Generasi cerdas
dan kuat serta bermoral baik harus lahir di bumi pertiwi untuk menepis
kekhawatiran akan masa depan bangsa dan negara Indonesia. Generasi ideal
seperti itulah yang akan mampu mengelola negara beserta sumber daya alamnya dan
memimpin rakyat Indonesia yang majemuk serta menjadikan Indonesia sebagai
negara adidaya dunia yang disegani.
Untuk melahirkan
generasi ideal, maka sejak sekarang kita perlu mengupayakan peletakan pondasi
ideal bagi anak sehingga nantinya anak-anak Indonesia (tanpa kecuali) menjadi
manusia sehat dan kuat secara jasmani, cerdas dan kuat dalam berpikir, memiliki
budi pekerti serta mental yang baik dan kuat.
Oleh karena itu,
untuk mewujudkan generasi penerus bangsa perlu dilakukan pendidikan sejak usia
dini agar melahirkan pemimpin-pemimpin masa depan handal di segala aspek. Maka
dari itu, semua elemen bangsa harus dilibatkan dalam menyiapkan pemimpin masa
depan. Salah satunya adalah dengan melibatkan orangtua calon pemimpin masa
depan dan lebih khususnya dalam hal ini adalah melibatkan sang ibu.
Mengapa harus
sang ibu? Karena sebagaimana kita ketahui bahwa sejak dari dalam kandungan,
sadar atau tidak sang calon pemimpin masa depan yang dikandung oleh sang ibu
secara alamiah sudah ada ikatan yang kuat dengan sang bunda. Maka dari itu,
peran Sang Bunda sangat diperlukan sebab segala tingkah laku Sang Ibu baik atau
buruk akan berpengaruh pada pertumbuhan Sang anak mulai dalam kandungan sampai
dewasa nanti.
Di zaman modern
ini, masih banyak orangtua yang berpikir bahwa membahagiakan anak adalah dengan
menuruti semua kemauan serta perintah sang anak. Padahal, menurut saya hal ini
akan berakibat fatal di masa yang akan datang karena hal tersebut akan menjadi
bumerang bagi sang anak. Bagaimana pun keadaan kita, kedisiplinan perlu
diterapkan pada sang anak walaupun dalam pelaksanaannya banyak anak tidak
senang dengan kedisiplinan yang diterapkan oleh orangtuanya. Tetapi inilah
proses agar sang anak kelak menjadi mandiri, bertanggung jawab dan bisa menjadi
pemimpin masa depan seperti yang diharapkan.
Selain menerapkan
disiplin pada sang anak, orangtua juga harus bisa menjadi yang baik kepada sang
anak. Dengan menunjukkan sikap teladan kepada sang anak, hal tersebut tidak
hanya berguna saat sang anak masih kecil tetapi akan bermanfaat juga saat
mereka dewasa nanti.
Tidak bisa di
pungkiri bahwa menjadi teladan yang baik bagi anak tidaklah semudah membalikkan
telapak tangan. Tetapi bila perilaku positif sudah jamak dilakukan dalam
kehidupan keseharian maka teladan bisa diberikan bahkan tanpa perlu bersusah
payah. Orang tua dapat memberi contoh kepada anak bagaimana berperilaku yang
baik seperti tidak suka berbohong, bersifat adil, mencintai sesama, tekun belajar,
berdisiplin dan lain lain.
Dalam proses
pendisiplinan, hindari menggunakan kekerasan, baik lewat tindakan fisik seperti
memukul atau mencubit, atau pun memarahi dengan kata-kata kasar. Berikut ini
beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan oleh orangtua dalam menerapkan
kedisiplinan terhadap anak.
Memahami
Anak
Kita semua tahu
bahwa karakter atau kepribadian anak merupakan hasil perkawinan dari kedua
orangtua. Dalam hal ini, pembawaan genetis anak adalah warisan dari
orangtuanya. Untuk itu dalam mendidik dan membangun karakter anak, kita harus
memahami, melakukan pendekatan yang bersifat personal dan mempertimbangkan
kepribadian dasarnya. Dengan demikian, sang anak akan merasa dirinya diterima
dan dimengerti serta akan mampu mengembangkan dirinya dengan baik.
Mulailah
Dengan Hal-Hal Yang Mudah
Dalam menerapkan
kedisiplinan kepada anak, orangtua harus menyesuaikan dengan perkembangan usia
sang anak. Contoh hal-hal mudah yang bisa diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari seperti mengatur waktu makan, kapan waktu belajar, bermain,
istirahat dan lain sebagainya.
