih.... lumayan, bisa untuk nambah-nambah kebutuhan rumah tangga ataupun untuk beli pakaian baru.

Tapi, kalau dipikir-pikir yang namanya bulan ramadhan kan berpuasa disiang hari. Jadi waktu makan difokuskan saat berbuka puasa dan saat sahur. Kalau dilihat dengan logika, jadwal makan kan dikurangi, berarti belanja juga pasti kurang dong. Tapi... kenyataannya di masyarakat sangat berbeda, justru yang ada saat bulan ramadhan malah meningkat menjadi dua kali lipat bahkan lebih. Kadangkala sampai mubazir lantaran makanan yang dihidangkan didepan mata banyak macam. Entah itu niatnya mau balas dendam atau betul-betul niatnya untuk berbuka setelah seharian menjalankan ibadah puasa. Entahlah, hanya anda dan tuhan yang tahu!

Gak tahu kenapa? Tiap kali berbicara tentang Hari Raya Idul Fitri, pasti erat kaitannya dengan Tunjangan Hari Raya atau biasa kita sebut THR. Siapapun pasti ingin mendapatkan THR. Mau anak-anak, remaja, anak kuliahan, pegawai, apalagi mereka yang bekerja sebagai karyawan disebuah perusahaan. Dan untuk anak-anak selalu bersemangat saat Idul Fitri tiba, karena mereka akan mendapat THR yang nantinya bisa dimanfaatkan sebagai uang jajan tambahan.

Semua orang pasti merasa berhak dan sangat berharap untuk mendapatkan THR setiap Hari Raya Idul Fitri. Namun... layakkah THR yang sangat kita idam-idamkan tersebut? Apakah kita sudah melaksanakan kewajiban kita dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan? Hanyalah diri kita masing-masing yang bisa menjawab itu semua. Kadang-kadang kita marah dan ngomel tanpa sebab akibat tidak mendapatkan THR, lebih-lebih tidak sesuai dengan yang di inginkan. Sedangkan kita sudah tahu dan paham kalau yang namanya  THR itu hanyalah pemberian yang bersifat sukarela, keikhlasan dan bukan karena paksaan.

Sebelum melangkah jauh dan menuntut banyak, ada baiknya kita bercermin dahulu pada diri kita sendiri. Apa saja yang sudah kita perbuat selama ini, mulai dari sebelum ramadhan tiba sampai mau usai? Apakah kita sudah melaksanakan kewajiban kita dengan maksimal atau sering mengomel karena tugas yang diberikan atasan atau bos di kantor selalu menumpuk, bahkan kadang diluar job kita? Sedangkan jika kita sebagai anak, sudahkah kita melaksanakan tanggung jawab kita sebagai pelajar atau mahasiswa dengan baik, atau malah kebanyakan malas saat mengkuti pelajaran/perkuliahan.

Terus bagaimana saat sebelum ramadhan tiba? Pernahkah kita mengakui berapa kali kita terlambat, sedangkan kantor mengharapkan pekerjaan cepat selesai demi operasional perusahaan menjadi lebih baik? Atau saat orang tua membutuhkan bantuan kita dirumah, adakah kita saat itu juga? Bisa saja kita sudah melupakan peristiwa itu semua dan sering beralasan kalau itu sudah lama berlalu.

Begitu banyak peristiwa di masa lampau yang kita lupakan begitu saja. Kalau diungkit satu persatu dan dibahas akan memakan waktu yang lama serta hanya buang-buang tenaga dan pikiran saja. Sedangkan kita tidak pernah merasa telah melakukan banyak kesalahan dan merasa berdosa akan kebohongan yang telah kita lakukan.

Bercermin dari masa lalu, maka "Layakkah THR itu kita dapatkan?" Dengan semua yang sudah kita lakukan. Sudahkah memenuhi syarat untuk menerima THR dari orangtua atau perusahaan? Sedangkan output yang kita berikan kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan?

Lihatlah di sekeliling kita. Begitu banyak orang yang membutuhkan lapangan pekerjaan dan pendidikan yang layak. Mereka rela melakukan apa saja asal mereka bisa bersekolah dan mendapatkan pekerjaan yang layak. Sementara kita yang saat ini sudah beruntung dengan pekerjaan dan sekolah yang layak, malah menodai kesempatan yang dinantikan jutaan orang diluar sana. Harusnya kita malu pada mereka yang ada diluar sana dan kejinya hati kita terhadap mereka yang sudah membiayai kita.

Sudah saatnya membuka kunci hati dan mensucikannya dari perbuatan kita. Mulailah untuk belajar bersyukur dan berterima kasih pada mereka yang sudah menjadi sumber kehidupan kita. Jadikanlah moment Hari Raya Idul Fitri untuk berintrospeksi diri terhadap apa yang sudah kita lakukan selama ini? Apakah kita sudah memberikan hasil yang maksimal kepada kantor/perusahaan tempat kita bekerja, juga kepada orang tua, atau justru kita bisanya hanya menuntut ini dan itu pada mereka? Hanya anda yang tahu!

Patut kita sadari dan ingat, THR bukanlah merupakan kewajiban seperti gaji dan lain sebagainya, melainkan hanya pemberian sukarela, keikhlasan dan tanpa paksaan. Lebih baik kita mengharapkan THR sejati dari Sang Pencipta di akhirat nanti sesuai dengan amal perbuatan kita di Bumi ini. Cobalah untuk belajar memberikan yang terbaik dalam setiap hal yang kita lakukan agar THR yang di idamkan menjadi layak untuk kita dapatkan, baik itu THR yang diberikan oleh manusia sendiri, maupun Sang Khalik kelak!

Makassar, 3 Juli 2015

22 komentar:

  1. Alhamdulillah, udah dapat THR, moga pahala puasanya juga dapat yah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah... asyik dunk yang udah dapat THR.
      Amiiin... Semoga puasanya begitu juga.

      Hapus
  2. mungkin karena adat di indonesia jadi kita terpaku pada thr dan membagikannya untuk sanak saudara, tapi kan tetep alhamdulillah kalau dapet hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa jadi seperti itu. Wajib tuh ngucapin Alhamdulillah kalau dapat THR.

      Hapus
  3. Penginnya dapat THR yang barokah semuanya#widihkokrakusbanget:) peace for all :) pokoknya disyukuri atas nikmat semuanya termasuk adanya THR

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insya Allah, kalau sudah rejeki pasti bakalan dapat THR yang barokah. Ya, benar bangad. Bersyukur itu wajib setiap kali kita mendapatkan rejeki, termasuk di dalamnya "THR".

      Hapus
  4. Mudahan THR saya tahun ini cepat turunya..amiin..heee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiiin... Semoga do'anya cepat terkabul.

      Hapus
  5. Balasan
    1. Hahaha.... bisa aja nih Mbak, kan udah ada suami. Pasti THR-nya mengalir tiap bulan tuh.

      Hapus
  6. Suami udah dapat THR tapi saya dari kantor belum huhuhuh eh tapi alhamdulillah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, udah dapat THR walaupun baru suami.

      Hapus
  7. Semoga dapat THR ya... THR untuk blogger hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe... Nah itu dia, THR khusus blogger yang lagi di tunggu-tunggu nih.

      Hapus
  8. Makasiih mas masukannya, saya jadi lebih tau bagaimana mendapatkan THR yang sebenarnya :'), tapi sebenernya saya juga pengen uang THR nya ,, haha :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha... gak bakalan nolak yah kalau di kasih THR.

      Hapus
  9. Selain THR di akhir, THR di akhirat sebenernya perlu juga mas .. haha :D :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, itu yang harus di utamakan, yakni "THR" untuk akhirat.

      Hapus
  10. Klo saya sih kerja sendiri, jadi mana ada THR, hahaha :D
    Sebetulnya asal-mulanya ada THR itu gimana ya? Apa untuk mensubsidi "kebutuhan" pulang kampung menjelang lebaran atau gimana?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gaji diri sendiri dunk.
      Wah untuk asal usulnya, aku juga masih belum begitu tahu. Yang aku pahami baru sebatas seperti dalam penjelasan di paragraf terakhir.

      Hapus
  11. Allhamdulillah THR sudah masuk dr suami saya hihihi :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah... asyik donk, sudah ada uang tambahan buat lebaran nanti.

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...