Selasa, 26 April 2016

Catatan Perjalanan Menuju Jakarta

Catatan Perjalanan Menuju Jakarta, Dokumen Pribadi
Catatan Perjalanan Menuju Jakarta, Dok. Pribadi
Seperti yang saya katakan pada tulisan sebelumnya bahwa pengalaman pertama biasanya selalu terlihat menakutkan. Namun disisi lain dan tanpa di sadari, pengalaman pertama merupakan pintu masuk menuju petualangan-petualangan selanjutnya. Mampu membawa kita melangkah sejauh mungkin untuk menemukan tantangan baru, teman baru, pengalaman baru, lingkungan baru, dan pelajaran baru.

Tak cuma itu saja, pengalaman pertama secara perlahan-lahan bisa membuat setiap individu belajar menjadi sosok yang lebih percaya diri dan juga siap menerima tantangan selanjutnya ditempat yang berbeda. Lebih jauh lagi, bisa membuat setiap individu menjadi pribadi yang lebih dewasa.

Begitu pula dengan yang saya rasakan, tepatnya setelah hampir dua tahun pengalaman pertama naik pesawat berlalu. Dimana pengalaman pertama akhirnya membawa saya ke petualangan selanjutnya. Sebuah petualangan yang saya rencanakan beberapa bulan setelah pengalaman pertama berlalu.

Kala itu, saya langsung merencanakan perjalanan jauh menuju kota yang selama ini di agung-agungkan oleh semua orang. Yang mana sampai sekarang keberhasilan seringkali dijadikan acuan buat kota-kota lainnya di Indonesia. Kota yang memiliki magnet kuat, kekuatan besar dan semua yang ada di dalamnya selalu menarik untuk bicarakan oleh seluruh warga negeri ini.

Apalagi kalau bukan JAKARTA. Sebuah kota yang berhasil bertransformasi dari kota Metropolitan menjadi Megapolitan. Kota yang malam harinya berpenduduk 9 juta sampai 10 juta jiwa. Namun pada siang harinya bisa bertambah 2 juta sampai 3 juta, dengan kata lain pada siang hari penduduk mencapai 12 juta jiwa.

Ya, itulah kota yang saya impikan sejak kecil, yang mana akhirnya menjadi tujuan destinasi selanjutnya. Kota yang dulu hanya mampu saya gambarkan dalam khayalan saja setiap kali muncul di TV berlayar Hitam Putih.

*   *   *

Pagi itu, tepatnya pertengahan bulan Mei 2011, sekitar pukul 03.30 Waktu Makassar, saya sudah bersiap-siap menuju Bandara Internasional Sultan Hasanuddin. Dengan semangat, saya segera membangunkan teman yang sehari sebelumnya sudah setuju untuk mengantar menuju bandara.

Sambil menunggu ia cuci muka, saya segera bergegas mengambil kunci motor dengan tujuan untuk memanaskan sebelum nantinya digunakan. Namun alangkah terkejutnya saya, karena motor tersebut tiba-tiba rusak mendadak. Meski distater manual berkali-kali, motor tersebut tidak mau hidup juga.

Alhasil, saya pun dibuat sedikit panik karena jadwal keberangkatan yang tertera di tiket sekitar pukul 05.00 Wita. Sedangkan dirumah saat itu cuma saya yang punya motor dan waktu juga menunjukkan pukul 03.50 Wita.

Ditengah kepanikan tersebut, saya mencoba mencari alternatif lain. Ketika itu ada 2 pilihan, yakni membangun teman yang kost disebelah rumah atau menggunakan jasa taksi.

Dan setelah dipikir-pikir, akhirnya saya memutuskan untuk menggunakan jasa taksi saja. Selain untuk menghemat waktu, teman yang kost disebelah rumah belum tentu bangun saat dibangunkan mendadak dan belum tentu mau mengantar. Apalagi sebelumnya tidak pernah diberitahu, belum lagi waktu yang dibutuhkan untuk minjam motor penghuni kost lain.

Nggak cukup 10 menit dari keputusan yang saya ambil, taksi yang ditunggu pun datang. Segera saya masukkan tas ransel ke taksi tersebut. Tak lupa menitipkan kunci motor sekaligus pamit sebelum masuk ke dalam taksi dan berlalu meninggalkan teman yang telah saya ganggu tidur nyenyaknya.

Saat di dalam taksi, saya meminta kepada sopir taksi agar sedikit ngebut karena jadwal saya berangkat pukul 05.00 Wita. Disisi lain karena mengingat jam-jam seperti itu biasanya antri untuk cek-in memakan waktu lumayan lama, kurang lebih 10-20 menitan. Belum lagi ditambah dengan waktu jalan dari lantai bawah menuju ruang tunggu dilantai selanjutnya.

Karena pagi itu jalan lengang dan sopir taksinya mengerti kepanikan saya. Kurang lebih 25 menit kemudian atau pukul 04.25 Wita, saya akhirnya sampai juga di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin. Karena melihat orang yang antri di depan pintu masuk lumayan banyak, maka ongkos taksi segera saya bayar dan tidak lagi peduli dengan uang kembalian, meski nggak banyak-banyak amat.

