Jumat, 09 September 2016

Ketika Raim La Ode Harus Terhenti di Empat Besar

Raim La Ode, Pemuda Made In Wakatobi
Tebakan orang-orang ternyata benar, kalau Raim La Ode yang bakal keluar di 4 besar. Semua itu sudah terbaca jelas ketika memasuki 5 besar, kata mereka yang menyaksikan dan memantau terus acara Stand Up Comedy Academi (SUCA) Sesion 2 ini. Entah itu yang selalu nangkring depan TV menyaksikan acara ini Live maupun mereka yang memanfaatkan teknologi, seperti menonton lewat youtube, video yang dibagikan di facebook atau media online lainnya.
 
Yah, mewakili penonton setia Stand Up Comedy Academi (SUCA), tentu tidak bisa berbuat apa-apa. Namanya juga bisnis, kita hanyalah penikmat saja dan keputusan sudah tentu ada di tangan pemilik acara.

Kecewa, hanya itu yang bisa penonton setia lakukan. Itu yang saya temukan di lini online, dalam hal ini di kolom komentar seperti di youtube dan media online lainnya. Beberapa suara kekecawaan yang saya temukan di Youtube yang saya tonton, antara lain :

Muhammad Syafii
“walau pun ane fans arafah, tapi lu tetep juara bg Raim, meski bukan juara suca namun para media serta produser film dan tv akan segera mengontrak mu dan tetap menghibur dilayar kaca serta perfilman indonesia.”

Pipit Pitaloca :
Berasa ga adil banget... Padahal kita tau raim lbh cerdas materinya ... Uuuufz kecewa.”
 
Anzal Budiman
“Jadi malas nonton suca 2, udh gak ada Raim Laode,,,,!!! Permainan Indosiar.”

Putra Riau
suca 2 gk ada raim ... pagai kn sayur tampa garam... hambar.....

Namun demikian, banyak juga yang menerima dengan baik dan tetap memberikan semangat buat Raim La Ode. Berikut beberapa yang saya kutip dari penikmat media online bernama Youtube :

Al Khudrial
jangan patah semangat raim raim,,,gantung mic bukan berarti gantung prestasi, akan lbih banyak peluang yg menunggumu di luar sana, teruslah berkarya mata dan telinga kami selalu menunggumu...”

Ahmad Norsyah
Sebagai penikmat Stand Up Comedi harus bisa terima semua keputusan juri.. Karir mereka masih panjang.”

Dwie Pras
“ga juara bukan berarti ga bakal sukses. jalurnya mungkin kudu juara 4 biar sukses diluar kompetisi. malah klo juara 1 kudu bawa-bawa nama indosiar dan terikat kontrak. klo gini kan bebas bisa show tanpa terikat apa-apa.”

Rudi aprilyansyah
“buat raim laode tetap semangat ... arafah pemenang hati juri ..raim laode pemenang hati masyarakat ... indonesia love you raim laode ...

Untuk komentar yang terakhir ini mengingatkanku pada sebuah film yang di putar pertama kali pada tahun 2012. Kalau nggak salah fimnya berjudul “Real Steel”, dimana film ini aktor utamanya adalah seorang bocah (lupa namanya) yang berperan sebagai seorang anak dan Hugh Jackman sebagai seorang ayah yang menitipkan anaknya pada iparnya demi memuaskan impian agar terkenal sebagai seorang pengguna robot petarung.

Apa hubungannya dengan komentar penyemangat terakhir di atas. Saat ipar Hugh Jackman ingin berlibur ke Eropa, untuk sementara sang anak harus di asuh oleh Hugh Jackman. Nah, di sinilah keberuntungan mulai berpihak, dimana sang anak tidak sengaja menemukan robot petarung pertama di dunia di tempat pembuangan sampah khusus robot. Ia memaksa mengambil robot itu, membersihkannya dan akhirnya menemaninya ke mana-mana, termasuk di daftarkan untuk ikut kompetisi robot petarung dunia.

