Duh, rasanya pagi ini seperti tinggal di desa terpencil. Padahal ini kan salah kota besar di Indonesia loh. Kok bisa ya, tiba-tiba saja berubah mendadak sepi. Rasanya gak seperti hari-hari sebelumnya yang selalu ramai, di mana warga sekitar setiap pagi sudah bersiap-siap untuk menjalani hari dengan berbagai aktivitasnya masing-masing. Dalam keadaan yang masih setengah sadar karena roh alias nyawa belum terkumpul sepenuhnya, aku pun bertanya dalam hati. Apakah gerangan yang terjadi dengan hari ini?
Sambil bertanya-tanya dalam hati, aku pun bangkit dari kasur empuk yang masih saja berusaha sekuat tenaga menggodaku untuk kembali ke dalam pangkuannya. Namun godaan tersebut aku tepis dan segera bangkit menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Setelah cuci muka dan nyawa hampir terisi penuh, aku baru sadar kalau hari ini adalah hari libur alias weekend lagi. Hhhmmm... benar-benar anak rantau yang gak bisa di andalkan plus masuk kategori payah dan sudah mendekati minta ampun.
Sambil bertanya-tanya dalam hati, aku pun bangkit dari kasur empuk yang masih saja berusaha sekuat tenaga menggodaku untuk kembali ke dalam pangkuannya. Namun godaan tersebut aku tepis dan segera bangkit menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Setelah cuci muka dan nyawa hampir terisi penuh, aku baru sadar kalau hari ini adalah hari libur alias weekend lagi. Hhhmmm... benar-benar anak rantau yang gak bisa di andalkan plus masuk kategori payah dan sudah mendekati minta ampun.
Saat nyawa udah terkumpul semua dan sudah 100% persen sadar, segera saja aku menuju halaman depan rumah untuk melakukan sedikit pemanasan dan olahraga. Sesuai kebiasaanku, di mana untuk pemanasan aku melakukan gerakan-gerakan ringan seperti senam atau semacamnya dengan maksud untuk meregangkan otot-otot yang masih kaku. Sedangkan untuk olahraga, karena hari ini tidak jadi lari pagi maka sebagai gantinya aku melakukan push up, loncat-loncat, dan pull up alias bergelantungan (untung saja gak sambil makan pisang).
Oh iya, seperti yang aku katakan di awal memulai tulisan ini, yakni rasanya bagaikan tinggal di daerah terpencil. Pasti ada yang bertanya-tanya dan penasaran kan! Aku mengatakan demikian karena suasana pagi ini begitu menggambarkan suasana pedesaan yang kita semua tahu seperti apa. Kurang lebih seperti itulah suasananya, di mana jauh dari hiruk pikuk kendaraan, udara yang segar dan disambut dengan cuaca yang cerah ceria plus pemandangan pagi yang tak kalah indahnya. Sungguh anugerah yang patut di syukuri dan sayang kalau di biarkan lewat begitu saja.
Ketika sedang asyik-asyiknya menikmati suasana itu, aku baru teringat pada salah satu acara yang kebetulan lokasinya sama dengan daerah aku tinggal saat ini serta diselenggarakan di hari yang sama dengan hari ini, yakni Sabtu 23 Mei 2015. Sebuah acara yang menurut saya sayang bila terlewatkan begitu saja. Tak hanya itu saja, acara ini terbilang penting karena menyangkut masalah perekonomian sebuah negara. Di mana narasumbernya adalah orang-orang yang kompeten, berpengalaman serta mendedikasikan dirinya untuk kemajuan bangsa.
Oh iya, seperti yang aku katakan di awal memulai tulisan ini, yakni rasanya bagaikan tinggal di daerah terpencil. Pasti ada yang bertanya-tanya dan penasaran kan! Aku mengatakan demikian karena suasana pagi ini begitu menggambarkan suasana pedesaan yang kita semua tahu seperti apa. Kurang lebih seperti itulah suasananya, di mana jauh dari hiruk pikuk kendaraan, udara yang segar dan disambut dengan cuaca yang cerah ceria plus pemandangan pagi yang tak kalah indahnya. Sungguh anugerah yang patut di syukuri dan sayang kalau di biarkan lewat begitu saja.
Ketika sedang asyik-asyiknya menikmati suasana itu, aku baru teringat pada salah satu acara yang kebetulan lokasinya sama dengan daerah aku tinggal saat ini serta diselenggarakan di hari yang sama dengan hari ini, yakni Sabtu 23 Mei 2015. Sebuah acara yang menurut saya sayang bila terlewatkan begitu saja. Tak hanya itu saja, acara ini terbilang penting karena menyangkut masalah perekonomian sebuah negara. Di mana narasumbernya adalah orang-orang yang kompeten, berpengalaman serta mendedikasikan dirinya untuk kemajuan bangsa.
Moderator (Mas Nurulloh) dan Tiga Narasumber, Dok. Hajrah Dwi Anjani |
Acara ini juga di sponsori oleh instansi yang sama, yakni Bank Indonesia yang bekerja sama dengan Kompasiana. Sebagai warga Kompasiana, saya sangat senang dengan diselenggarakannya acara ini. Apalagi ini merupakan acara yang ke-4 yang diselenggarakan oleh Kompasiana di kota Makassar dalam kurun waktu dua bulan terakhir ini. Perasaan senang itu semakin meningkat lagi karena saya pasti akan bertemu lagi dengan salah satu admin Kompasiana.
Singkat cerita, karena tidak ingin ketinggalan acara, saya segera bergegas menuju lokasi. Bahkan saking tidak mau ketinggalan, saya berangkat 45 menit sebelum acara di mulai. Jaraknya sih gak jauh-jauh amat karena bisa di tempuh dengan waktu 15-20 menit jika menggunakan kendaraan pribadi. Apalagi momennya pas bangad, yakni bertepatan dengan weekend, di mana kendaraan yang lalu lalang tak seramai hari senin-jum'at.
Sesampainya di lokasi, saya pun segera bertanya ke satpam mengenai perihal berlangsungnya acara. Dalam hal ini di ruangan mana dan lantai berapa? Karena ini merupakan yang pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Gedung Bank Indonesia wilayah Makassar. Usai bertanya dan benar-benar paham dengan penjelasan satpam, saya pun dengan segera bergegas menuju tempat yang di maksud.
Ternyata... untuk sampai di ruangan yang di maksud harus melewati beberapa pengamanan plus pintu metal detektor. Untung saja barang-barang yang berhubungan dengan dunia Arsitektur, seperti cutter gak ada di dalam tas, sehingga saya bisa melenggang masuk dengan santai tanpa rasa was-was akan di tahan oleh penjaga yang berada di dalam gedung.
Untuk mempersingkat waktu dan berhubung acaranya berada di lantai 4, saya pun memilih menggunakan lift sebagai alternatif. Saat sampai di lantai 4, saya segera menuju meja registrasi yang dijaga oleh seorang wanita cantik (sayang lupa di potret). Di meja itu ternyata terdapat 3 pilihan untuk registrasi, yakni untuk Kompasianer, Mahasiswa dan Komunitas juga (lupa namanya). Walaupun saya masih mahasiswa, tapi saat mendaftar menggunakan akun Kompasiana sehingga registrasinya harus di berita acara milik Kompasiana.
Untuk mempersingkat waktu dan berhubung acaranya berada di lantai 4, saya pun memilih menggunakan lift sebagai alternatif. Saat sampai di lantai 4, saya segera menuju meja registrasi yang dijaga oleh seorang wanita cantik (sayang lupa di potret). Di meja itu ternyata terdapat 3 pilihan untuk registrasi, yakni untuk Kompasianer, Mahasiswa dan Komunitas juga (lupa namanya). Walaupun saya masih mahasiswa, tapi saat mendaftar menggunakan akun Kompasiana sehingga registrasinya harus di berita acara milik Kompasiana.
Peserta Nangkring GNNT Bareng Kompasiana & BI, Sumber Foto : Twitter BI |
Bahkan yang mengejutkan dan sedikit membanggakan disertai sedikit senyuman, yakni saya di kira seorang dosen muda oleh si penjaganya . Ini dikarenakan mereka yang telah dulu datang sebelum saya rata-rata yang sudah memiliki karir, seperti bekerja di sebuah perusahaan, wartawan, dan dosen. Setelah melakukan registrasi, saya segera menuju ruangan dan ternyata di dalam sudah banyak yang hadir. Sambil menunggu acara dimulai, saya menyempatkan diri untuk menyeruput secangkir kopi yang telah disediakan oleh pihak Bank Indonesia sebagai hidangan pembuka dan kebetulan juga saya gak sempat sarapan. Hehehe...
Saya & Kang Pepih Nugraha (CEO Kompasiana), Dok. Pri |
Ketika sedang asyik menyeruput secangkir kopi, tak sengaja melihat seorang sosok yang saya idolakan dalam dunia kepenulisan. Seorang sosok yang dalam kesehariannya selain sebagai penulis, juga merupakan seorang wartawan senior sekaligus CEO Kompasiana. Bagi saya, apa yang saya lihat sungguh merupakan berkah yang tak disangka-sangka. Mengapa? Karena dua hari sebelum acara ini, saya sempat mengomentari statusnya di facebook dan berharap bisa bertemu di acara nangkring tanggal 23 Mei yang di adakan di Makassar.
Siapa sangka, mimpi itu akhirnya terwujud juga di acara nangkring Gerakan Nasional Non Tunai bersama Kompasiana dan Bank Indonesia yang di selenggarakan di Gedung Bank Indonesia wilayah Makassar.
Kesempatan langka ini pun tidak saya sia-siakan, al hasil secangkir kopi yang sebelumnya saya seruput segera saya tinggalkan di atas meja dan bergegas menuju sang idola. Sebagai warga Kompasiana, tak lupa saya memperkenalkan diri sebelum ngobrol singkat dengannya karena sepertinya acara tak lama lagi akan di mulai.
Namun obrolan tak berhenti sampai di situ saja, karena saya masih sempat melanjutkan obrolan setelah acara selesai yang dilanjutkan dengan mengabadikan momen langka saat sedang bersamanya. Dari obrolan singkat itu, satu hal yang saya kagumi, yakni orangnya cerdas, ramah, rendah hati, suka bercanda dan tak sungkan untuk membagikan ilmunya kepada siapa pun.
Siapa sangka, mimpi itu akhirnya terwujud juga di acara nangkring Gerakan Nasional Non Tunai bersama Kompasiana dan Bank Indonesia yang di selenggarakan di Gedung Bank Indonesia wilayah Makassar.
Kesempatan langka ini pun tidak saya sia-siakan, al hasil secangkir kopi yang sebelumnya saya seruput segera saya tinggalkan di atas meja dan bergegas menuju sang idola. Sebagai warga Kompasiana, tak lupa saya memperkenalkan diri sebelum ngobrol singkat dengannya karena sepertinya acara tak lama lagi akan di mulai.
Namun obrolan tak berhenti sampai di situ saja, karena saya masih sempat melanjutkan obrolan setelah acara selesai yang dilanjutkan dengan mengabadikan momen langka saat sedang bersamanya. Dari obrolan singkat itu, satu hal yang saya kagumi, yakni orangnya cerdas, ramah, rendah hati, suka bercanda dan tak sungkan untuk membagikan ilmunya kepada siapa pun.
Makassar, 23 Mei 2015
Catatan :
*Artikel ini saya tulis setelah pulang dari acara nangkring GNNT, lebihnya tepatnya selesai shalat ashar dan baru bisa di posting karena sesuatu hal yang tak bisa di tinggalkan*
Wih keren bro.... saya aja belum prnh masuk ke gedung BI Makassar \m/
BalasHapusMakasih mas untuk apresiasinya.
HapusAlhamdulillah, berkat Kompasiana yang bekerja sama dengan Bank Indonesia, aku bisa menginjakkan kaki di Gedung BI Makassar.
Yeayyy..selamaattt slh satu mimpinya udh terwujud..jlnnya lwt ini nih..ngeblog kan yak ?.
BalasHapusNgeblog memang banyak manfaatnya :)
Alhamdulillah Mba Inda Chakim, berkat menulis alias ngeblog mimpi itu bisa terwujud dan relasi/jaringan semakin bertambah juga.
Hapusbulan kemaren acara ini juga sudah terlaksana di Kota Surabaya :)
BalasHapusIya Mba Dwi Puspita. Untuk wilayah Makassar merupakan kota terakhir yang di kunjungi oleh Kompasiana dan Bank Indonesia.
Hapuswih, keren bisa foto bareng idolanya, kebetulan yang menguntungkan
BalasHapusIya Bu Tira Soekardi, sungguh berkah yang tidak di sangka.
Hapuskeren tawwa acaranya... kapan-kapan nangkring lagi yaa
BalasHapusHehehe... Semoga saja ada lagi Mba Aida biar ngumpul lagi bareng teman-teman Blogger dan Kompasianer.
HapusSaya tahunya BI Jakarta aja :)
BalasHapusSaya awalnya juga cuma tahu Bank Indonesia itu hanya ada di Jakarta, kebetulan tahun 2011 dan 2012 berlibur di Jakarta. Tapi ternyata saya salah dan berkat acara ini saya baru tahu kalau Bank Indonesia gak hanya di Jakarta saja.
Hapuskeren bisa bertemu dengan CEO Kompasiana, saya jadi pengen buat akun kompasiana :)
BalasHapusThank's untuk apresiasinya. Kompasiana bagus juga mas Aldi, di sana banyak penulis hebat yang aktif.
HapusKetemu Idola itu rasanya memang luar biasa...congrats yaaa....man fast ngeblog yang oke banget niih..
BalasHapusTerima Kasih Mba Indah Nuria Savitri.
HapusBenar, sungguh sesuatu yang luar biasa Mba.