Karena Damai Itu Indah |
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Indonesia itu merupakan negara yang punya daya tarik begitu tinggi dari segala aspek kehidupan. Tak hanya tentang keindahan alamnya saja yang bagaikan sepotong surga, tapi juga ada hal lain yang disebut dengan keberagaman. Beberapa di antaranya, seperti aneka budaya, tradisi, agama, ras dan juga suku, yang semuanya sudah tentu menyebar di seantero pelosok negeri ini.
Mulai dari ujung Timur Indonesia hingga ujung Barat Indonesia dan dari
ujung Utara hingga ujung Selatan. Yang mana nenek moyang kita dahulu telah
berjuang mati-matian untuk mempertahankannya sampai Indonesia merdeka, kemudian
mengikatnya menjadi satu ke dalam motto yang kita kenal dengan nama “Bhinneka
Tunggal Ika” yang ada dalam Pancasila.
Dengan
adanya motto “Bhinneka Tunggal Ika”, semua melebur menjadi satu dan kita menjadi
saudara meski berbeda bahasa, agama, ras, suku, warna kulit, budaya, bahkan
tradisi. Dari peleburan itu, jadilah kita bangsa Indonesia.
Akan
tetapi, belakangan ini ada yang sedikit berubah dengan orang-orang di negeri
ini. Perlahan-lahan “Bhinneka Tunggal Ika” yang selama ini kita jadikan sebagai
pemersatu, sedikit demi sedikit mulai dilupakan bahkan ada yang menganggapnya
hanyalah sebuah motto saja. Ego masing-masing muncul ke permukaan, suka
membully, memaki sesama, menyalahkan orang lain, merasa paling pintar, dan yang
paling parah adalah mudah sekali mengkafirkan orang lain ketika berselisih
paham sedikit saja.
Sadar
atau tidak, penyebab utamanya sebenarnya cuma satu dan semua tahu apa itu. Ya,
benar. Tak lain dan tak bukan adalah lahirnya teknologi canggih bernama
internet dengan dunia maya-nya. Ya, dunia maya dan segala media sosial di
dalamnya. Dimana dia bagaikan koin dengan dua sisi yang berbeda.
Di
satu sisi membawa nilai-nilai positif, sedangkan di sisi yang berbeda siap
menjadi bumerang dengan sisi negatifnya. Yang mana sisi ini patut di waspadai
dan akan selalu menjadi tantangan saat ini hingga masa mendatang.
Namun
demikian, bukan berarti kamu dilarang untuk tidak menggunakan internet dengan
dunia tidak bertuannya itu. Tetap boleh digunakan kok, hanya saja ada etika dan
aturan-aturan yang harus tetap dipegang. Aturan yang tak hanya berlaku di dunia
nyata, tapi di dunia maya pun sama. Yah, seperti etika, moral dan segala macam
yang menjadi pegangan kita di dunia nyata.
Ada
banyak sisi negatif yang perlu di waspadai dari kecanggihan teknologi seperti
dunia maya ini, seperti suka memfitnah, menyebarkan isu SARA, isu hoax, suka
membully, menyalahkan orang lain, merasa paling benar, suka memaki, mudah
mengkafirkan orang lain, dan yang paling ekstrim berujung pada aksi terorisme.
Semua pasti sudah sering menyaksikan beberapa yang disebutkan di atas. Bahkan
mungkin ada yang sudah merasakannya dan menjadi pelakunya sebelum akhirnya
kembali sadar serta merasa bersalah karena melakukan hal-hal konyol.
Untuk
itu, tidak ada salahnya mulai sekarang lebih selektif lagi dalam menerima
setiap informasi yang didapatkan di dunia maya. Bila perlu mencari tahu
kebenaran informasi yang didapatkan sebelum benar-benar mempercayainya. Tidak
segan membandingkan antara informasi yang satu dengan yang lainnya. Apalagi
saat ini, informasi benar (asli) dan hoax (asli tapi palsu) hampir tidak ada
bedanya saking begitu tipisnya perbedaan di dalamnya. Yang jika tidak jeli
dalam menganalisisnya, maka akan menyebabkan masalah yang besar di kemudian
hari.
Olehnya
itu, kita perlu menangkalnya sejak dini. Salah satunya dengan kembali
meningkatkan dan menjalin persaudaran. Bukan hanya dengan sesama agama, tapi
juga dengan agama lainnya. Jangan pernah liat perbedaannya, tapi lihatlah
persamaannya. Karena dengan adanya perbedaan, kita bisa saling mengingatkan dan
menguatkan untuk selalu berada di jalan yang sesuai koridor.
Tidak ada alasan
lagi untuk saling sikut, saling menyalahkan, atau bahkan saling mengkafirkan
antara satu sama lain. Toleransi adalah jalan agar manusia, apa pun agamanya,
bisa saling bergandengan tangan dan mempererat jalinan kasih sayang. Apa
susahnya merawat kerukunan beragama, toh ujung-ujungnya buat kebaikan kita
semua semua.
Di era media
sosial seperti saat ini, di mana informasi yang berkaitan dengan isu agama
begitu deras dilancarkan lewat media-media online, menuntut kita untuk lebih
cerdas memilih dan memilah informasi dengan benar. Jangan sampai informasi yang
di embuskan diterima dan ditelan begitu saja tanpa ada filter yang kuat. Inilah
yang sering kali membuat sebagian dari kita begitu cepat membagikan informasi
dengan menu “share” yang ada di media-media sosial. Tanpa melihat informasi itu
benar atau sekadar hoax, kita langsung menyebarkannya ke media-media sosial
yang kita punya seperti Facebook, Twitter, What's App, BBM, dan media sosial
lainnya.
Biaya akses internet yang terbilang murah dan kecanggihan gadget yang
setiap saat selalu berkembang membuat banyak orang lebih mudah mendapatkan
informasi dari segala penjuru dunia. Namun begitu, kita harus tetap waspada
dengan segala isu yang kadang memancing kekeruhan dan kegaduhan, khususnya
terkait isu SARA yang bisa membuat hancurnya tali persaudaraan yang telah lama
terjalin di antara umat beragama.
Alangkah
indahnya jika kita selalu rukun dan damai selalu. Saya yakin semua pasti
menyukai yang indah-indah. Maka lakukan juga hal demikian pada kehidupan masing-masing
dimana pun berada tanpa memandang ras, suku, agama, budaya, bahasa, warna
kulit, dan tradisi.
Kenapa harus
demikian? Jawabannya hanya satu dan semua pasti menyukai dan menginginkannya
juga. Ya, “Karena Damai Itu Indah”.
Makassar, 24
Sepetember 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar