![]() |
Netizen Makassar ngobrol bareng MPR-RI di Hotel Aryaduta |
Empat
Pilar Kebangsaan, kalimat itu dua tahun belakangan ini kembali ramai terdengar.
Kalimat yang sebenarnya bukan merupakan hal baru, khususnya bagi yang lahir dan
sekolah di jaman orde baru, karena memang kebanyakan akrab dengan
istilah-istilah tersebut. Kedengarannya terasa jadul, ketinggalan jaman bahkan sedikit
membawa kita bernostalgia ke masa orde baru yang telah berlalu hampir dua puluh
tahun.
Pilar
kebangsaan, pengamalan pancasila dan semacamnya, selalu ada di setiap tahunnya
dan dimuat dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn),
atau sedikit lebih jauh lagi dalam mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP).
Kini,
seiring waktu bergulir kurang lebih hampir dua puluh tahun berlalu, perubahan
demi perubahan pun terjadi. Pelajaran tersebut gaungnya sedikit menghilang
bahkan tidak terdengar lagi dan menimbulkan pertanyaan baru, apakah pelajaran
itu (Empat Pilar Kebangsaan) masih diajarkan atau tidak? Kalau masih,
istilah-istilah tersebut pasti dianggap ketinggalan jaman, tidak gaul, kurang
ngetop, kurang menjual dan tidak ngetren, utamanya bagi anak-anak yang lahir di
era milenial yang kebanyakan alay.
Meski
dianggap kurang ngetop, ketinggalan jaman dan sebagainya, bukan berarti masalah
yang dihadapi berkurang. Akan tetapi masih tetap sama bahkan bertambah rumit. Salah
satunya yang diwaspadai hingga sekarang yakni ancaman perpecahan.
Bayangkan, negeri yang terkenal akan ratusan suku, bahasa, budaya dan ratusan
pulau ini sangat riskan terhadap ancaman tersebut. Dan semakin riskan lagi di
era milenial ini, dimana internet perlahan-lahan mengambil alih peran manusia.
Hadirnya
internet, memudahkan kita untuk menyebarkan berbagai macam informasi kepada
khalayak ramai. Entah itu informasi positif, seperti canda tawa maupun
informasi negatif sekalipun, yang mana kadang digunakan untuk memecah belah. Sebut
saja contohnya seperti informasi hoax yang tidak bisa
dipertanggungjawabkan, yang disebar oleh pencari klik demi bertambahnya
pundi-pundi keuangan.
Bahkan
ujaran kebencian sampai ideologi radikal pun tidak ketinggalan menyerbu
internet. Dan ini harus diwaspadai mulai dari sekarang karena perlahan-lahan
mulai memberikan dampak negatif kepada anak-anak bangsa. Dimana salah satunya
mengarah pada perpecahan.
Netizen
Makassar Ngobrol Bareng MPR RI
Sabtu,
29 Oktober 2016. Pagi yang cerah membuatku semakin bersemangat. Tidak ada lagi
muka cemberut dan kecewa seperti tiga hari sebelumnya akibat tidak jadi ikut
ujian skripsi. Matahari perlahan-lahan bangkit dan menyapa dengan senyum
khasnya. Satu persatu ibu-ibu mulai ramai berkumpul di depan rumah untuk melakukan
senam pagi seperti biasanya. Saya pun tidak mau ketinggalan moment karena hari
itu ada seminar yang harus saya hadiri.
Adapun
yang menjadi narasumber di acara ngobrol bareng MPR, yakni Mas Andrianto (Kepala
Badan Pengolahan Data dan Sistem Informasi Setjen MPR), Bapak Ma’ruf Cahyono (Sekretaris
Jenderal MPR RI), dan Syaifullah (Penasehat Komunitas Blogger Angingmammiri).
![]() |
Bapak Mar'uf Cahyono memberikan sambutan sekaligus materi tentang 4 pilar kebangsaan |
Yang
menarik dari acara ini, sambutan dari Mas Andrianto dan Bapak Ma’ruf Cahyono
yang merupakan perwakilan dari MPR. Dalam membawakan sambutan, pembawaan keduanya
begitu santai dan jauh dari kesan formal. Dengan kata lain bisa menyesuaikan
dengan kondisi dimana berada. Bahkan tak lupa juga menyinggung soal kerjasama
di masa mendatang antara MPR-RI dengan netizen seluruh Indonesia. Sebuah langkah
yang seharusnya dilakukan sejak lama, terlebih lagi di era serba internet
sekarang ini.
