Henry Jhie, Kuli Panggul Bergaji Dollar (Dok. Pribadi) |
Siang
itu, cuaca kota Makassar cerah ceria dan bersahabat. Sesekali angin sepoi-sepoi
dengan lembutnya menerpa dan membelai diri ini yang sedang ke asyikan bercerita
dengan adik-adik yunior dibawah rindangan ya pohon trembesi. Selain itu, kami
juga disuguhkan pemandangan sekitar yang lumayan menghijau dan begitu
mempesona. Di beberapa tempat terdapat gundukan tanah dan pasir menghiasi
sebagai tanda proses pekerjaan landscape kampus masih akan dilanjutkan.
Hampir
saja aku dibuat lupa oleh suasana yang begitu nyaman, indah dan mempesona.
Bahkan gak terasa kalau aku berada ditempat tersebut sudah lebih tiga jam
lamanya. Duh... segitu terhipnotisnya diriku akan suasana yang mendekati
sempurna siang itu.
Di
tengah keasyikan bercerita dan suasana siang itu, aku tiba-tiba teringat
sesuatu ketika melihat jam di Smartphone. Seketika aku langsung tersadar akan
kegiatan yang menanti siang itu juga, tepatnya akan di mulai pukul 15.00 Wita.
Segera saja aku memohon diri dan memacu kendaraan (motor) kesayangan sebagai
tanda akan meninggalkan tempat bercerita yang sempat membuatku terlena dan lupa
akan waktu untuk sementara.
Agar
tidak terlambat, aku memacu kendaraan dengan kecepatan 60-70 Km/jam. Al hasil,
kurang lebih 15 menit kemudian aku sampai di lokasi acara. Itu pun setelah
melewati 3 lampu merah dan beberapa titik rawan kemacetan. Usai memarkir
kendaraan dan sebelum masuk ke gedung berwarna putih berhias beberapa spanduk
warna kuning, aku mencoba bertanya pada seorang satpam untuk memastikan
acaranya diadakan dilantai berapa.
Setelah
mendapatkan jawaban dan yakin, aku pun bergegas masuk ke gedung tersebut dan
menuju ruangan yang dimaksud. Sesampainya di dalam gedung, ternyata sudah ada
beberapa blogger yang datang, salah satunya teman akrab di Kompasiana
(Heriyanto Rentalino). Tanpa ba-bi-bu lagi, aku langsung menghampirinya dan
ngobrol dengan sambil menunggu teman-teman lainnya. Dan tak lama kemudian
teman-teman blogger lainnya pun berdatangan, termasuk Blogger Reporter
Indonesia yang datang langsung dari Jakarta, seperti Kang Arul, mas Hasmi
Srondol, Syaifuddin Sayuti, Ahmed Tsar, Nur Aliem Halvaima (Nur Terbit), dan
mas Rosyid.
Sebelum
acaranya dimulai, peserta yang hadir dipersilahkan untuk mencicipi beberapa
makanan ringan yang telah disiapkan sembari melepas lelah. Setelah dirasa cukup
dan semuanya sudah berkumpul diruangan yang telah di siapkan, baik itu para
blogger, beberapa komunitas, pihak penyelenggara acara Community Gathering dan
narasumber, acara pun segera di mulai.
Ketika
MC memperkenalkan narasumber, sontak pandanganku tertuju pada salah satu sosok
yang rasanya seperti tidak asing. Dimana sosok ini dalam beberapa hari
belakangan ini menjadi buruan semua media bahkan sampai menjadi trending topic
nasional. Seorang sosok yang hanya mengenyam pendidikan sampai kelas 4 SD dan
bekerja sebagai kuli panggul (buruh pelabuhan). Namun siapa sangka dibalik
pendidikan dan pekerjaannya yang biasa saja tersimpan kejeniusan dan cerita
yang menarik untuk di simak.
Henry
jufri atau Henry Jhie, begitulah ia memperkenalkan dirinya kepada seluruh
peserta yang hadir di acara sore itu. Dengan sedikit malu-malu, ia mulai
menceritakan kisah hidupnya sampai menjadi tenar seperti sekarang ini.
Pertama
ia mulai dari tingkat pendidikannya yang hanya sampai kelas 4 SD kemudian
berlanjut ke pekerjaannya yang hanya seorang kuli panggul di sebuah pelabuhan.
Setelah itu bercerita tentang penghasilannya yang tidak menentu, yang kadang
hanya 20 ribu sehari saja. Sampai-sampai ia tak mampu menahan perasaannya saat
menceritakan masa-masa tersebut, bahkan suasana pun ikut menjadi hening
seketika.
Cerita
pun berlanjut, ia melanjutkan kembali dengan mengisahkan awal mula mengenal
komputer (2012) dan mengenal blog sekaligus aktif di dalamnya (Mei 2014). Namun
setelah ia mencoba ngeblog, ternyata fesyen-nya gak cocok di sana. Yang
artinya, saat itu nge-blog gak sesuai dengan dirinya. Dalam penuturannya, ia
mengatakan bahwa hanya mampu menulis 3 – 4 paragraf saja, setelah itu sudah
blank kembali atau berhenti ditengah jalan karena tak biasa merangkai kata-kata
seperti yang dilakukan oleh para blogger dan hal itu juga yang membuatnya tidak
bertahan lama di dunia blogging.
