Ilustrasi |
Kasih sayang Ibu terus mengalir dalam setiap doanya dan rasa khawatirnya tentang keadaan kita. Sepanjang hayat kasihnya itu tak kan terbalas dengan apa pun jua. Di setiap darah yang mengalir di tubuh kita saat ini, di setiap aktivitas yang kita lakukan kini, di dalamnya ada jasa Ibu.
Pernahkah terpikir untuk membalas jasa Ibu dengan balasan maksimal yang bisa kita berikan? Mengalirkan pahala untuknya sebagaimana beliau alirkan cinta dan kasihnya kepada kita sepanjang hayat.
Dari Abu Hurairah r.a. bahwa beliau berkata, “Seseorang datang kepada
Rasulullah Saw dan berkata, 'Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus
berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab,
‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’
Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut
bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang
tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu
‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.'” (HR. Bukhari)
Kemudian Rasulullah Saw juga pernah bersabda dalam hadist, dari Abu
Hurairah r.a. bahwa Nabi Muhammad s.a.w bersabda: "Apabila seorang anak
Adam mati putuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, atau
ilmu yang memberi manfaat kepada orang lain atau anak yang soleh yang
berdoa untuk kedua orangtuanya." (Hadits Sahih - Riwayat Muslim dan
lain-lainnya)
Sedekah Jariyah dalam hadits tersebut kita biasa
menyebutnya dengan WAKAF, yakni menyedekahkan harta untuk
kepentingan umat. Harta wakaf tidak boleh berkurang nilainya,
tidak boleh dijual dan tidak boleh diwariskan. Setiap aset wakaf yang
dimanfaatkan untuk kepentingan umat akan mengalirkan pahala kepada
mufakif (orang yang berwakaf) secara terus menerus selama manfaatnya
masih dirasakan oleh umat.
Coba bayangkan! Jika harta Wakaf tersebut atas nama Ibu
kita dan bermanfaat serta untuk kepentingan umat, maka wakaf tersebut Insya Allah akan mengalirkan pahala
terus menerus kepada beliau.
Di saat Ibu menjalani usia senja,
bukan sekadar rumah yang nyaman dan tenang yang beliau butuhkan,
melainkan sebuah lahan pahala yang akan menjadi bekalnya kelak bertemu
dengan Sang Khalik. Bahkan selama aset wakaf atas nama ibu masih
terus bermanfaat bagi umat setelah beliau wafat, pahala itu akan terus
mengalir mengangkat derajatnya.
Wakaf untuk Ibu tercinta adalah sebuah upaya terbaik membalas kebaikannya sekaligus sebagai ungkapan bakti dan cinta terbaik kita kepadanya.
Makassar, 29 Mei 2015
Catatan :
*Di sadur dari status yang ditulis oleh Dompet Dhuafa. Kembali saya tuliskan ke dalam blog pribadi saya sebagai bentuk bantuan, di mana mereka berharap artikel ini di share*
Saya ingin membahagiakan ibu saya. Tentunya keinginan setiap anak membahagiakan kedua orangtuanya. Terima kasih mas idenya, tentunya wakaf termasuk amal jariyah. Dimana pahalanya terus mengalir, apalagi jika tanah wakaf itu atas nama ibu, sungguh tak terpikirkan! Ide kreatif sekali mas, semoga mencerahkan pembaca yang ingin menjadi anak yang berbakti, saya ingin menjadi anak yang berbakti :)
BalasHapusTerima kasih untuk apresiasinya. Semoga impiannya bisa terwujud mas. Pasti semua anak menginginkan demikian juga.
HapusSungggu muliaa
BalasHapusMakasih... Hanya ingin berbagi saja.
HapusAku pun pengen membahagiakan Mama.. :'D
BalasHapusSemoga apa yang Mba Beby inginkan bisa terwujud.
HapusAmiiin...