Ilustrasi : Stop Terorisme |
Akhir-akhir ini, berita dan tayangan
video mengenai aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok militan kembali
hangat diperbincangkan di jagad dunia maya dan juga dunia nyata. Dari video
yang beredar, terlihat dengan jelas tindakan sadis, kejam, serta tidak
berperikemanusiaan telah dilakukan oleh kelompok militan tersebut. Lebih-lebih
hal itu melibatkan anak-anak dan remaja yang mana ikut bergabung dengan kelompok
militan tersebut.
Dari video tersebut, hanya satu kata
yang bisa terucap, yaitu MENGERIKAN!
Hal tersebut juga menunjukkan kepada
kita semua bahwa begitu mengerikannya propaganda yang telah dilakukan oleh
kelompok tersebut. Apalagi mereka telah berhasil dan terus menyasar generasi
muda di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sedangkan disisi lain, juga
menunjukkan kepada kita semua bahwa kelompok militan tersebut mulai menggeser
target yang akan mereka rekrut untuk menjadi anggota.
Kini mereka beralih kepada generasi
muda. Caranya adalah dengan memilih generasi muda yang putus sekolah, sedang
mencari jati diri, dan tidak berkecukupan secara ekonomi. Bahkan kalangan
anak-anak pun tidak luput dari incaran mereka. Akibatnya, hal ini menimbulkan
kekhawatiran bagi para orangtua karena generasi penerus mereka menjadi sasaran
empuk dari aksi propaganda para kelompok ekstrimis atau militan tersebut.
Sehingga membuat semua orang berusaha untuk lebih keras lagi dalam melindungi
generasi penerus mereka dari ancaman propaganda.
Namun demikian, apalah artinya kerja
keras dari para orangtua jika kita sebagai generasi penerus atau generasi muda
tidak ikut aktif membantu orangtua kita dalam mencegah masuknya propaganda dan
semacamnya ke lingkungan sekitar kita
Sebagai generasi muda, kita juga perlu
membentengi diri kita dari dari masuknya propaganda tersebut. Banyak cara untuk
membentengi diri kita dari serangan propaganda radikal, seperti lewat
pendidikan (sekolah), meningkatkan sikap toleransi, menghargai keberagaman
agama, suku, dan ras, serta menguatkan sikap nasionalisme.
Atau bisa juga dengan ikut aktif
bersama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Dimana mereka sangat
aktif dalam melakukan sosialisasi pencegahan terorisme, yang dimulai dari tingkat
dini sampai dewasa. Hal ini dilakukan mengingat kelompok militan/radikal atau
teroris sangat terorganisir dan rapi dalam melancarkan aksinya, termasuk dalam
mempengaruhi dan merekrut anggota baru.
Perlu untuk diketahui, mereka terkadang
menggunakan cara-cara yang tidak kita sadari. Mereka juga berusaha untuk selalu
berada selangkah di depan kita. Bahkan mereka mencoba memasuki semua lini,
mulai dari rumah ibadah, institusi pendidikan, institusi pendidikan agama, dan
media internet.
Ngomongin soal media internet atau
dunia maya, kita patut untuk waspada karena di sisi ini mereka telah
merencanakannya untuk jangka panjang. Berdasarkan hasil penelitian Bruce
Hoffman, kelompok teroris telah memiliki website sendiri dengan berbagai macam
bahasa, konten, strategi untuk melakukan doktrinasi, rekrutmen, dan pelatihan
secara online.
Oleh karena itu, sebagai generasi muda,
kita harus lebih waspada lagi dalam mengakses dan mengupdate informasi yang
kita miliki, khususnya yang didapatkan dari dunia maya. Karena dunia maya
merupakan dunia yang sangat rentan untuk disalahgunakan oleh pihak-pihak
tertentu dalam menyebar informasi yang tidak sesuai dengan fakta bahkan
cenderung mengadu domba.
Entah disadari atau tidak, media
memiliki peran penting dalam penyebaran informasi yang benar terkait dengan isu
radikalisme terorisme. Dengan bekal informasi tersebut masyarakat dapat
melakukan pencegahan dini terhadap potensi munculnya paham-paham kekerasan.
Untuk itu, sebagai generasi muda sudah
saatnya untuk terlibat bersama dalam pencegahan terorisme, khususnya di negeri
tercinta ini.
Ditulis tanggal 9
Oktober 2015
Catatan :
Tulisan ini untuk
menyambut hari "Sumpah Pemuda" sekaligus ajakan untuk generasi
muda agar semakin melek informasi dan semacamnya.
ngeri ya mas arif kalo dah bicara radikasme, serasa meneror tuk gencatan senjata alias perang huaaa
BalasHapusLumayan menakutkan Mbak kalau dipikir-pikir.
Hapus