Rabu, 07 September 2016

Pesona Pangkal Pinang di Mata Anak Pulau


Pesona Pangkal Pinang Via bitread.co.id
Jauh sebelum mengenal Kota Pangkal Pinang lewat media sosial, traveler, televisi dan juga dari teman-teman komunitas blogger yang tersebar di Indonesia, nama Pangkal Pinang dan beberapa daerah di sekitarnya sudah tersimpan dalam memory saya sejak tahun 90-an, atau tepatnya sejak masih Taman Kanak-Kanak.

Bagi warga kampung kelahiran saya, Desa Kahianga, Kecamatan Tomia Timur Kabupaten Wakatobi, dijadikan sebagai daerah primadona yang wajib untuk dikunjungi, khususnya warga yang pendidikannya hanya tamatan SD, SMP dan SMA. Bahkan Pangkal Pinang dan sekitarnya sudah dianggap seperti kampung sendiri saking seringnya mereka berkunjung ke tempat ini.

Namun kunjungan orang-orang dari kampung saya bukan sebagai wisatawan domestik, melainkan untuk mencari sesuap nasi demi bisa hidup mandiri dan juga untuk menghidupi keluarga, baik itu yang belum maupun sudah berkeluarga. Dan paling banyak dari mereka bekerja di tambang,  yang kalau nggak salah daerah ini dan sekitarnya terkenal akan biji timahnya.

Rentan waktu berkunjung ke tempat ini pun bermacam-macam, ada yang cuma sampai tiga bulan saja, enam bulan, satu tahun, dua tahun, bahkan yang betah pun ada. Dengan kata lain sudah menjadi warga Pangkal Pinang, entah itu karena menikah dengan wanita dari Pangkal Pinang, ataupun karena kemauan sendiri. Bahkan kalau nggak salah beberapa di antaranya adalah keluarga saya sendiri.

Ketika mereka ini balik ke kampung, mereka suka sekali menceritakan pengalaman saat berada di Pangkal Pinang. Entah itu tentang mencari biji timah, pesona yang disuguhkan seperti budaya, makanan khas, sejarahnya, tempat wisatanya, atau pantainya yang tak kalah birunya dengan di kampung saya sendiri, yakni Pulau Tomia (Wakatobi). Bahkan pesona gadis-gadis Pangkal Pinang pun tak luput dari cerita mereka.

Saya yang ketika itu masih kecil tidak bisa berbuat banyak. Senjata andalan yang saya miliki hanyalah khayalan saja. Tentunya saat mengkhayal kala itu, saya juga berharap bisa melihat dengan mata sendiri kebenaran pesona yang disuguhkan oleh Pangkal Pinang.

Kini dengan semakin canggihnya teknologi dan lahirnya berbagai media sosial, seperti facebook, twitter, instagram, bahkan dengan adanya blog, khayalan dan impian masa kecil saya akhirnya terwujud. Ya, saya akhirnya tahu bahwa Pangkal Pinang menyimpan begitu banyak pesona dari berbagai sisi dan sayang jika terlewatkan begitu saja.

Terus terang, meski sudah melihat pesona Pangkal Pinang lewat media sosial baik di facebook maupun blog, bagi saya hal itu tetap saja kurang.

Mau tahu kenapa? Karena sebagai orang yang mulai menyukai petualangan, jalan-jalan dan penikmat keindahan alam, saya ingin juga menginjakkan kaki di tempat ini seperti teman-teman blogger yang beberapa bulan lalu ke Pangkal Pinang. Selain ingin menikmati setiap sudut dan sisi pesona yang ada di Pangkal Pinang, sekaligus juga ingin bersilaturahmi dengan sanak saudara yang sudah lama tinggal di kota ini.

Nah, pertanyaan pun muncul. Pesona apa saja yang ingin saya nikmati di tempat ini? Mau tahu jawabannya. Ya, sudah pasti semuanya donk. Masa cuma setengahnya saja, nggak seru kalau hanya separuhnya saja. Kalau bisa semuanya kenapa nggak. Hhhmmm.... nafsu sama rakus amat ya. Ah... biarin ajalah.

Ngomong-ngomong, mau tahu nggak apa saja yang ingin saya coba dari pesona yang disuguhkan di Pangkal Pinang. Kalau mau tahu, simak selengkapnya di bawah ini.

Pesona Kuliner Pangkal Pinang

Dari yang saya telusuri, Pangkal Pinang ternyata dihuni oleh etnis Melayu, Tionghoa dan suku Hakka dari Guangzhou, serta ditambah banyak suku pendatang seperti Batak, Minangkabau, Palembang, Sunda, Jawa, Madura, Banjar, Bugis, Manado, Flores, Buton, Wakatobi, dan Ambon.

Nah, melihat banyaknya suku yang mendiami kota Pangkal Pinang, saya langsung mengkhayal tentang makanan khas yang bisa ditemukan di kota ini. Dalam khayalan saya, bakal puas bangad menikmati kuliner di sini. Mengapa? Karena dengan banyaknya suku yang mendiami kota Pangkal Pinang, maka sudah pasti makanan khas atau istilahnya kuliner yang disuguhkan pasti beraneka ragam.
Mie Koba yang melegenda Via syaifuddin.com
Dalam bayangan saya, siapa pun yang berkunjung ke kota Pangkal Pinang, pasti bakal puas bangad. Mau kuliner yang sederhana, tapi mengunggah selera pasti ada, mau yang wah pun pasti ada. Misalnya pengen kuliner khas Wakatobi, yakni Ikan Parende (ikan dengan kuah kuning) pasti ada, mau Sate ala Madura pasti ada, pempek sudah pasti ada, dan masih banyak lagi. Tentunya hal ini bakal membuat siapapun betah berada di Kota ini. Dan bisa jadi salah satu faktor ini yang membuat beberapa orang dikampung halaman saya betah berada di Pangkal Pinang.

