Percaya atau tidak, hidup itu penuh
dengan misteri. Apa yang terjadi hari ini, esok, dan seterusnya tidak ada yang tahu.
Selain penuh dengan misteri, tak jarang juga kita disuguhkan dengan berbagai
kejutan yang tak terduga. Semua itu tentu atas ijin dari Yang Maha Kuasa, Sang
Pencipta Alam Semesta ini. Karena tanpa DIA, apalah artinya semua usaha yang
kita lakukan selama ini.
Berkat DIA, tidak ada yang namanya
mustahil, selama kita mau memohon dan meminta kepada-Nya setiap kali
memanjatkan do'a. Apapun itu, termasuk dalam urusan CINTA.
Kata orang tua, CINTA itu bisa hadir
kapan saja tanpa bisa kita cegah. Bahkan bisa terbentuk dengan sendirinya meski
awalnya kita tidak menginginkannya. Contohnya, banyak orang tua zaman dulu yang
menikah karena di jodohkan. Seiring waktu berputar dan tanpa disadari perasaan
itu tumbuh dengan perlahan-lahan hingga akhirnya mereka benar-benar merasakan
seperti apa rasanya jatuh cinta dan hanyut di dalamnya.
Melihat apa yang di alami oleh orang
tua kita zaman dulu, bisa dikatakan bahwa "CINTA" itu bisa hadir
dalam berbagai berbentuk. Entah itu berawal dari hal-hal kecil, di sengaja,
atau yang awalnya tidak terasa atau tidak disengaja. Bahkan cinta bisa hadir
dalam bentuk yang membosankan, dengan kata lain tidak seperti yang kita
harapkan atau khayalkan seperti yang selama ini terjadi di film-film.
Ya... begitulah cinta hadir dalam
kehidupan kita. Dimana ia tak selalu hadir dalam bentuk yang indah seperti
bunga mawar, moment-moment romantis, atau seperti kisah Romeo dan Juliet.
Contohnya kisah di bawah ini, dimana merupakan pengalaman langsung dari seorang
wanita yang bernama Rius Icha yang aku kutip langsung dari
Facebooknya. (Di tulis tanggal 3 September 2015)
* * *
Suamiku berprofesi sebagai insinyur
mesin, Aku mencintainya karena sifatnya yang tegar, dan perasaan hangat dan
nyaman saat Aku bersandar di bahunya yang bidang. Tiga tahun berhubungan, dan
sekarang sudah dua tahun kami menikah, aku harus mengakui, aku mulai lelah
dengan semua ini. Alasan-alasanku mencintainya, sekarang telah berubah menjadi
penyebab kelelahanku.
Aku perempuan yang sangat sentimental,
dan sangat, sangat sensitif tentang hubungan cinta dan perasaanku, aku sangat
mendambakan momen-momen romantis dalam hidupku. Suamiku adalah orang yang
sangat berlawanan sifatnya denganku, dan ketidakmampuannya membuat momen
romantis dalam pernikahan kami telah menghancurkan perasaan cintaku kepadanya.
Suatu hari, akhirnya aku memutuskan
untuk menyatakan keputusanku kepadanya. Aku ingin bercerai.
“Kenapa?” tanyanya, kaget.
“Aku lelah. Gak semua hal di dunia ini
harus ada alasannya kan!” Jawabku.
Suamiku hanya diam semalaman,
sepertinya ia tenggelam dalam pikirannya, dan merokok sepanjang malam. Perasaan
kecewaku hanya bertambah besar melihatnya seperti itu. Disana terlihat
laki-laki yang bahkan tidak dapat mengekspresikan kekecewaannya, apa lagi yang
aku harapkan dari dia?
Akhirnya suamiku bertanya kepadaku.
“Apa yang bisa Aku lakukan untuk
mengubah pikiranmu?”
Sepertinya yang orang-orang bilang itu
benar, susah untuk mengubah kepribadian seseorang, dan kurasa, aku telah
kehilangan kepercayaan dan cintaku kepadanya.
Aku melihat dalam ke matanya, dan
perlahan ku jawab: “Aku punya pertanyaan, kalau Kamu bisa menjawabnya, dan meyakinkanku,
Aku mungkin mengubah pikiranku. Seandainya ada bunga yang terletak di tepi
jurang, dan mengambilnya bisa membahayakan nyawamu, maukah Kamu mengambilnya
untukku?”
“Akan Aku jawab besok” Jawabnya,
singkat.
Harapanku hancur mendengar jawabannya.
Keesokan harinya aku terbangun, dan dia
sudah tidak ada. Kutemukan sepucuk surat dengan tulisan tangannya yang jelek,
di bawah segelas susu di meja makan dekat pintu depan. Aku baca perlahan
kata-katanya.
