Tebakan
orang-orang ternyata benar, kalau Raim La Ode yang bakal keluar di 4 besar.
Semua itu sudah terbaca jelas ketika memasuki 5 besar, kata mereka yang
menyaksikan dan memantau terus acara Stand Up Comedy Academi (SUCA) Sesion 2
ini. Entah itu yang selalu nangkring depan TV menyaksikan acara ini Live maupun
mereka yang memanfaatkan teknologi, seperti menonton lewat youtube, video yang
dibagikan di facebook atau media online lainnya.
Yah, mewakili
penonton setia Stand Up Comedy Academi (SUCA), tentu tidak bisa berbuat
apa-apa. Namanya juga bisnis, kita hanyalah penikmat saja dan keputusan sudah
tentu ada di tangan pemilik acara.
Kecewa, hanya
itu yang bisa penonton setia lakukan. Itu yang saya temukan di lini online,
dalam hal ini di kolom komentar seperti di youtube dan media online lainnya.
Beberapa suara kekecawaan yang saya temukan di Youtube yang saya tonton, antara
lain :
Muhammad Syafii
“walau pun ane fans arafah, tapi lu tetep
juara bg Raim, meski bukan juara suca namun para media serta produser film dan
tv akan segera mengontrak mu dan tetap menghibur dilayar kaca serta perfilman
indonesia.”
Pipit Pitaloca
:
“Berasa ga
adil banget... Padahal kita tau raim lbh cerdas materinya ... Uuuufz kecewa.”
Anzal Budiman
“Jadi malas nonton suca 2, udh gak ada Raim Laode,,,,!!!
Permainan Indosiar.”
Putra Riau
“suca 2 gk ada raim ...
pagai kn sayur tampa garam... hambar.....”
Namun demikian, banyak juga yang menerima dengan baik
dan tetap memberikan semangat buat Raim La Ode. Berikut beberapa yang saya
kutip dari penikmat media online bernama Youtube :
Al Khudrial
“jangan patah semangat raim
raim,,,gantung mic bukan berarti gantung prestasi, akan lbih banyak peluang yg
menunggumu di luar sana, teruslah berkarya mata dan telinga kami selalu
menunggumu...”
Ahmad Norsyah
“Sebagai penikmat
Stand Up Comedi harus bisa terima semua keputusan juri.. Karir mereka masih
panjang.”
Dwie
Pras
“ga
juara bukan berarti ga bakal sukses. jalurnya mungkin kudu juara 4 biar sukses
diluar kompetisi. malah klo juara 1 kudu bawa-bawa nama indosiar dan terikat
kontrak. klo gini kan bebas bisa show tanpa terikat apa-apa.”
Rudi
aprilyansyah
“buat
raim laode tetap semangat ... arafah pemenang hati juri ..raim laode pemenang
hati masyarakat ... indonesia love you raim laode ...”
Untuk komentar yang terakhir ini mengingatkanku
pada sebuah film yang di putar pertama kali pada tahun 2012. Kalau nggak salah
fimnya berjudul “Real Steel”, dimana film ini aktor utamanya adalah seorang
bocah (lupa namanya) yang berperan sebagai seorang anak dan Hugh Jackman
sebagai seorang ayah yang menitipkan anaknya pada iparnya demi memuaskan impian
agar terkenal sebagai seorang pengguna robot petarung.
Apa hubungannya dengan komentar penyemangat
terakhir di atas. Saat ipar Hugh Jackman ingin berlibur ke Eropa, untuk
sementara sang anak harus di asuh oleh Hugh Jackman. Nah, di sinilah
keberuntungan mulai berpihak, dimana sang anak tidak sengaja menemukan robot
petarung pertama di dunia di tempat pembuangan sampah khusus robot. Ia memaksa
mengambil robot itu, membersihkannya dan akhirnya menemaninya ke mana-mana,
termasuk di daftarkan untuk ikut kompetisi robot petarung dunia.
Singkat cerita, di kompetisi ini tidak
banyak yang menyangka kalau robot itu bisa mengalahkan robot-robot canggih dan lebih
modern. Bahkan robot yang terlihat biasa-biasa saja dan kurang menarik itu
malah sampai ke final serta mulai menjadi idola baru pecinta setia kompetisi “Robot
Petarung Dunia”. Karena melihat animo penonton begitu tinggi dan penonton
menyerukan untuk menantang sang juara dunia, sang anak pun dengan semangat melakukannya.
Ya, dia mengambil microfon dari MC dan lewat microfon tersebut langsung
berteriak menantang sang juara dunia robot petarung.
Ketika final tiba, pertarungan sengit
pun terjadi. Meski robot yang dimiliki sang anak biasa-biasa saja, tapi robot
tersebut mampu menyaingi robot modern yang dimiliki sang juara bertahan. Ronde-ronde
demi ronde pun terlewati, ketika pertarungan tinggal satu ronde lagi, tidak ada
yang menyangka robot biasa-biasa mampu menjatuhkan sang juara bertahan. Dan semakin
seru ketika ronde terakhir, berbagai variasi serangan dilancarkan hingga akhirnya
sang juara bertahan buat KO.
Namun apa yang terjadi, sang juara
bertahan tetap menjadi juara bertahan. Sedangkan sang idola baru mendapatkan
applaus dari seloroh penonton dan akhirnya di beri gelar sang juara sejati
karena berhasil mengambil hati hampir seluruh penonton.
Pertanyaannya sekarang, apa hubungannya
Stand Up Comedy Academi 2 dengan film yang saya ceritakan di atas?
Seperti yang di alami oleh sang anak yang memiliki
robot petarung, meski Raim La Ode gantung mic, kebanyakan penonton di seluruh Indonesia
telah tersentuh hatinya dengan aksi Raim di panggung Stand Up Comedy Academi (SUCA)
2.
Bagi mereka Raim La Ode adalah juara sejati. Menurut mereka
jika tidak ada Raim SUCA 2 akan seperti sayur tanpa garam alias hambar rasanya.
Dan dibalik kekecawaan mereka muncul pertanyaan baru, akan seperti apa Stand Up
Comedy Academi jika kejadian seperti yang di alamu Raim terulang lagi?
Jawabannya tentu
belum bisa di tebak. Yang jelas kita hanya bisa menunggu dan menyaksikan
efeknya jika ada lagi sesion selanjutnya.
Namun demikian,
untuk kasus ini, saya salut dengan sikap Raim La Ode. Kenapa? Karena dia masih
tetap melucu meski harus gantung mic. Seperti itulah jiwa orang Timur Indonesia
yang sudah biasa dengan ketidakadilan. Tetap tegar, apapun keputusan dari juri
pasti diterima.
Yah, seperti
yang dikatakan Raim bahwa ini hanyalah proses menuju ke tangga tahap
selanjutnya, yakni kesuksesan. Karena untuk sukses tidak selalu harus menjadi
juara. Bisa jadi orang yang tidak mendapatkan juara malah lebih sukses di masa
mendatang. Begitu pula sebaliknya, terkadang yang juara malah melempem di
kemudian hari karena seringkali menjadi lupa diri akibat bangga dengan juara
yang di dapatkan.
Lagi-lagi, Raim
La Ode berkata benar. Bahwa sudah banyak yang sukses meski nggak harus melewati
tangga juara. Bahkan boleh di kata tak jarang orang yang jarang juara dan
dianggap sebelah mata lebih sukses dari mereka yang menyandang predikat juara. Buktinya
pun sudah banyak di dunia ini dan Indonesia khususnya.
Sebelum tulisan
ini berakhir, berikut kata-kata emas saat Raim La Ode tereliminasi atau dalam
istilah Stand Up Comedy adalah gantung mic. Di simak ya videonya di bawah ini. Salam
damai untuk semuanya dari saya yang juga "Pemuda Asli Harapan Bangsa Made In WakaTObi.
Makassar, 9
September 2016
Terima kasih.
BalasHapus