Makassar Menuju Kota Dunia |
Tak terasa, tahun ini merupakan tahun
ke-8 aku berada di perantauan, tepatnya di Kota Daeng atau Makassar. Telah
banyak hal yang aku lalui selama berada di kota ini, sebuah kota yang dulunya
tak di anggap. Namun kini telah bertransformasi menjadi salah satu kota yang
diperhitungkan keberadaannya, khususnya di Indonesia. Tak hanya itu saja, kota
ini pun menjelma menjadi kota metropolitan kedua yang letaknya berada diluar
pulau jawa setelah kota Medan. Bahkan merupakan satu-satunya kota metropolitan
yang berada di kawasan Indonesia Timur.
Sebagai kota metropolitan, Makassar pun
tidak mau kalah dengan kota-kota metropolitan lainnya di Indonesia. Pembangunan
di segala aspek pun di genjot agar bisa setara bahkan mungkin melebihi
perkembangan kota-kota metropolitan lainnya. Hal ini terbukti dengan mulai
maraknya bangunan gedung pencakar langit yang di desain, tentunya bergaya
arsitektur saat ini (modern). Jalanan yang dulunya hanya mampu menampung 2-3
kendaraan saja untuk satu ruas pun di perbesar hingga mampu menampung 4-5
kendaraan roda empat dan hasilnya pun bisa dilihat saat ini, yakni kemacetan
dimana-mana karena membludaknya pemilik kendaraan, baik roda empat dan dua.
Jika diperhatikan dalam 5 tahun
terakhir ini saja, transformasi itu sungguh sangat terasa sekali. Selain bisa
kita saksikan dari mulai maraknya gedung-gedung pencakar langir, perbaikan
infrasuktur seperti jalan hingga berakibat pada kemacetan di mana-mana untuk
saat ini, juga bisa dilihat dari banyaknya investasi yang masuk, serta
meningkatnya jumlah perantau yang sebagian bertujuan mencari kerja dan
sebagiannya lagi untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi di kota Daeng
ini.
Namun demikian, dari semua pembangunan tersebut,
satu hal yang masih terasa kurang dan saat ini kehadirannya di impikan oleh
banyak kalangan, termasuk aku sendiri yang ditakdirkan lahir di sebuah desa
terpencil. Apa yang maksud tak lain dan tak bukan adalah “Area Ruang Publik”
yang bisa mewadahi semua kalangan, tak cuma untuk orang normal saja, tapi
termasuk juga mereka yang terlahir dengan kondisi mengalami kekurangan.
Aku mengatakan demikian bukan berarti
tidak ada ruang publik di kota Daeng ini. Ruang publik itu ada, tapi jumlahnya
masih kurang bila dibandingkan dengan pusat perbelanjaan dan fasilitas seperti
hotel yang terbilang lumayan banyak, serta memakan lahan cukup besar sedangkan
ruang terbuka hijau yang disediakan sangat minim. Kalaupun ada jumlahnya masih
bisa dihitung. Bahkan pak JK sendiri, wakil presiden kita saat ini menginginkan
lebih banyak lagi ruang terbuka hijau sekaligus ruang publik di kota ini.
Makassar, 30
September 2015
Kalau spot untuk ruang publik memang banyak, sayangnya belum di optimalkan dengan baik.
BalasHapus