Saya langsung berlari menuju pintu masuk yang jarak kurang lebih 15 meter dari tempat taksi berhenti. Sambil menarik napas, pelan-pelan saya ikut mengekor dalam antrian tersebut. Setelah selamat melewati pintu masuk, pagi itu saya malah bingung sendiri karena baru pertama kalinya menginjakkan kaki di dalam terminal Bandara Sultan Hasanuddin. Disisi lain, bingung mencari tempat cek-in yang maksud oleh petugas yang saya tanya setelah melewati pintu masuk.

Bagaimana tidak bingung, pagi itu tempat cek-in yang aktif cuma dua. Sedangkan waktu berjalan terus dan sudah menunjukkan pukul 04.35 Wita. Belum lagi antrian pagi itu lumayan panjang, sampai-sampai 2 petugas yang sedang melayani para calon penumpang berteriak meminta bantu temannya untuk membantu.

Untungnya, ada juga pegawai yang mau membantu meski sebenarnya jadwal shipnya sudah berakhir. Semakin beruntung lagi karena setelah separuh dari antrian dipisahkan saya dapat urutan ke-3, yang artinya tidak harus menunggu lama lagi. Kurang lebih 5 menit kemudian, saya akhirnya kebagian juga. Setelah itu langsung bergegas menuju ruang tunggu dilantai 2 sesuai dengan yang tertera di tiket.

Sesampainya di ruang tunggu dan belum sempat menghempaskan badan ke kursi, terdengar sebuah pengumuman bahwa pesawat tujuan Jakarta sedikit terlambat, yang artinya bakalan delay. Kebetulan yang dimaksud nomor penerbangannya sama dengan pesawat yang akan saya tumpangi nantinya.

Dalam hati saya sempat berkata : “Ah, kok delay sih. Udah kaya jadwal Kapal PELNI saja sering bangad delay.”

Tapi itu dulu ya, sekarang mah sudah tepat waktu semua jadwal PELNI setelah Ignatius Jonan menjadi menteri.

Namun demikian, waktu saya sedikit senang juga. Mengapa? Karena waktu itu saya belum shalat shubuh. Lumayanlah, ada waktu buat shalat dan nggak mungkin saya shalat di Jakarta karena sampainya disana sekitar jam 7 atau mungkin lewat dikit. Dan setelah pengumuman itu usai, saya langsung menanyakan posisi “Musholla” kepada petugas yang berjaga di pintu masuk ruang tunggu.

*   *   *

Nggak lama setelah usai shalat, pengumuman terdengar kembali. Kali ini pengumuman untuk segera menuju pesawat, karena 15 menit lagi pesawat akan lepas landas. Saya yang masih santai diluar usai shalat segera menuju ruang tunggu tempat tas saya berada dan bergegas menuju lorong yang berakhir dikabin pesawat.

Pukul 05.15 Wita, pesawat meninggalkan terminal bandara dan menuju landasan pacu. Kurang lebih 10 menit kemudian, pesawat perlahan-lahan melewati landasan pacu. Tak lama setelah itu, pesawat sedikit menukik ke atas, lalu sedikit berguncang ketika rodanya meninggalkan permukaan landasan, dan lalu tak lama kemudian kembali stabil. Saya pun bernapas dengan lega.

Sesaat setelah pesawat stabil kembali, dari ufuk timur terlihat cahaya mentari pagi perlahan-lahan naik menyinari dunia dengan begitu indahnya. Dari udara saya menyaksikan keindahan alam kota Makassar yang terlihat menghijau. Sungguh pemandangan yang menakjubkan, membuat pikiran fresh kembali, dan semakin membuat saya lega.

Namun, pemandangan nan hijau itu hanya bisa saya saksikan beberapa menit saja, karena pesawat semakin lama semakin tinggi. Untuk menghilangkan rasa bosan dan kebetulan masih sedikit ngantuk, akhirnya saya mencoba memejamkan mata. Selain itu, mengingat jarak tempuh dari Makassar ke Jakarta memakan waktu kurang lebih 2 jam 15 menit.

Sungguh waktu yang lumayan lama jika di pikir-pikir dan akan terasa semakin lama lagi jika di dalam pesawat tidak punya teman. Apalagi perjalanan menuju Jakarta merupakan perjalanan jauh pertama bagi saya. Dimana modal yang saya bawa hanyalah keberanian dan juga sedikit nekat.

Makassar, 26 April 2016

7 komentar:

  1. wah aku belum pernah ke Makasar nih,mudah-mudahan suatu hari bisa kesama

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiiin... Insya Allah do'anya pasti dikabulkan.

      Hapus
    2. Amiiin... saya pun berharap demikian, pengen sekali memiliki pengunjung yang banyak dan bertambah setiap harinya.

      Hapus
  2. selamat datang di Jakarta. semoga betah di sana. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betah bangad mas agung. Malah nggak pengen lama-lama waktu itu.

      Hapus
  3. Wah klo pengalaman delay sih sering mas tapi yang pesawat warna merah huhu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan-jangan sama dengan pesawat yang saya tumpangi lagi. Hehehe... Cuma nebak aja.

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...