Selasa, 19 Mei 2015

Aku Dan Kostku Dalam Sebuah Cerita

Ilustrasi
Bete, bosan, kesal, emosi bercampur amarah, itulah gambaran anak kost di mana aku tinggal. Sebuah gambaran yang menunjukkan selalu ingin di mengerti dan di perhatikan. Kurang lebih seperti itulah yang aku perhatikan dua hari ini. Maklum saja, namanya juga anak muda yang sedang mencari jati diri yang sesungguhnya.

Namun... reaksi yang ditunjukkan beberapa hari ini bukan hanya semata-mata ingin di mengerti serta di perhatikan juga, melainkan ada alasan lain yang lebih penting dan masuk akal. Penyebabnya pun seringkali di anggap sepele oleh pemilik kost, namun dampak yang dihasilkan terbilang luar biasa. Bahkan hal ini sudah terjadi selama 3 tahun terakhir ini dan dari yang aku pantau pemilik kost seakan tidak belajar dari kasus-kasus sebelumnya.

Aku yang sebelumnya sering mengadukan masalah ini, akhirnya jadi malas untuk mengadu lagi. Apalagi aduanku dan penghuni lain kebanyakan tidak di respon dan lebih banyak menerima janji tanpa realisasi, seperti halnya yang sering terjadi tiap musim kampanye tiba. Di mana janji-janji di tebar dan di obral di setiap sudut yang berakhir tragis tanpa kejelasan yang pasti dari sang empunya.

Sebagai penghuni lama, aku sendiri bingung dengan jalan pikiran sang pemilik kost yang selalu berubah-ubah. Ibaratkan perahu layar, mengikuti ke mana pun angin bertiup. Al hasil, penumpang (penghuni kost) ikut terombang ambing dalam ketidakjelasan. Untung saja tidak disebut penghuni kost tidak jelas.

*  *  *
 
Kurang lebih selama dua hari ini, penghuni kost kembali mendapatkan ujian yang sama seperti yang terjadi di tahun sebelumnya. Tak hanya itu saja, ujian ini juga terjadi di penghujung tahun 2014 sampai bulan februari lalu. Ujian yang aku maksud tak lain adalah Air PAM di kost tidak mengalir alias mati total. Padahal kost lain yang berada di kiri, kanan dan belakang tempat aku kost baik-baik saja tanpa ada masalah. Penghuni kostnya pun tenang-tenang saja karena air PAM di tempat mereka kost mengalir deras tanpa hambatan.

Jujur saja, aku gak kaget lagi dengan ujian ini karena kejadian ini sudah sering terjadi selama 5 tahun tinggal di kost ini. Namun yang menjadi tantangan baru adalah penghuni lain yang rata-rata muka baru. Selain itu, kejadian seperti ini pun baru bagi mereka dan otomatis menimbulkan reaksi yang beragam di sertai penyesalan plus sedikit emosi. Tak sampai di situ saja, rasa frustasi pun datang menghampiri mereka. Bahkan sampai ada yang teriak-teriak seperti orang yang sedang orasi di depan demonstran lainnya.

Akan tetapi, reaksi yang mereka tunjukkan sia-sia saja karena kurang mendapat respon dari pemilik kost. Sebagai penghuni lama, aku gak kaget lagi karena pernah juga merasakan hal yang sama sampai membuatku jadi malas untuk bereaksi lagi. Jangan di respon, di dengar pun belum tentu karena aku sudah paham dengan kebiasaannya yang pasrah dan mencari-cari alasan untuk menghindar dari hal itu. Kalau pun di respon harus menunggu berhari-hari dahulu.

Untung saja, aku sudah mengantisipasi hal-hal seperti ini. Namun kali ini bukan lagi seperti sebelumnya yang selalu ke kost teman jika kejadian sepele ini terulang kembali. Aku sudah mengantisipasinya dari dua bulan lalu, yakni dengan mencari tempat tinggal baru. Alhamdulillah misi pencarianku selama satu bulan lebih menunjukkan hasil. Walaupun tidak besar-besar amat, aku akhirnya menemukan rumah yang mau di kontrakkan dan kebetulan juga kedua adik saya yang cewek suka sama tempatnya.

Dengan adanya rumah kontrakkan ini, aku menjadi sedikit lega dan senang juga. Sehingga saat kejadian yang tidak di inginkan itu terulang lagi, aku masih punya tempat untuk mandi, mencuci dan melakukan aktivitas lainnya. Apalagi kost yang aku tempati masih ada dua bulan lagi baru berakhir masa sewanya.

Itulah sedikit ceritaku tentang kost di mana aku tinggal yang tiga tahun terakhir ini sering mendapatkan ujian ringan, yakni Air PAM mati total. Bagaimana dengan teman-teman, pernahkah merasakan hal yang sama secara berulang-ulang.


Makassar, 19 Mei 2015

26 komentar:

  1. akhirnya pindah juga ya,,
    saya pernah pindah kost, karena,, em,, kamar mandinya mampet, si kotorannya gak bisa di siram,, itu jorok sekaleee -,- pengalaan terburuk deh selama ngekost

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe... udah lama niat mau pindah, tapi baru kesampaian tahun ini.