Namun
demikian, ia tidak berhenti sampai di situ saja. Ia pun kemudian mencoba
peruntungan di bidang lain, kali ini jalur yang di tempuh yakni yang
berhubungan dengan dunia aplikasi dan game. Masih tetap di tahun yang sama,
tepatnya bulan Mei sampai Juli ia mulai bergabung dan belajar membuat aplikasi
bersama teman-teman komunitas tempat ia bergabung.
Katanya,
untuk membuat aplikasi, ia mulai menyisihkan gaji sebagai kuli panggul untuk
digunakan membeli akun yang harganya mencapai 350 ribu rupiah. Namun karena
sudah mulai cinta dan merasa bahwa dunia aplikasi adalah fesyen-nya, ia pun
berusaha sekuat tenaga untuk bisa mendapatkan dana sebesar itu. Walaupun
penghasilannya sebagai kuli panggul tidak menentu, ia tetap bisa menyisihkan
sedikit dananya. Ketika usai kerja, ia lebih banyak menghabiskan waktunya di
dunia maya untuk belajar lebih dalam mengenai dunia aplikasi. Hebatnya, ia
hanya bermodal laptop jadul seharga 800 ribu dengan RAM 1 GB. Bahkan
teman-teman di komunitas pun menyarankan kepadanya untuk membeli laptop yang
lebih tinggi lagi kapasitasnya.
Ia
pun menampung dan mempertimbangkan saran tersebut meskipun dalam hatinya berat
serta mustahil untuk bisa membeli laptop baru. Hal ini karena mengingat
penghasilannya sebagai kuli panggul tidak menentu. Namun setelah berpikir cukup
lama dan penuh pertimbangan dan kecintaannya akan dunia aplikasi serta yakin
bahwa fesyen-nya di dunia tersebut, dengan berat hati ia menjual laptop
jadulnya kemudian membeli laptop baru, di mana dana sisanya berasal dari
keluarga dan sisa uang tabungannya.
Setelah
memiliki laptop baru, cobaan pun datang, yakni beberapa akun aplikasinya di
hukum oleh google karena masalah hak cipta. Ia pun sempat down, tapi karena
memiliki keyakinan yang kuat, pengalaman tersebut dijadikan sebagai pelajaran
untuk lebih baik lagi ke depannya dan lebih berhati-hati lagi serta belajar
untuk menghargai karya orang lain.
Petualangan
baru pun di mulai, ia kemudian melakukan riset sambil membangun perlahan-lahan
apa yang menjadi fesyen-nya. Tak lupa juga ia belajar cara memanage semua yang
ia kerjakan agar ke depannya menjadi lebih baik. Dengan melakukan riset dan
belajar memanage pekerjaannya, secara perlahan-lahan usahanya pun mulai
terlihat. Dollar pun mulai mengalir dan menghampirinya, totalnya kurang lebih 2
jutaan setiap bulannya dan itu berjalan sampai bulan Juni 2015.
Sekali
lagi, pelan tapi pasti, hasil kerja keras dan semangatnya dalam melakukan riset
dan mengembangkan usahanya semakin menampakkan diri serta mulai menunjukkan
kemajuan. Sekitar bulan Juli – Agustus 2015 penghasilannya melonjak drastis,
yakni dari 175$ (2 juta) mejadi 1175$ atau sekitar 16 juta. Bahkan ia sendiri
sampai kaget saat menerima paket POS dari Western Union dan melihat isinya
adalah uang sebanyak itu.
Keberuntungan
pun tak berhenti di situ saja, kini berkat usaha dan semangatnya tersebut, ia
juga di lirik oleh berbagai media yang penasaran dengan apa yang ia lakukan,
dalam hal ini bisa mendapatkan gaji dalam bentuk dollar. Al hasil, ia pun kini
wara wiri di berbagai stasiun televisi.
Makassar, 6 September 2015
keren ya bergaji dola. Mau belajar juga melalui riset ya
BalasHapusHehehe... sepertinya begitu. Iya Mbak, dari yang saya tangkap riset tetap diperlukan, contohnya seperti penentuan keyword.
HapusKyknya mantab niii aacarana blogger reporter
BalasHapusMantap bangad Mbak Gustyanita. Apalagi para blogger reporter yang datang merupakan orang-orang punya ke ahlian khusus juga, seperti pernah dan masih jadi wartawan, dari agensi, dosen, dan lain-lain.
Hapusasal niat pasti ada jalan ya
BalasHapusBenar bangad.
Hapushem jadi inspirasi terbaru buat kita semua mas, harusnya kita juga bisa mengikuti jejak para blogger yang banyak menghasilkan dolar dari blognya, semangat terus, salam sukses
BalasHapusSetuju, harus dijadikan motivasi dan penyemangat juga buat kita semua nih.