“Sayangku, Aku tidak akan mengambil
bunga itu untukmu, tetapi biarkan Aku menjelaskan alasanku..”
Baru kalimat pertama, tapi kekecewaanku
semakin bertambah padanya. Kulanjutkan membaca.
“... Ketika kamu menggunakan komputer,
kamu selalu bermasalah dengan program-programnya, kemudian Kamu menangis di
depan monitor. Aku harus menjaga jariku, jadi aku bisa tetap membantumu
memperbaiki programnya. Kamu selalu lupa membawa kunci pintu kalau keluar
rumah, jadi Aku harus menjaga kakiku untuk berlari pulang agar Kamu bisa segera
masuk ke dalam rumah. Kamu suka jalan-jalan, tapi Kamu selalu tersasar di
tempat yang baru, jadi Aku harus menjaga mataku agar bisa memberitahu jalan
yang benar. Kamu selalu keram setiap bulan saat “teman baikmu” datang, jadi Aku
harus menjaga tanganku untuk mengelus perutmu dan meredakan rasa keram itu...”
“.....”
“... Kamu selalu suka untuk tetap di
rumah, dan Aku khawatir Kamu tidak memiliki teman. Jadi Aku harus menjaga
mulutku, agar bisa terus menceritakan cerita-cerita lucu untuk menghilangkan
kebosananmu. Kau selalu suka menatap komputer, dan itu buruk untuk matamu. Jadi
Aku harus menjaga mataku, agar kalau kita tua nanti, aku bisa membantu
memotong kukumu, dan membantumu menyibak ubanmu yang mengganggu, jadi Aku bisa
memegang tanganmu, sambil memandang pantai berdua. Jadi kamu bisa menikmati
sinar matahari, dan pasir yang indah... Jadi Aku bisa menceritakan kepadamu
warna dari bunga-bunga, seperti rona wajahmu saat Kamu masih muda... Jadi,
Sayangku, kecuali aku yakin ada orang lain yang mencintaimu lebih dari Aku...
Aku tidak bisa memetik bunga itu, dan mati...”
Air mataku mengalir membasahi suratnya,
dan merusak tinta di tulisannya sepanjang aku membaca...
“... Sekarang Kamu sudah selesai
membaca jawabanku. Kalau kamu puas dengan jawabanku, tolong buka pintu depan,
karena aku sedang berdiri menunggumu sambil membawa roti dan susu segar
kesukaanmu...”
Aku bergegas menarik pintu, dan melihat
wajahnya yang penasaran, memeluk erat botol susu dan roti dengan tangannya.
Sekarang aku sangat yakin, tidak ada orang yang bisa mencintaiku sebesar cintanya kepadaku, dan aku memilih untuk tetap bersamanya, meninggalkan bunga-bunga yang aku inginkan di belakang.
Begitulah hidup. Ketika seseorang
dikelilingi oleh cinta, lama-lama perasaan bahagia itu pudar, dan dia tidak
merasakan cinta sesungguhnya karena tertutup oleh kebosanan.
Cinta hadir dalam berbagai bentuk,
bahkan dalam bentuk yang sangat kecil dan tidak terasa. Bisa jadi, cinta hadir
dalam bentuk yang sangat membosankan. Bunga-bunga dan momen romantis hanya hal
yang bisa dilihat dari kekuatan cinta. Namun dibalik itu semua, ada cinta yang
sebenarnya.
Pandangi wajah pasanganmu jika Kau
mulai merasa bosan. Pikirkan hal-hal yang membuatmu jatuh cinta kepadanya dulu.
Setuju!!!
Makassar, 10 Desember
2015
Ini keren mas, kereen :'
BalasHapusTerima kasih mas Erdi untuk apresiasinya.
HapusWih ngliat ilustrasinya agak gimana gitu hehe
BalasHapusIni bisa jd diambil hikmah buat setiap pasutri ya mas arif
Ya Mbak Gustyanita, ambil hikmahnya saja. Kali aja bermanfaat di masa yang akan datang.
HapusTerima kasih mas untuk atensinya. Alhamdulillah kalau artikelnya membawa manfaat.
BalasHapusyeps, jika merasa bosan dengan pasangan lebih baik mengingat hal2 yang pernah membuat ia bahagia, tapi jangan mengingat hal2 yang pernah lo lakuin sama mantan bisa tambah berabe urusannya. hhe
BalasHapusnice inpoh gan. :D
Hahaha... bisa perang dunia ke-3 tuh kalau yang di ingat malah si mantan.
HapusTerima kasih untuk apresiasinya mas.
Hehehe, pernah baca ini tahun lalu, tapi di mana, ya? :D
BalasHapusDi facebook mungkin, karena tulisan ini ramai di bagikan di copy ke status oleh banyak orang.
Hapus