Interior hotel, dok. pribadi |
Sungguh
ironis memang, tapi fakta yang terjadi benar adanya. Saya hanya bisa woles saja
dan santai menghadapinya. Yah mau bagaimana lagi, sampai hari ini biaya hidup saya
masih ditanggung sama orang tua. Jadi, jalan satu-satunya hanya bisa woles saja
dan sesekali berdoa biar ketiban rejeki nomplok. Salah satunya bisa menginap di
hotel barang semalam, tapi kalau lebih dari itu juga ngak apa-apa. Yang namanya
rejeki nggak boleh di tolak, tapi jangan lupa bersyukur. Ya, nggak?
Siapa
sangka, impian saya untuk bisa merasakan empuknya kasur hotel terwujud juga. Menariknya
lagi, saya tidak perlu mengeluarkan biaya sepersen pun selama menginap tiga
hari dua malam. Emang benar ya kata kebanyakan orang, yang namanya rejeki nggak
bakal kemana apalagi sampai ke tukar. Semua sudah ada porsinya, tinggal
masing-masing pribadi mau berusaha, sabar dan tidak lupa untuk berdoa agar apa
yang di impikan bisa terwujud. Seperti yang saya lakukan misalnya. hehehe...
Jadi
ceritanya begini, pertengahan bulan Mei kemarin, saya terpilih sebagai salah
satu dari 60 peserta pelatihan yang di adakan oleh BNPT selama kurang lebih
tiga hari. Saat mendaftar saya berpikir pelatihannya dari pagi sampai sore saja
dan itu artinya saya bakalan bolak balik dari kost ke tempat pelatihan. Tapi pikiran
itu terpaksa harus saya revisi sehari menjelang pelatihan di mulai. Tepatnya saat
membacanya pesan yang masuk ke email saya, dimana isinya peserta diwajibkan
membawa pakaian dan peralatan mandi yang dibutuhkan.
Jujur,
pengalaman ini merupakan yang pertama kali semenjak menginjakkan kaki di kota
Makassar sejak delapan tahun lalu. Tak cuma itu saja, moment ini juga sekaligus
yang kedua kalinya seumur hidup saya. Dimana untuk pengalaman pertama saat bersama
teman-teman seangkatan, tepatnya awal tahun 2010 kalau saya tidak salah ingat. Ketika
itu saya mengambil mata kuliah Sejarah Perkembangan Arsitektur, dimana di
dalamnya ada program studi tour.
Saat
itu pilihannya ada dua, yakni studi tour ke Bali atau Toraja. Meski ada
yang pengen ke Bali, tapi suara terbanyak jatuh ke Toraja. Ya maklumlah, dari
segi dana juga tidak semuanya mampu membayar biaya perjalanan kalau ke Bali. Karena
sudah sepakat ke Toraja, maka berangkatlah saya dan teman-teman seangkatan
dengan menggunakan bis pariwisata. Di sana kami menginap di hotel yang ada di
tengah kota, tapi sayang nama hotelnya saya lupa. Selain itu, saya nggak begitu
menikmatinya karena bertepatan dengan sakit gigi. Al hasil, kasur yang empuk
pun jadi nggak berasa.
Lalu
bagaimana dengan pengalaman kedua? Saya sungguh beruntung sekali karena tidak perlu
megang pipi seperti pengalaman pertama. Kali ini suasana hotel bisa saya
rasakan dengan baik tanpa harus nyengir atau merigis karena kesakitan. Mulai dari
keramahan pegawai dan senyum khasnya saat memasuki lobi hotel, menuju lift,
hingga masuk kamar yang akan saya tempati di lantai 7.
Empuknya
bantal dan kasur serta selimut yang tebal membuat tidur saya menjadi lebih
nyenyak dari biasanya. Bangun pagi pun badan jadi segar dan tidak pegal-pegal. Sangat
berbeda jauh bila dibandingkan saat tidur di kost. Apalagi kasur yang saya
pakai sudah tipis plus bantal keras, yang mana sering sekali menyebabkan leher
jadi pegal, sakit dan kaku. Bahkan sering nggak pakai sarung pula. Hahaha...
Selain
suasana kamar yang nyaman dan tentunya kasur yang empuk, fasilitas lainnya pun
tidak saya sia-siakan. Salah satunya untuk pertama kalinya sarapan di hotel. Apalagi
di pengalaman pertama, saya dan teman-teman tidak berani sarapan menu yang
disiapkan oleh hotel. Nah, di kesempatan kedua ini sayang kan kalau kesempatan
langka itu dilewatkan begitu saja. Apalagi menunya begitu menggoda dan jauh
berbeda dengan menu sarapan saat di kost, itu pun kalau sempat sarapan sebelum
ke kampus.
Karena
baru pertama kali sarapan di hotel, hampir semua menu yang disukai saya coba. Tapi
bukan ngambilnya banyak piring, melainkan dari setiap menu yang disediakan saya
ambil sedikit saja. Jadinya dalam satu piring isinya beragam menu, itupun nggak
ampe menggunung juga. Meski baru pertama kali sarapan di hotel, saya tetap menjaga
etika juga dan nggak mau malu-maluin, apalagi sampai dibilang kampungan.
Selain
itu, karena memang saya nggak biasa makan banyak. Maklum sewaktu kecil suka di
marahi orangtua, terutama bapak kalau makanan yang saya ambil nggak dihabisin. Karena
sudah sering di marahi dan di nasehati, saya pun selalu berusaha mengambil
makanan sesuai kemampuan saja, bukan sesuai nafsu.
Nah,
itulah cerita singkat dari saya mengenai pengalaman menginap di hotel. Pengalaman
yang bagi saya merupakan hal langka dan bagi orang lain adalah hal biasa. Yang kalau
di pikir-pikir, patut untuk dilestarikan juga saking langkanya dan terlihat
sedikit udik. Hehehe...
Sampai
di sini dulu ya, nanti kapan-kapan lagi saya lanjutkan cerita tentang hotel
tempat saya menginap saat ikut pelatihan.
Makassar,
23 Juli 2016
Mas arif bruntung banget bisa ke toraja
BalasHapusAku klo ke sulawesi yang takbidik itu wisata toraja
Kayaknya keren bisa liat upacara adat yang rambu solok apa ya klo ga salah
Mas foto hotelnya cuma satu?
Saya juga belum berjodoh dengan acara yang satu itu. Baru dapatnya yang pemakaman biasa, tapi ramenya udah lumayan dan sudah sedikit tahu tentang tata caranya.
HapusKata orang memang menarik sekali acara itu. Ada lagi foto lainnya Mbak Gustyanita, tapi buat cerita selanjutnya. hehehe...
Kalau saya sudah pernah ke Bali malah mas dan belum pernah ke Toraja hehe
BalasHapusKebalik ya. Saya sampai hari ini masih berharap untuk bisa ke Bali. Berapa kali ikut lomba menulis yang hadiahnya jalan-jalan ke Bali, tapi jodoh belum juga membaa saya ke sana.
HapusHahaha... Iya, kalau yang ini memang sama satu hotel.
BalasHapusPengin ke Makasar dan merasakan nyamannya nginep di Hotel kota Makasar
BalasHapusBoleh tuh sekali-sekali, patut dicoba liburan ke sini.
Hapusseru juga nginep dihotel, apalah saya, yang masih cuman nge kost, hahaha....
BalasHapusHahaha... saya juga masih anak kost, tapi karena rejeki lagi berpihak pada saya, akhirnya bisa juga merasakan bagaimana enaknya menginap di hotel.
HapusKe toraja itu seru banget, upacara adat nya mantap dan kmrn sempet lihat pasar bolu yg jual hewan kerbau
BalasHapusSaya belum sempat ke pasar ini. Soalnya waktu studi tournya nggak lama, cuma dua hari dan harus mempelajari sejarah, budaya, dan bangunan di sana.
HapusKayanya saya perlu coba kapan-kapan, apalagi ada teman asli sana.
Tinggal di hotel memang asyik banget Mas, yang gak asyik kalau bayar sendiri. hihihihi
BalasHapusHahaha... itu dia yang ditakutkan, apalagi kaya saya yang masih kuliah ini. Meski rasa ingin nginap di hotel tinggal, saya tetap harus bersabar dulu sampai ada rejeki nomplok. Contohnya kaya sekarang ini.
HapusIni cerita tentang hotel Aryaduta Makassar ya Mas? Tadi baca posting yang setelahnya
BalasHapusIya, ini tentang hotel Aryaduta yang saya review belakangan.
Hapus