Tak ada salahnya menjadi orang pintar.
Malahan telah dianjurkan oleh orang tua sejak dahulu bahwa kita harus memiliki
pengetahuan dan wawasan yang luas untuk menghadapi kehidupan ini. Namun menjadi
ahli berbeda dengan menjadi pintar dalam satu bidang. Seorang ahli dalam
bidangnya akan terus menggali kemampuannya dan tidak berhenti pada satu titik.
Ia akan mengembangkan bahkan membagi pengetahuannya pada orang lain. Seorang
ahli akan mendengarkan orang lain sebelum mengambil langkah yang baik.
Berbeda dengan orang pintar yang memang
seperti seorang ahli. Ia juga mengetahui bidang tugasnya dengan baik. Ia
memberikan masukan pada orang lain untuk mengerjakan sebuah tugas agar
memberikan hasil yang baik. Seperti ahli, orang pintar juga menjadi pusat
perhatian, termasuk pula tempat bertanya dan memecahkan masalah.
Tidak salah toh menjadi pintar? Sama
sekali tidak salah untuk menjadi pintar. Namun kebanyakan orang pintar dalam
bidang tertentu tidak mau mendengarkan pendapat orang lain. Ia berpikir bahwa
kepintaran yang dimilikinya yang harus dipakai, bukan hasil pemikiran orang
lain. Semua proses yang terjadi haruslah merupakan hasil pemikirannya. Ia tidak
akan menerima masukan orang lain dalam menyelesaikan sebuah tugas.
Jika semua tersentral pada orang ini,
maka produksi/jasa yang dibuat tidak akan pernah menemukan hasil yang baik.
Orang pintar ini selalu berpikiran bahwa produksi yang baik adalah barang atau
jasa melalui isi kepala. Tak ada orang lain yang dapat memberikan saran untuk
kepentingan produksinya. Celakanya orang ini tidak pernah memikirkan perusahaan
atau badan tempatnya bernaung yang seharusnya ia berikan laba yang tinggi. Ia
sibuk dengan dirinya sendiri, seolah-olah tanpa dirinya semua orang akan
berakhir saat itu juga.
Menjadi orang pintar memang harus.
Namun bukan berarti harus menjadi pusat dari segala aktivitas produksinya.
Pemikiran yang ada itu seharusnya digunakan untuk memajukan usaha dengan
menerima berbagai masukan. Adanya berbagai pemikiran lainnya akan membuat aksi
dan tindakan menjadi lebih baik lagi.
Makassar, 3 Agustus 2015
benar, zaman sekarang orang pintar atau disebut pakar kadang bisanya komen aja, tapi giliran dia disuruh berbuat sesuatu untuk sumbangsih terhadap perubahan negeri ini sama aja ga bisa, alias omdo
BalasHapusHehehe... pintarnya untuk membodohi orang sekitarnya aja.
HapusPokoknya aku pngen jadi orang pintar, cerdas, ahli, sholeh, dan seluruhnya yg baik-baik hhe
BalasHapusAmiin... Semoga terkabul semuanya.
HapusKadang jika orang pintar itu berkedudukan sebagai pimpinan, lalu seenaknya bikin aturan ini-itu sesuai keinginannya, mungkin dia hanya berpikir 'Karena jika jelek, saya tahu nama sayalah yang paling pertama akan disebut, Maka dari itulah semua harus bekerja sesuai cara saya' :D
BalasHapusYa benar, kebanyakan yang terjadi saat ini seperti itu. Sehingga orang yang cerdas jadi tenggelam oleh mereka yang merasa pintar.
HapusBisa teori ya harus bisa prakteknya. Kdang kala masih jarang sih yg bisa imbang gitu. Dan kesannya orang yg pintar teori itu kalah dengan orang lapangan.
BalasHapusSetuju, fakta mengatakan demikian bahwa orang yang matang di lapangan lebih sukses bila di bangingkan dengan yang banyak berteori.
Hapussebenernya kita juga pintar, tapi tergantung bagaimana cara berfikir kita terhadap orang lain :)
BalasHapusYa benar, semua orang terlahir dalam keadaan pintar. Hanya saja cara yang membedakan adalah cara pandang dari setiap individu dalam memanfaatkan peluang.
Hapussemoga orang2 pintar nggak hanya tong kosong ya hehehe
BalasHapusSemoga saja gak demikian.
Hapus