HapusApa dia dari cirebon?
BalasHapusEntahlah... Aku lupa menanyakannya.
HapusIya mas timur kisah kuli panggul bergaji dollar bikin motivasi tersendiri terkait dengan blog.. Siiipppp :)
BalasHapusYuk jadikan blog sebagai sumber penghasilan tambahan. Lumayanlah kalau berhasil, bisa buat bayar tagihan listrik dan air.
HapusAmin, semoga ya Mas Timur.. Siiipppp mas, saya ikut mau punya penghasilan tambahan dari blog..... :)
HapusSemoga. Amiiin. Selamat berjuang dan jangan menyerah, Henry Jufri saja bisa. Kenapa kita gak?
HapusWahh. Asiknya mas ketemu langsung dg beliau. Inspirasi banget kisahnya dia.
BalasHapusAlhamdulillah mas bisa nyerap ilmu dan pengalamannya.
Hapuskeren mas pengalamannya, bisa bertemu dengan orang hebat. Kalo Henry Jhie lewat aplikasi, kayaknya saya nggak ngerti aplikasi, lebih baik nulis lewat blog saja, hehe.. :)
BalasHapusHehehe... fokus aja kesitu mas kalau sukanya nge-blog. Henry Jhie pun begitu, sebelum masuk dunia aplikasi masih mencari mana yang cocok dengannya.
Hapusgilaa, tersinggung ane. masa kalah sama kuli panggul tamatan sd.
BalasHapusterpacut ni semangat. masa kalah ane......sebuah motivasi yang lua biasa dari tamatan sd mas
Hehehe... mas fajar bisa aja nih.
Hapusbener kok mas, kita yang berjuang menyelesaikan kuliah. ehh masak kalah sama tu bapak. salut saya mas n iri rasa nya.
Hapustapi saya angkat topi sama bapak itu.
Wah... itu baru semangat.
HapusTerus Semangat ya mas..;)
HapusTuh... ada yang nyemangatin mas fajar herlambang.
Hapuscerita ini membuat saya menjadi iri dan terinspirasi... :)
BalasHapusKok iri pak, harusnya jadi penyemangat.
Hapuswah ini bisa jadi motivasi untuk para pemburu dolar pemula seperti saya :)
BalasHapusAyo dijadikan motivasi.
Hapuskapan saya bisa jadi blogger bergaji dollar yaa.. bismillah pelan2 pasti ada jalan kan yaa mas
BalasHapusInsya Allah, pasti bisa. Semua akan indah pada waktunya.
HapusMantep bergaji dollar, kapan ya kira2 blogger seperti saya bergaji dollar, hehe
BalasHapusNantinya juga bisa kok.
Hapusaduh pengen dateng juga eh, sampe bisa gaji dolar. mudahan ketularan kesaya
BalasHapusInsya Allah bakalan ketularan kok, asal mau berusaha terus seperti yang dilakukan oleh mas Henry Jufri
Hapuswah, jadi ikut termotivasi membaca kisahnya :)
BalasHapusAlhamdulillah, semoga bisa dijadikan cambuk untuk kita semua agar lebih baik lagi ke depannya.
Hapuskeren sekali masya Allah.. terinspirasi banget. makasih sharingnya mas
BalasHapusSama-sama Mbak Lia, Yuk, jadikan sebagai motivasi untuk teman-teman blogger.
Hapuswah keren banget mas, ini harus dijadikan sebagai motivasi buat kita untuk tidak pernah menyerah dalam hal apapun :).
BalasHapusInspirasi banget nih :)
Terima kasih Mbak Alya untuk apresiasinya. Ayo Mbak, jadikan sebagai motivasi untuk menjadi lebih baik lagi. Masa kalah dari seorang kuli panggul pelabuhan.
Hapuswiiiih keren banget ya mas sudah bergaji dollar :)
BalasHapusKeren bangad mba Ipah. Jadi iri malah karena dikalahin sama seorang kuli panggul.
HapusMas, koreksi dikit yaa, bukan fesyen tp mngk passion ya 😁
BalasHapusMakasih mas untuk koreksinya. Hanya mengikuti gaya bahasa dari narasumber (Henry Jufri).
HapusDon't judge the book by its cover, jangan ngejudge org dari tampilan luarnya aja. Kuli kek gitu tapi mau mengupayakan dirinya tdk mengandalkan otot tapi otak. Keren ya, motivasi yg bagus banget buat orang2 yg males tahunya minta aja.
BalasHapusBenar bangad, bukan jamannya lagi melihat orang dari penampilannya karena kita tidak tahu apa sebenarnya di miliki setiap orang.
HapusSetuju, perlu untuk dijadikan motivasi oleh siapa pun yang bisanya cuma meminta saja dan tidak mau berusaha.
Semangatnya luar biasa
BalasHapusIya, semangatnya patut untuk di tiru nih.
Hapus