Singkat cerita, di kompetisi ini tidak banyak yang menyangka kalau robot itu bisa mengalahkan robot-robot canggih dan lebih modern. Bahkan robot yang terlihat biasa-biasa saja dan kurang menarik itu malah sampai ke final serta mulai menjadi idola baru pecinta setia kompetisi “Robot Petarung Dunia”. Karena melihat animo penonton begitu tinggi dan penonton menyerukan untuk menantang sang juara dunia, sang anak pun dengan semangat melakukannya. Ya, dia mengambil microfon dari MC dan lewat microfon tersebut langsung berteriak menantang sang juara dunia robot petarung.

Ketika final tiba, pertarungan sengit pun terjadi. Meski robot yang dimiliki sang anak biasa-biasa saja, tapi robot tersebut mampu menyaingi robot modern yang dimiliki sang juara bertahan. Ronde-ronde demi ronde pun terlewati, ketika pertarungan tinggal satu ronde lagi, tidak ada yang menyangka robot biasa-biasa mampu menjatuhkan sang juara bertahan. Dan semakin seru ketika ronde terakhir, berbagai variasi serangan dilancarkan hingga akhirnya sang juara bertahan buat KO.

Namun apa yang terjadi, sang juara bertahan tetap menjadi juara bertahan. Sedangkan sang idola baru mendapatkan applaus dari seloroh penonton dan akhirnya di beri gelar sang juara sejati karena berhasil mengambil hati hampir seluruh penonton.

Pertanyaannya sekarang, apa hubungannya Stand Up Comedy Academi 2 dengan film yang saya ceritakan di atas?

Seperti yang di alami oleh sang anak yang memiliki robot petarung, meski Raim La Ode gantung mic, kebanyakan penonton di seluruh Indonesia telah tersentuh hatinya dengan aksi Raim di panggung Stand Up Comedy Academi (SUCA) 2.

Bagi mereka Raim La Ode adalah juara sejati. Menurut mereka jika tidak ada Raim SUCA 2 akan seperti sayur tanpa garam alias hambar rasanya. Dan dibalik kekecawaan mereka muncul pertanyaan baru, akan seperti apa Stand Up Comedy Academi jika kejadian seperti yang di alamu Raim terulang lagi?

Jawabannya tentu belum bisa di tebak. Yang jelas kita hanya bisa menunggu dan menyaksikan efeknya jika ada lagi sesion selanjutnya.

Namun demikian, untuk kasus ini, saya salut dengan sikap Raim La Ode. Kenapa? Karena dia masih tetap melucu meski harus gantung mic. Seperti itulah jiwa orang Timur Indonesia yang sudah biasa dengan ketidakadilan. Tetap tegar, apapun keputusan dari juri pasti diterima.

Yah, seperti yang dikatakan Raim bahwa ini hanyalah proses menuju ke tangga tahap selanjutnya, yakni kesuksesan. Karena untuk sukses tidak selalu harus menjadi juara. Bisa jadi orang yang tidak mendapatkan juara malah lebih sukses di masa mendatang. Begitu pula sebaliknya, terkadang yang juara malah melempem di kemudian hari karena seringkali menjadi lupa diri akibat bangga dengan juara yang di dapatkan.

Lagi-lagi, Raim La Ode berkata benar. Bahwa sudah banyak yang sukses meski nggak harus melewati tangga juara. Bahkan boleh di kata tak jarang orang yang jarang juara dan dianggap sebelah mata lebih sukses dari mereka yang menyandang predikat juara. Buktinya pun sudah banyak di dunia ini dan Indonesia khususnya.

Sebelum tulisan ini berakhir, berikut kata-kata emas saat Raim La Ode tereliminasi atau dalam istilah Stand Up Comedy adalah gantung mic. Di simak ya videonya di bawah ini. Salam damai untuk semuanya dari saya yang juga "Pemuda Asli Harapan Bangsa Made In WakaTObi.

Makassar, 9 September 2016

1 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...