Rabu, 07 Oktober 2015

Kebiasaan Ibu-Ibu Yang Bisa Membuat "Tukang Sayur" Bangkrut



Tukang Sayur (Sumber Foto : www.flickr.com)

Kembali lagi teman-teman. Artikel kali ini masih menyambung cerita sebelumnya, yakni mengenai ibu-ibu dan tukang sayur". Namun kali ini sisi yang di ulas sedikit berbanding terbalik dengan artikel sebelumnya. Jangan ke mana-mana dulu ya, pantengin terus blog ini.

* * *

Sejatinya kehadiran tukang sayur tiap pagi membuat para ibu bisa lebih mudah dan cepat memperoleh bahan menu impian. Tetapi ibu-ibu kadang juga bertindak bagaikan "musuh dalam selimut" atau sebaliknya, yakni "benci tapi rindu" terhadap tukang sayur. Mereka membutuhkan, tetapi di sisi lain kadang juga menekan tukang sayur yang selama ini telah menjadi idola dan idaman setiap pagi.


Tekanan-tekanan tersebut tanpa disadari sudah menjadi bagian dari kebiasaan yang tak bisa dipisahkan dalam keseharian para ibu-ibu. Bahkan bisa jadi para ibu-ibu juga tidak pernah menyadari bahwa ulahnya tersebut bisa membuat tukang sayur hanya kembali modal atau mungkin sedikit bangkrut.

Lalu, apa saja kebiasaan-kebiasan yang aku maksud tersebut? Yuk, diperhatikan dengan seksama ulasannya di bawah ini.

Menawar Dagangan Terlalu Murah

Keunikan belanja di pasar tradisional maupun tukang sayur adalah bahwa kita bisa menawar harga barang. Tapi untuk harga sayur/buah/pangan pokok lainnya, biasanya pedagang tidak akan membandrol barang dengan harga yang terlalu tinggi. Apalagi dengan asas persaingan sempurna, mereka tak mau terlalu banyak selisih harga dengan pedagang lain karena kuatir kehilangan pelanggan. Karena itu kita sebaiknya menjaga adab dalam menawar harga. Berilah tawaran harga yang sewajarnya.

Jangan sampai pedagang melepas barangnya pada kita dengan rasa terpaksa/tidak ikhlas. Keterpaksaan itu bisa mengurangi keberkahan dalam barang yang akan kita konsumsi.

Pesan Suatu Barang Tapi Tidak Jadi Dibeli

Perlu untuk di ketahui, modal yang dimiliki tukang sayur itu sudah ada peruntukannya. Dia sudah mempelajari bahan apa saja yang ingin dikulak sesuai kecenderungan konsumen. Jika kita pesan suatu barang tertentu, modalnya akan terpakai untuk kita. Jika kita tak jadi membelinya, tentu menjadi kerugian baginya. Masih bagus jika barang pesanan kita itu ada yang menggantikan. Jika tidak, modal si pedagang akan tertahan di barang tersebut. Ini akan mengurangi kemampuannya kulakan barang di hari berikutnya.

Berhutang Pada Tukang Sayur Dalam Waktu Lama

Sudah rahasia umum sebagian ibu berhutang pada tukang sayur, bahkan dalam jangka waktu lama. Namun di waktu yang relatif sama, ibu tersebut mampu membeli barang-barang di toko besar/swalayan. Sudah tentu di swalayan ia harus membayar tunai. Bukan masalah jika ibu sedang kesulitan keuangan. Tetapi hendaknya disertai empati untuk menahan keinginan membeli barang-barang lain yang kurang perlu. Terlalu lama ibu berhutang, membuat tukang sayur menjadi kekurangan modal.

Mengutil

Tak hanya ABG saja yang suka bercerita, tukang sayur pun kadang suka curhat. Tentu saja curhatnya tak jauh-jauh dari barang dagangannya, yakni di kala ada ibu-ibu yang suka mengambil barang dagangannya tanpa menghargai barang tersebut alias membayar. Pengen negur, tapi gak enak karena merasa kasihan jika ibu yang mengambil barang tanpa membayar tersebut jadi malu akibat ditegur di depan banyak orang.

Selalu Ingin Dilayani Lebih Dahulu

Layaknya seorang kekasih yang tidak lama pernah berjumpa, para ibu-ibu suka bermanja-manja pada tukang sayur, yakni selalu ingin menjadi yang pertama di layani. Akibat kebiasaan ibu-ibu enggan bersabar, tak jarang tukang sayur menjadi panik. Kadang hitung-hitungan manualnya kacau alias salah harga. Ini juga berpotensi mengakibatkan kerugian.

Suka Berinisiatif Untuk Mengambil Bonus Sendiri

Kadang ada ibu-ibu menambahkan suatu barang sebagai bonus/pembulatan harga belanjaannya. Apa susahnya untuk bertanya dulu pada tukang sayur, apakah ia membolehkan? Akan lebih baik jika ia yang memilihkan/menentukan jenis bonusnya. Sekalipun hanya sebutir tomat kecil yang kita minta, jika harganya sedang tinggi tentu akan memberatkannya.

Kurang lebih seperti itulah hal-hal kecil yang sering dilakukan oleh para ibu-ibu terhadap tukang sayur idaman dan idola mereka. Semoga saja pembaca artikel ini tidak termasuk dalam golongan ibu-ibu yang lalai dalam hal tersebut. Meskipun hal itu sepele, tapi kalau dilakukan tiap hari lama-lama akan menjadi besar juga.

Semoga menjadi bahan renungan dan pelajaran buat kita semua.

Makassar, 7 Oktober 2015

Sumber Referensi Tambahan :
Website ummi-online.com

14 komentar:

  1. oh jadi poin poin itu yaa yang sering ibu ibu lakuin ketika belanja sayur :D
    kasian tukang sayurnya juga yaaa :D haha

    BalasHapus
  2. iya, poin-poin diats betul sekali. udah pasti itu ibu-ibu, meskipun di area medan arang ditemukan tukang sayur yang bawa dagangan, tapi lebihberdiam dipasar, tetap aja poin itu berlaku

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gitu ya, berlaku juga dipasar gak tahunya.

      Hapus
  3. namanya juga ibu-ibu, hobinya pasti nawar :D tapi kalau sampe ngutil, kesian yang jualan euy :|

    BalasHapus
  4. tapi nggak apa-apa juga jika kebiasaan ibu-ibu yang demikian, kan tukang sayurnya udah punya modal hingga berM-M, jadi kalm saja-lah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha... kalau tukang sayurnya kaya gini mah... harus sedekah tiap hari.

      Hapus
  5. wadaw, kalok pembelinya model begitu yaaahhh, kasihan si tukaang sayur

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kasihan sekali. Apalagi hanya itu pekerjaan yang ia bisa.

      Hapus
  6. Bener banget, kalo denger curhatan tukang sayur dan lihat sendiri ya demikian itu adanya. Semoga saya nggak seperti itu, aamiin.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hhhmm... ternyata bukan hanya saya yang memperhatikan hal ini.
      Semoga saja gak demikian Mbak, kan gak asyik dan malu-maluin saja.

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...