Pesona Pariwisata

Jika kuliner saja ada, maka daerah wisata pun pasti banyak. Setuju nggak?

Nah, di Pangkal Pinang menurut saya sangat kaya akan potensi wisata. Mulai dari yang biasa kita lihat sampai ekstrim pun ada. Masa sih, enggak percaya?

Serius kok, nggak pake bohong atau mengada-ngada. Bagi yang suka nonton televisi, pasti sering lihat kan keindahan pantai yang dilengkapi dengan batu-batu besar di sekitarnya. Dan sadar atau tidak, keberadaan batu-batu besar tersebut semakin menambah keindahan pantai tersebut. Mau tahu di tempatnya? Dimana lagi kalau bukan di Pangkal Pinang.
Pantai terkenal di Pangkal Pinang, Pantai Pasir Padi Via bangkatour.com
Pernah lihat klenteng yang menyuguhkan pemandangan lautan dan berada di atas bukit. Kalau belum, maka kamu wajib berkunjung ke Pangkal Pinang. Kenapa? Karena pemandangan itu hanya bisa ditemukan di kota ini. Menarik bukan?

Ada lagi yang lebih menarik, unik, sedikit horor, dan ekstrim menurut saya pribadi yang baru mendengar hal ini. Mau tahu apa itu?

Namanya adalah Tradisi Sembahyang Cheng Beng. Sebuah tradisi unik yang juga sekaligus merupakan ritual tahunan, khususnya masyarakat Tionghoa yang beragama Khonghucu. Konon, tradisi ini dianggap sebagai bentuk perwujudan sikap hormat masyarakat Tionghoa kepada para leluhurnya.

Bagaimana, semakin menarik bukan? Sayang kan kalau terlewatkan begitu saja.

Pesona Sejarah

Tak hanya kaya akan kuliner dan potensi wisata, di Pangkal Pinang juga tersimpan banyak sejarah yang patut untuk di telusuri. Sehingga selain bisa menikmati kuliner dan berbagai wisata yang disuguhkan, kita juga bisa menambah wawasan seputar sejarah masa lalu.

Salah satu di antaranya ada hubungannya dengan urusan mencari nafkah, seperti tujuan utama warga kampung halaman saya. Ada yang tahu nggak, yang saya maksud itu apa?

Tepat sekali. Tambang timah, tapi yang akan ulas di sini bukan tentang aktivitas ditambang. Melain tentang sebuah museum bernama Museum Timah Indonesia (Househill). Dari website wonderfulpangkalpinang.info, museum ini terletak di Jln. Ahmad Yani no. 179 (dulu Jln. Damai).
Screen Shoot Museum Timah Indonesia Via jotravelguide
Konon, bangunan museum ini dulunya merupakan tempat tinggal para karyawan Bangka Tin Winning (BTW). Pernah pula digunakan sebagai tempat diadakannya Perjanjian Roem-Royen. Sebuah perjanjian antara Indonesia dan Belanda pada tanggal 7 Mei 1949. Pada waktu itu delegasi Indonesia diwakili oleh Mr. Moh. Roem. Sedangkan delegasi Belanda diwakili oleh H.J. Van Royen. Hasil perjanjian tersebut hingga kini masih tersimpan dengan rapi di museum ini sebagai bukti sejarah Indonesia.

Museum Timah sendiri berdiri pada tahun 1958. Di awal berdirinya, museum ini hanya mencatat sejarah pertimahan Bangka-Belitung oleh karyawan BTW agar masyarakat luas bisa mengenal. Namun saat resmi dibuka untuk umum pada tanggal 2 Agustus 1997 oleh PT. Timah Tbk, koleksi di museum ini semakin lengkap. Tersimpan sejarah proses penambangan timah dari alam hingga pengolahan secara tradisional maupun modern, baik berupa dokumen maupun foto-foto yang menjadi koleksi museum ini.

Oh iya, katanya museum ini juga merupakan objek wisata favorit selain berbagai pantai yang ada di Pangka Pinang. Dan sekadar info tambahan, Museum Timah Indonesia berada di jalan tengah Kota Pangkal Pinang, sehingga mudah ditemukan dan juga dijangkau. Jika ingin ke tempat ini, cukup menyediakan biaya Rp. 5.000 per orang untuk naik transportasi umum. Asyiknya lagi, tidak dikenakan biaya masuk jika mau berkunjung ke museum ini.

Kurang lebih seperti itulah mengenai “Pesona Pangkal Pinang di Mata Saya Sebagai Anak Pulau”.

Bagaimana, tertarik untuk berkunjung. Sudah siap untuk mengeksplorasi berbagai potensi dan pesona wisata yang disuguhkan dari berbagai sisi yang ada di Kota Pangkal Pinang. Buruan, sebelum menyesal nanti?

Makassar, 07 September 2016

6 komentar:

  1. selain dipangkalpinang mas, di belitung juga sangat indah. nggak kalah sama bali . :) kampung halaman ku.
    iya di dibangka sama belitung juga banyak orang sulewesi mas

    BalasHapus
  2. wah lengkap ya, memang indonesia itu alamnya indah, jadi setiap ada blogger cerita tentang suatu daerah pinginnya datang ke sana, masalahnya duitnya gaka da

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah... Itu dia yang seringkali jadi masalah buay yang mulai hobi traveling. Lagi-lagi dana menjadi hambatan dan membuat impian tertunda bahkan pupus.

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...