Namun
ada satu hal yang menarik, khususnya yang disampaikan oleh Bapak Ma’ruf Cahyono
dalam sambutannya. Beliau mengajak netizen untuk menebar kebaikan atau hal-hal
positif di dunia maya. Bukan itu saja, MPR-RI sebagai lembaga negara juga
perlahan-lahan mencoba menempatkan diri sama rata dengan netizen. Bahkan berusaha
bergaul dengan bahasa yang sama, dalam hal ini bahasa ilmiahnya sedikit demi
sedikit dikurangi, juga siap menerima saran, kritikan dan masukan. Di sisi lain
sekaligus mengajak netizen untuk mulai membuka diri. Entah itu berupa keluhan/curhat,
memberikan kritikan, saran hingga masukan, yang tentu saja sesuai dengan etika
dalam berkomunikasi.
Acara
ngobrol bareng netizen Makassar hari itu berlangsung selama kurang lebih 4 jam
(pukul 10.00 – 14.30 Wita) dan merupakan yang pertama kalinya diadakan di
Makassar. Ada banyak hal yang dibahas hari itu selain sambutan dari mas
Andrianto dan Bapak Ma’ruf Cahyono selaku Sekretaris Jenderal MPR-RI. Dimana semuanya
berlanjut dalam sesi diskusi dan tanya jawab.
Mungkin
ada yang bertanya, empat pilar kebangsaan yang dimaksud apa saja? Dari yang
saya catat dan baca lewat buku yang diberikan ketika acara berlangsung, empat
pilar kebangsasan itu terdiri dari :
- Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi Negara,
- Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai Konstitusi Negara serta Ketetapan MPR,
- Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai Bentuk Negara, dan
- Bhinneka Tunggal Ika sebagai Semboyan Negara.
![]() |
Infografis tentang kedudukan Pancasila sebagai Ideologi Negara |
Selain
infografis mengenai kedudukan Pancasila, saya juga tertarik dengan masalah pengimplementasian
setiap sila di dalamnya. Yang mana pemerintah pasti berharap masyarakat mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Berikut impelentasinya dibawah
ini sesuai urutan sila dalam Pancasila :
- Berhenti menyakiti, mulailah menghargai.
- Stop marah-marah, mulaih bersikap ramah.
- Berhenti berseteru, mulai bersatu.
- Berhenti besar kepala, mulailah berlapang dada.
- Berhenti malas, mulailah bekerja keras.
Bagaimana, menarik bukan? Sebenarnya ada satu lagi yang menarik, sayang tidak sempat saya catat dan itu adalah sebuah puisi yang di isinya patut untuk kita renungkan dalam kehidupan bernegara.
Dan
sebagai salah satu netizen yang hadir hari itu, berharap langkah awal yang
dibangun berlanjut di masa mendatang dan membuahkan kerjasama yang baik. Tentu saja
kerjasama tersebut tak lain adalah untuk menyebar kebaikan agar bangsa ini
terhindar dari ancaman perpecahan. Apa yang dilakukan oleh lembaga negara sekelas
MPR-RI merupakan langkah yang tepat dan patut diacungi jempol. Apalagi lembaga
negara tersebut mulai membuka diri dan membangun jembatan dengan netizen
seluruh Indonesia.
Langkah
selanjutnya adalah menjaganya, karena apalah artinya jembatan yang dibangun
kalau nantinya hanya berujung pada sebuah formalitas belaka. Yang artinya,
interaksi hanya berlaku satu arah saja atau dengan kata lain hanya dari atas ke
bawah, tapi ketika yang dibawah ingin mengadu ke atas ada sekat yang
menghalanginya. Lebih-lebih yang berhubungan dengan internet, dimana harus ada
kesamaan visi, misi, dan juga posisi. Karena akan sulit memaksakan kehendak
pada netizen di era milenial ini yang segalanya sudah serba dinamis dan banyak
ragamnya.
Terakhir,
mudah-mudahan langkah kecil seperti yang dimulai MPR-RI semakin banyak digalakkan.
Yang tentunya akan membawa kebaikan untuk semuanya, tanpa terkecuali. Karena secanggih
dan semaju apapun, Indonesia tidak bisa dijaga oleh satu orang saja.
Makassar,
23 Novvember 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar