Ekspresi ketika mencapai puncak |
Ada sebuah
kisah tentang seorang pemuda yang sedang berpetualang ke sebuah tempat untuk
mendaki gunung dan menuju ke puncak. Pria ini kemudian berjalan menyusuri jalan
setapak menuju lembah gunung untuk memulai pendakian. Di tengah perjalanan, ia
melihat banyak sekali sampah yang berserakan di sepanjang jalan. Sampah-sampah
itu mungkin berasal dari pengunjung yang membuangnya. Tapi sampah itu telah
mengotori sepanjang jalan dan terlihat tidak nyaman di mata.
Begitu pula
dengan pemuda tersebut. Ia sungguh tidak tahan melihat sampah yang berserakan
di sepanjang jalan yang dilaluinya. Karena itulah ia memungut sampah itu dan
menaruhnya ke dalam kantong plastik. Setelah itu memasukkannya ke dalam tas
ransel yang dibawanya. Semakin jauh ia berjalan, semakin banyak pula sampah
yang di pungutnya. Sehingga tas ranselnya semakin lama semakin berat.
Sampai-sampai ia terpaksa menenteng sampah tersebut di tangannya karena tas
ranselnya sudah tidak muat lagi.
Tas ranselnya
yang semakin berat membuat perjalanannya terhambat. Jalannya semakin melambat,
bahkan mulai terlihat kelelahan. Sedankgkan jalanan ke atas semakin menanjak
dan ia pun terlihat makin kesulitan dan terengah-engah. Kemudian ia bertemu
dengan seorang pendaki yang baru saja turun. Pendaki itu merasa aneh dan
bertanya pada pemuda itu, “Boleh tahu apa yang sedang kamu bawa? Mengapa
bawaanmu banyak sekali?”
Pemuda itu
menjawab sambil mengatur napas, “Oh, ini sampah yang kupungut di jalan.
Orang-orang sungguh tidak bertanggungjawab membuangnya sembarangan. Aku tidak
tahan melihatnya, jadi aku mengambilnya dan akan kubuang setelah turun nanti.”
Pendaki itu
tersenyum geli mendengar penjelasan pemuda tersebut. Ia berkata, “Aku kagum
dengan tindakanmu. Tapi tahukah kamu sampah yang kamu bawa itu telah
memberatkan perjalananmu ke atas sana?”
Pemuda itu sedikit tersadar.
Pendaki itu
melanjutkan, “Semakin berat bawaanmu, semakin sulit kamu mencapai puncak. Itu
semua menguras tenaga dan staminamu. Itu terlihat dari napasmu yang
terengah-engah. Lagipula untuk apa membawa sampah-sampah seperti itu ke atas
puncak. Bukankah lebih baik jika memungutnya setelah turun nanti? Bawalah
barang seperlunya saja. Semakin ringan diri Anda, semakin mudah mencapai puncak.”
Lalu pendaki
itu pun turun meninggalkannya.
Renungan Dari Kisah Di Atas
Saat kita
sedang berjuang untuk meraih kesuksesan, seringkali muncul suara-suara yang
tidak mengenakkan. Suara-suara itu muncul dalam berbagai bentuk, baik ejekan,
hinaan, cemoohan, kritikan negatif dan sebagainya. Bagi sebagian orang, kadang
suara-suara negatif yang didengar dimasukkan ke dalam hati. Akibatnya,
suara-suara negatif tersebut tetap membekas dalam ingatannya sepanjang hari
bahkan sampai tak bisa melupakannya. Sedangkan sebagian lagi tidak peduli, cuek
dan terus melangkah jauh. Mereka tidak memasukkannya dalam hati, bahkan mereka
tidak mempermasalahkannya sedetik pun.
Perlu kita
ketahui, jika kita terus membawa suara-suara negatif tersebut, langkah kita
menuju kesuksesan akan terasa berat. Suara-suara negatif itu bagaikan racun
yang bisa melumpuhkan kita sampai tidak bisa berjalan lagi alias menyerah. Ini
sama seperti pemuda dalam kisah di atas yang membawa sampah tidak berguna yang
hanya memberatkan pendakiannya ke puncak gunung.
Jika ingin
melangkah dengan ringan menuju kesuksesan, maka yang harus dilakukan adalah
menutup telinga dari suara-suara seperti itu dan terus melangkah maju. Mengapa?
Karena suara-suara seperti itu layaknya sebuah sampah, yang nantinya akan
mengganggu perjalanan menuju kesuksesan. Padahal seharusnya sampah tersebut
dibuang atau gak biarkan dulu sejenak agar tidak merepotkan.
Dalam menjalani
kehidupan, kita semua pasti akan menemukan hambatan maupun tantangan setiap
saatnya dan berserakan dimana-mana bagaikan sampah yang tidak bisa dihindari
keberadaannya. Suara-suara yang positif dan negatif akan silih berganti muncul
dalam hidup kita. Tapi keputusan untuk memilih ada di tangan kita, entah itu
memilih untuk membuang suara (sampah) negatif atau membawanya bersama kita.
Membawa sampah
negatif bukan hanya membuat kita jadi negatif, tetapi juga akan terular ke
orang lain disekitar yang pada akhirnya akan membuat orang lain enggan
mendekati kita. Sebagai contoh, andaikan kita bawa sampah beneran kemudian
mendekati orang-orang, maka yakin dan percaya jika orang yang didekati pasti
akan menjauh karena menghirup bau sampah yang tidak enak. Begitu pula jika
sifat sudah negatif melekat dalam diri, pasti orang lain didekat kita lama
kelamaan akan ikut negatif pula.
Oleh karena
itu, lebih baik membawa yang berguna dan masukkan suara-suara negatif ke dalam
tas ransel (kehidupan). Keluarkan semua suara-suara negatif yang ada dalam tas
ransel. Sehingga secara otomatis tas ransel anda akan lebih ringan dan
memudahkan dalam meraih kesuksesan yang di impikan.
Makassar, 16 Agustus 2015
Referensi Tambahan :
Facebook Orang-Orang Sukses
wah ceriat pendakinya punya filosofi yang menarik ya dan setuju banget deh dg tulisan di atas
BalasHapusTerima kasih. Hanya mencoba menggabungkan saja Mbak, antara cerita dan kenyataan dalam menjalani kehidupan.
Hapussuka dengan ceritanya.. hal negatif memang tak layak dibawa untuk kesuksesan kita, lebih baik ditinggal di bawah
BalasHapusTerima kasih Mbak Ayu. Seharusnya dalam menjalani kehidupan, hal-hal negatif yang mengganggu di sekeliling kita dicuekin saja.
HapusHal-hal negatif memang akan terua berserakan di dalam hidup kita, kemampuan dalam menyaring 'hal2 negatif' tersebut memang salah satu kemampuan yg harus dimiliki saat ingin mencapai kesuksesan. Terima kasih telah berbagi, sila mampir ke www.ceritachia.com
BalasHapusSalaam :D
Ya, sangat setujua. Kita semua harus mampu menyaring hal-hal negatif yang silih berganti menghantui dan menghalangi mimpi untuk meraih kesuksesan.
HapusSalam
Wahhh, makasih atas postingan motivasinya. Saya jadi semangat lagi.
BalasHapusSama-sama, Ayo semangat terus Mbak.
HapusIjin share mas
HapusIjinnya diterima dengan senang hati.
HapusThank's untuk kunjungannya.
BalasHapus