      Hapus
  2. Emang gitu sih kalo kos-kosan, apalagi yg udah lama, banyak yang harus diperbaiki :) *pengalaman pribadi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju bandag. Udah sering di kasih tau juga pemilik kost saya, tapi mau bagaimana lagi yang empunya kadang merasa paling tahu segalanya. Jadinya milih diem aja dah.

      Hapus
  3. saya sih belum pernah ngekost, tapi banyak temen yang anak kosan, banyak juga sih ya suka duka nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya benar, suka duka nya banyak. Ada kenangan tersendiri.

      Hapus
  4. untung selama kuli ga ngekos, jadi aman dari segala kendala yang ada di kosan haha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hhhmmm... enaknya yang tinggal bersama orangtua.

      Hapus
  5. ternyata jadi anak kost penuh perjuangan yah
    saya belum pernah ngekost sh, cuman kadang nginap di kostan teman

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lumayan juga perjuangan yang harus di tempuh mas. Banyak hal yang di dapatkan dari hidup ngekost.

      Hapus
  6. Lebih baik pindah daripada keluhan dan ketidaknyamanan dipendam dalam hati.
    Ada juga hal lain yang bikin pindah: lingkungannya gak baik dan gak nyaman.
    Saya waktu kuliah dulu juga begitu.

    salam,
    http://alrisblog.wordpress.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lingkungannya sih gak mengecewakan dan terbilang aman-aman saja plus sedikit hijau. Cuma itu saja, pemilik kost-nya yang sedikit gak punya perhatian ke para penghuni yang sudah bayar mahal.

      Hapus
  7. alhamdulillah udah pindah yah mas. gak kebayang kalo masih tinggal di tempat kos itu. banyak keselnya pasti

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe... lumayan banyak kesal, tapi kebanyakan di pendam karena lebih banyak gak di respon sama sang pemilik kost.

      Hapus
  8. Tahan juga sampai 3 tahun..hehe
    Selama ngekost bertahun-tahun Alhamdulillah dapat tempat yang enak, kalaupun ada yang kurang sreg saya bertahan karna lingkungannya, maklum deh anak cewek.. keamanan nomor 1 :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan 3 tahun, tapi udah masuk tahun ke-5 untuk tahun ini.
      Setuju bangad kalau soal lingkungan plus keamanan, setelah itu masalah air dan lampu. Bagi saya pilihan tersebut menjadi prioritas.

      Hapus
  9. itulah suka dukanya menjadi anak kos, dan pindah memang pilihan yang tepat :)
    semoga betah ditempat yang baru ya Mas :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insya Allah bakalan betah di tempat tinggal yang baru. Makasih untuk doanya.
      Salam.

      Hapus
  10. Nanti gue juga merasakan jadi anak kost:((

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga gak merasakan seperti yang saya rasakan beberapa tahun terakhir ini.

      Hapus
  11. Bener ngekos itu emang kdg ngebetein y

    BalasHapus
  12. ajegile...

    sebagai sesama penghuni kost (mantan) saya juga sering ngalamin hal tersebut
    contohnya kalo bayar listrik yang kerap adu argumen
    maklum, setiap kamar beda2 sih tarifnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak pake adu argumen juga sih karena bayarannya udah jelas. Cuma yang sangat disayangkan udah bayar mahal kostnya plus lampu sama air perbulannya juga mahal, tapi fasilitas yang di dapat standar dan cenderung tidak seimbang. Belum lagi ditambah banyak alasan dari pemilik kost kalau udah ada masalah.

      Hapus
  13. wah kalo sampe kos begitu mah, kelewatan ya.. kita udh byr mahal2... dia seenaknya ga nyediain fasilitas yg sebanding... Alhamdulillah ga prnh dpt masalah dgn air selama masih nge-kos dulu mas.. Palingan ya, waktu msh tinggal di Aceh dulu, bukan hal aneh lg kalo PLN di sana selalu mati idupin listrik...dalam sehari bisa 5x!! Dan dgn waktu yg lama sekali mati.. Kita ga bs marah jg dgn pemilik kos... toh ini kerjaan PLN gila sih -__-.. Untungnya stlh tinggal di jkt, aku jaraaaaaaaang bgt ngalamin masalah ini lg... kayaknya dalm setahun palingan cuma mati sekali, itu jg sebentar... Nth knpa PLN yg di daerah2 sana srg byar pet sendiri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Entah harus bilang bagaimana lagi. Lumayan menyiksa juga kalau udah seperti itu, keadaannya lebih parah dari daerah saya yang biasa kekurangan air ketika musim kemarau.

      Kalau soal lampu sih, kebanyakan dari PLN yang padamin, tapi kalau pun dari kos biasanya saya dan saudara yang biasa bantu perbaiki. Di situ kadang anak kos sering di paksa buat bantuin, tapi giliran ada penghuni yang membutuhkan bantuan, biasanya lama baru di respon.

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...