Dulu, sebelum
mengenal yang namanya dunia maya, aku selalu berpikir bahwa dunia nyata adalah
satu-satunya dunia yang paling kejam. Namun ternyata aku salah, masih ada dunia
lain yang lebih kejam dari dunia nyata dan itu di namakan dunia maya. Saking
kejamnya, orang-orang menyebutnya dunia yang tak bertuan. Artinya, orang bisa
melakukan apa saja, ngomong apa saja, dan semacamnya tanpa ada yang melarang.
Toh, tidak ada yang tahu di mana rumahnya berada atau dengan kata lain di mana
yang bersangkutan tinggal.
Selain dijuluki
sebagai dunia tak bertuan, dunia yang satu ini juga bagaikan bermuka dua.
Artinya di satu sisi ada baiknya atau memberikan banyak manfaat, tapi di sisi
lain juga bisa merugikan atau dengan kata lain ada dampak negatifnya. Dan itu
adalah fakta yang tidak bisa kita bantah, karena memang begitu adanya.
Dari kedua sisi
di atas, tentu yang harus kita waspadai adalah sisi yang bertolak belakang
dengan sisi baik. Mengapa? Karena sisi yang satu ini sangat berbahaya dan
banyak yang menggunakan untuk tujuan yang menyeleweng. Contohnya, seperti
melakukan penipuan, menjelek-jelekkan orang lain atau kelompok tertentu. Bahkan
adapula yang menggunakannya untuk tujuan yang lebih besar lagi, yakni sebagai
wadah untuk memprovokasi atau menghasut.
Parahnya lagi,
dalam beberapa tahun belakangan ini, khususnya yang terjadi di Indonesia adalah
bertujuan untuk memecah belah persatuan dan kesatuan seluruh elemen bangsa.
Tentu hal itu di lakukan karena melihat negeri kita ini begitu damai dan aman, meski
di dalamnya terdapat beragam suku, agama, ras, dan golongan.
Aksi provokasi
seperti hampir setiap harinya bisa kita temukan berseliweran di akun-akun media
sosial orang-orang yang tidak bertanggung jawab, baik itu di twitter, facebook,
blog dan lainnya. Biasanya yang disebar berupa berita yang berisi kebencian,
fanatik yang berlebihan, menyalahkan agama tertentu, hasutan-hasutan, menebar
isu yang tidak benar, dan berita-berita lainnya yang tingkat sensitifitasnya
tinggi. Semua itu dilakukan dengan sengaja, sistematis, dan terus-menerus.
Cara ini
terbilang sukses, karena sang pelaku tidak perlu capek-capek mendoktrin sana
sini. Hanya dengan modal berita yang bermuatan kebencian, hasutan, dan sensitif
yang disebar lewat dunia maya, ia dapat menjangkau banyak kalangan dalam waktu
yang cepat. Bahkan berita yang disebar bisa cepat masuk meringsek ke dalam
pikiran dan membangkitkan amarah, serta mampu menerobos ruang-ruang yang selama
ini privat bagi si pembaca.
Ketika yang
membaca berita tersebut sudah terbawa suasana, maka selanjutnya yang terjadi
tak lain adalah menyebarkannya. Yang penting baginya adalah apa yang dibaca
sesuai dengan yang ada dalam pikirannya selama ini. Urusan benar atau salah
nanti belakangan, yang utama adalah harus mendukung meski nantinya mengorbankan
orang lain.
Sebut saja
salah satu contohnya seperti yang belum lama ini terjadi di negeri kita
tercinta ini. Ya, apalagi kalau bukan aksi bom bunuh di depan Starbuck jalan
Thamrin, Jakarta Pusat. Yang mana setelah di telusuri ternyata ada hubungannya
dengan aksi terorisme.
Apa Hubungan Terorisme Dengan Dunia Maya?
Teroris Aktif Menggunakan Dunia Maya Untuk Propaganda Via www.beritabal.com |
Seperti
yang telah aku katakan di awal tulisan ini bahwa ada dunia lain yang lebih
kejam dari dunia nyata. Dunia itu tak lain adalah dunia maya. Dengan adanya
dunia maya seperti sekarang ini, kita dapat dengan mudah mengakses informasi
kapan pun dan di mana pun kita mau, tentunya selama terhubung dengan jaringan
internet.
Nah,
terkadang tanpa sadar kita langsung menelan mentah-mentah informasi yang
didapatkan lewat dunia maya. Padahal tak selamanya informasi itu benar adanya
atau dengan kata lain ada yang palsu alias hoax. Namun informasi tersebut
dibuat seolah-olah benar adanya. Lebih-lebih lagi yang menemukan informasi
tersebut adalah mereka yang labil pengetahuannya.
Celah
inilah yang di manfaatkan oleh terorisme untuk menyebarkan paham-paham
radikalisme. Tak Cuma menyasar mereka yang labil pengetahuan, tapi juga mereka
yang ekonominya susah, putus sekolah, imannya sedikit, dan semacamnya. Di sisi
lain tanpa disadari para terorisme berpikir selangkah lebih maju dari kita
semua, yakni dengan merubah strategi mereka. Salah satunya adalah memanfaatkan
kemajuan teknologi seperti sekarang ini, seperti internet yang notabene telah
merasuki dan mengambil alih sebagian dari hidup kita.