Jangan
Terbiasa Menerapkan Kata “Tidak” dan Memukul Anak
Sebagai orangtua
tentu mengharapkan anak yang santun, berakhlak mulia, cerdas dan lain
sebagainya. Hal itu akan tercapai apabila orangtua dalam mendidik anak harus
berhati-hati dan lebih teliti, salah satunya dalam tutur kata. Sadar atau tidak
banyak orangtua dengan gampangnya mengatakan “tidak” untuk apa pun
dengan yang anak lakukan saat masih balita. Akibatnya, hal tersebut akan membuat
sang anak berpikir bahwa apa pun yang akan dilakukannya tidak akan pernah
disetujui. Dan hal ini terbawa-bawa mulai dari balita sampai dewasa kelak.
Untuk itu, biarkanlah anak anda melakukan apa yang mereka sukai asal tidak
berbahaya dan tuntunlah ke arah yang lebih baik saat melakukan hal yang tidak
di inginkan.
Selain itu, saat
anak anda melakukan kesalahan, janganlah anda langsung menghukum sang anak
dengan memukulnya. Jika anda terbiasa memukul sang anak, hal tersebut akan
membuat sang anak takut kepada anda dan bukan tidak mungkin saat dewasa kelak
akan memberontak serta melawan. Maka dari itu usahakanlah menegur, menasihati
dan jika menghukumnya, berikanlah hukuman yang positif, yang kreatif dan bisa
membuat kepribadian anak menjadi lebih baik.
Tetap
Konsisten
Bereaksilah
terhadap semua situasi dengan cara yang sama sehingga sang anak akan bertindak
sesuai dengan hal tersebut. Mereka mungkin akan bingung, jika Anda tidak
konsisten dan bertindak berbeda dalam setiap situasi.
Beritahu
Konsekuensinya
Jangan hanya
melarang atau mengatur anak, tetapi jelaskan pada mereka konsekuensinya jika
melakukan hal tersebut. Anak juga perlu diajari memahami konsekuensi jika
mereka tidak menaati aturan. Konsekuensi ditujukan untuk meningkatkan
kesadaran.
Beri
dorongan
Bila anak
berperilaku positif dan disiplin, berikan penghargaan. Bisa berupa pujian,
pelukan, atau mengijinkan anak melakukan aktivitas yang disukainya. Misalnya
jika ia sudah mengerjakan PR-nya baru anak boleh menonton acara kartun
kesukaannya.
Makassar, 09 Mei 2015
Catatan :
*Artikel
yang saya tuliskan ini merupakan hasil pengalaman dan pengamatan saya sebagai
sang anak*
cukup bermanfaa infonya mas, :). nanti kalau udah berkeluarga dan anak. cocok ni saran dari mas timur
BalasHapusHehehe... bisa aja nih mas Fajar. Hanya sekadar menuangkan beban dalam kepala aja mas mengenai kehidupan berumah tangga yang saya amati selama ini.
HapusSaya masih terkadang gemes nyubit anak.
BalasHapusHahaha... kasian anaknya di cubit mulu sama maknya.
HapusBismillah, semoga saya menjadi ibu yang baik buat anak-anak dan dijauhkan dari hal mencubit atau memukul.
BalasHapusAmin... Insya Allah do'anya akan di ijabah oleh Yang Maha Kuasa.
Hapussaya sendiri mempunya watak yang lebih condong ke ibu. karena dari kecil ditinggal merantau oleh ayah, anyway peran ibu dalam mendidik anak2 tentu saja paling dominan :)
BalasHapusBerarti lebih dekat ke ibunya ya. Seharusnya mang seperti itu mas, ibu harus lebih dominan. Tapi ayah juga tak boleh ketinggalan dalam mendidik anak-anak.
Hapustugas Ibu emang berat ya, semoga aku bisa jadi Ibu terbaik untuk anak-anakku ^_^
BalasHapusBerat bangad ternyata. Tapi selama dilakukan dengan ikhlas, Insya Allah semuanya menjadi terasa ringan.
HapusAmiiin.... Insya Allah do'anya pasti di kabulkan.
Bener banget ni....tugas ibu memang menyiapkan generasi penerus.......dimulai sejak dini dan dilingkungan terkecil yaitu keluarga, makasih atas pencerahannya mas
BalasHapusSama-sama mas Daniel Nagata.
HapusAlhamdulillah kalau bisa memberikan manfaat apa yang saya tuliskan, hanya ingin berbagi saja kepada sesama.
Peran seorang ibu emang besar banget pengaruhnya ya.. :D
BalasHapusSetuju.
Hapuspengamatan yang baik mas, hehe.. Tentunya peran ibu sangat besar sekali terhadap anaknya :)
BalasHapusMakasih mas Aldi untuk apresiasinya.
Hapus