Selasa, 27 Oktober 2015

Tentang Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

Tere Liye
Dia bagai malaikat bagi keluarga kami.
Merengkuh aku, adikku, dan Ibu dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa.
Memberikan makan tempat berteduh, sekolah, dan janji masa depan yang lebih baik.

Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami.
Memberikan kasih sayang, perhatian dan teladan tanpa mengharap budi sekali pun.
Dan lihatlah, aku membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini

Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami.
Tak pantas. Maafkan aku, Ibu.
Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan bahkan sejak rambutku masih dikepang dua.

Sekarang, ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang adik yang tidak tahu diri, biarlah…
Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun…
Daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggutkan dari tangkai pohonnya.
Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja.
Tak melawan, mengikhlaskan semuanya.

Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah.
Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar.
Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus.

Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawa pergi entah kemana.

Makassar, 28 Oktober 2015

Catatan :
Di Kutip dari novel karya Tere Liye dengan judul "Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin"

12 komentar:

  1. hem cie cie pinter puisi, wah jangan jadi playboy ya mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak jadi playboy kok, ngerayu cewek aja susah mas.

      Hapus
  2. hidup memang sebuah jalan liku-liku mas, tidak ada jalan lurus, adanya jalan belok semua, susah senang orang hidup adalah karunia yang diatas, maka wajib kita syukuri dan di nikmati saja, hem orang yang paling besar dimata ALLAH adalah sabar dan sabar,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah... itu dia, saat ini kebanyakan orang udah mulai jarang bersyukur. Yang ada malah menuntut dan meminta lebih, parahnya kadang gak mau usaha.

      Yah... namanya juga hidup.

      Hapus
  3. Balasan
    1. Hahaha... Pertamaxnya udah pindah ke Pertamina mas.

      Hapus
  4. Kemarin sempat liat buku ini di gramedia...

    BalasHapus
  5. judul buku tentang daun yang jatuh tak pernah membenci angin itu perumpamaannya miripdengan saya tak pernah membenci timur matahari jadi admin disini...kenapa gitu ya kang

    BalasHapus
  6. Aaahh suka banget ama karyanya Tere Liye

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...