Dengan
adanya internet, para pelaku terorisme tidak perlu lagi capek-capek untuk
mendoktrin anggota baru. Cukup dengan membagikan iming-iming hadiah atau uang,
janji masuk surga, mati sahid, dan semacamnya lewat internet, mereka sudah bisa
mendapatkan anggota baru. Atau dengan cara memberikan sokongan dana pada
situs-situs yang menurut mereka bisa dimanfaatkan, di mana sang pemilik situs
tidak menyadari kalau para pelaku terorisme punya rencana jangka panjang.
Belum
lagi ditambah dengan beragam aksi teror yang mengatasnamakan agama seolah
membelah opini publik. Ada yang terang-terangan menghujat tapi ada juga yang
diam-diam mendukung. Tentu karena alasan agama dan ketidakadilan aparat dalam
menangani aksi-aksi teror di Indonesia sehingga kemudian ada juga yang
diam-diam menaruh simpati pada aksi-aksi teror mengatasnamakan agama itu.
Akibatnya,
banyak juga orang yang enggan membahas terorisme, risih karena aksi-aksi itu
dianggap bagian dari membela agama, membela aqidah. Mengeluarkan pernyataan
yang bernada menghujat bisa dianggap melawan agama sementara bila mengeluarkan
pernyataan yang bernada simpati bisa dianggap melawan pemerintah. Serba salah,
sehingga lebih baik diam.
Terakhir,
alangkah bodohnya kita sampai tergiur untuk ikut meruntuhkan kedamaian yang
sudah saban hari kita sesap ini. Alangkah ruginya kalau kita sampai ikut
bersama mereka merusak kenyamanan hidup dalam perbedaan ini. Tak ada manusia
normal yang betah hidup dalam kerusuhan, tak ada manusia normal yang tak senang
kedamaian.
Khusus
buat para pengguna dunia maya, ada sedikit pesan buat kalian. “Damai itu bisa
di mana saja tanpa memandang tempat bahkan dimensi. Kenapa? Karena damai bukan
untuk dunia nyata saja, tapi juga di dunia maya”.
Makassar, 15 Februari 2016
Catatan :
Di sadur dari blog saya yang ada di PORTAL DAMAI. Bagi
yang mau berkunjung, klik saja url ini : http://arizona.damai.id
Walaupun dunia nyata dan dunia maya itu berbeda, etika yang berlaku tetap sama, dan lagi sikap kita di dunia maya adalah cerminan dari pribadi kita di dunia nyata. nice share, Mas, salam kenal :)
BalasHapusSetuju sekali, apa yang kita lakukan di dunia maya tanpa disadari menunjukkan bagaimana diri kita yang sebenarnya.
HapusTerima kasih untuk apresiasinya dan salam kenal juga.
mereka yang demikian terhadap perdamaian memang begitu kang, rame lagi jika musim pemilukada...hadeuh kesempatan banget kayanya buat nggak damai...huh
BalasHapusSelalu ada musimnya ya kang, plus ada kesempatan juga untuk melakukan serangan balik bagi para pelaku pemilu maupun pemilukada.
HapusDunia maya lebih banyak bergolak daripada dunia nyata.
BalasHapusKadang pemicunya para anonim yg ternyata berpengaruh kuat
Benar, aku pun baru menyadarinya setelah mulai aktif di dunia menulis. Ternyata gejolak dunia maya begitu kuat, bahkan mampu mengalahkan dunia nyata.
Hapuskita perlu memilah memang informasi yang masuk di dunia maya terutama medsos, kalo gampang terprovokasi bahaya
BalasHapusHarusnya begiu. Sayang, kenyataan membuktikan bahwa masih banyak yang gampang terprovokasi dan termakan isu hoax.
HapusDamai memang menjadi isu yang sedang hangat belakangan ini. Berbagai perseteruan di dunia nyata kadang berlanjut kepada dunia maya. Semua itu baik nyata dan maya tetap ada Undang undang yang mengaturnya. Apalagi sudah ada pasang pasang ITE yang siap menghadang pelaku daring (online) yang tidak bertanggung jawab
BalasHapusUndang-undang ITE-nya masih ngambang meski udah ada yang pernah terjerat. Malah seperti menjadi sebuah dilema tersendiri bagi pelaku dunia, seperti blogger contohnya.
HapusNah ini yang dikhawatirkan, penggunaan internet untuk mendoktrin radikalisme dan menebar kebencian ya mas.
BalasHapusNgerii..
Palagi menjelang pilkada, selalu saja ada media yang lebay memberitakan sesuatu melebihi potsinya..kadang malah muncul media abak abal yang kepampang di fb, trus menyasar orang awam hingga jadi viral, huhu
Nah... menjelang pilkada itu yang paling di waspadai, karena rawan sekali isu SARA, provokasi, dan propaganda lainnya digunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
HapusMaka dari itu sekarang ini kita wajib santun berinteraksi dalam dunia maya, jangan sampai nama kita menajdi buruk karena tingkah yang tidak kita sengaja
BalasHapusSetuju, seharusnya di dunia maya pun kita harus bisa bersikap sopan dan santun.
Hapusdunia maya & nyata sama-sama harus damai ya
BalasHapusHehehe... Iya. Apalagi keduanya sudah gak bisa di pisahkan lagi dalam kehidupan dunia modern ini.
Hapus