Andai
ada orang yang bertanya, siapa pahlawan yang paling kamu kagumi hingga saat
ini? Maka dengan senang hati, penuh semangat berapi-api dan lantang seperti
Bung Karno, saya akan menjawab “Keluarga”. Dan di dalam keluarga itu ada dua
orang yang pahlawan super yang bagi saya merekalah pahlawan sejati.
Siapakah
mereka? Ya, siapa lagi kalau bukan kedua orangtua saya, yang biasa saya panggil
“mama dan bapak”.
Kenapa
mereka, sedangkan tujuh puluh tahun silam yang membuat Indonesia merdeka adalah
para pahlawan seperti Bung Karno, Bung Hatta, pemuda-pemudi lainnya yang punya
semangat juang tinggi dan masih banyak lagi?
Ya
benar, tapi bagi saya kedua orang tua tetaplah sosok terhebat dan pahlawan yang
paling saya kagumi. Berkat mereka, saya lahir kedunia ini. Mereka juga mampu
membesarkan saya dan dua saudara kandung serta empat orang saudara tiri hingga
dewasa, bahkan sampai beberapa di antara kami telah menamatkan pendidikan S1
plus profesi.
Dari
total 7 orang anak yang mereka besarkan, kedua orang tua saya
sekurang-kurangnya membutuhkan 2 liter beras, 3 ikat sayuran, 4-5 ekor ikan, 9
butir telur, dan 3-4 bungkus mie instan untuk kami santap setiap harinya. Kadang
juga 2-3 ekor ayam jika hari besar, seperti idul fitri, idul adha dan menjelang
peringatan hari kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus.
Meski
begitu banyak jenis makanan yang harus di siapkan, kami anak-anaknya tidak
pernah takut kelaparan. Kenapa? Karena untuk urusan dapur sudah ada ahlinya dan
pasti semua langsung beres. Ya, semua berkat kelincahan dan kegesitan mama
saya. Kenapa saya bilang begini? Karena sejak kecil saya sudah di ajarkan mama
untuk bisa mandiri, termasuk wajib bisa masak dan tak jarang ikut membantunya
memasak pakai tungku kayu serta mencuci piring.
Dari
segi pendapatan dan sebelum bapak saya pensiun dua tahun lalu sebagai PNS (Guru),
keluarga saya masuk kategori menengah. Demi membantu meringkan beban bapak, ibu
saya ikut membantu dengan membuka warung kecil-kecilan dan menjual sembako di
kampung sana. Namun warung itu hanya bertahan hingga saya lulus SMA 8 tahun
lalu, karena ibu saya mulai sering sakit-sakitan.
Untungnya
ke empat kaka saya sudah menikah, sehingga mama dan bapak tinggal menanggung beban
saya dan kedua adik saya. Namun demikian, bukan berarti mama dan bapak saya
tidak pusing memikirkan biaya kuliah kami 3 anaknya yang masih tersisa ini. Jangan
di tanya stressnya seperti apa, apalagi kalau musim semester baru tiba.
Herannya,
mama dan bapak saya tidak pantang menyerah, selalu berusaha tersenyum dan
memberi semangat kepada kami anak-anaknya untuk bisa menyelesaikan studi,
minimal S1. Apalagi mama saya, meski hanya lulusan SLTA (sekarang setara SMA), mama
saya tidak ingin kami anak-anaknya seperti dia. Ikut kerja keras membanting
tulang demi meringkan beban bapak dan juga demi masa depan kami anak-anaknya. Semangatnya
begitu tinggi, bahkan semangat Bung Karno pun bisa kalah dengan semangat yang dimiliki
mama saya.
Lagi-lagi,
semua demi masa depan kami anak-anaknya. Sebagai seorang anak, ingin sekali
saya membahagiakan mama dan bapak saya, apapun caranya selama itu halal.
Berawal
keinginan tersebut, akhir September sampai Desember tahun 2013 saya mencoba kerja
sambil kuliah. Hasilnya lumayan, kurang lebih selama 6 bulan lamanya saya tidak
pernah meminta uang ke mereka. Mulai dari uang SPP, uang kiriman bulanan,
bahkan sampai uang KKN pun saya tanggung sendiri.
Dari
pengalaman kerja sambil kuliah tersebut, saya akhirnya tahu bahwa cari uang itu
susahnya minta ampun. Setiap harinya harus siap panas-panasan, kehujanan, kena
macet, dan masih banyak lagi masalah lainnya. Saya pun jadi mengerti, kenapa sejak
dari kecil hingga sekarang mama saya selalu bilang tidak ingin kami
anak-anaknya seperti dia.
Setiap
kali mengingat ucapan ini, saya merasa begitu egois dan bertingkah sangat konyol
pada kedua orang tua saya. Begitu sayangnya mereka kepada kami anak-anaknya,
tapi sampai sekarang belum bisa membahagiakan mereka. Apalagi saya, lelaki
semata wayang yang hingga saat ini masih berjuang untuk mempersembahkan toga
yang di idam-idamkan oleh mama saya. Lelaki semata wayang yang sangat
diharapkan untuk bisa meringkan beban mereka dan bisa membiayai kedua adik
saya.
Ma...
pa, maafkan saya yang belum bisa mempersembahkan toga (ST Arsitektur) dan
sampai saat ini belum punya pekerjaan tetap. Banyak yang nawarin pekerjaan,
tapi untuk dua bulan ke depan fokus dulu mengejar toga dan gelar ST. *ah...
kok mata saya jadi berair gini*
* * *
Terus
terang, kalau ngomongin tentang mama dan bapak saya pasti tak akan pernah ada
habisnya. Karena bagi saya mereka tetaplah pahlawan sejati, meski tidak
berjuang mengangkat bambu runcing demi membuat Indonesia merdeka 71 tahun
silam.
Yah,
setidaknya dalam keluarga mereka tidak pernah membuat kami anak-anaknya
kelaparan dan selalu berusaha untuk memenuhi keinginan kami hingga saat ini. Dan
sebagai anak, saya ingin sekali membuat mereka bahagia meski dengan memberikan
sesuatu yang sederhana.
Entah
kebetulan atau memang sudah ditakdirkan oleh yang maha kuasa, impian untuk
memberikan kado sederhana kepada mama dan bapak saya menemukan jalan terang. Tepatnya
ketika mengikuti “Blogger Gathering” yang diadakan oleh Kudo (Kios
Untuk Dagang Online) bekerja sama dengan Komunitas Blogger Angingmammiri
tanggal 13 Agustus 2016, bertempat di Rumah Makan Penyet Ria Ibu Ruth cabang
Perintis, lantai 2 Jalan Perintis Kemerdekaan No. 57, Tamalanrea, Makassar.
Tentang Kudo dari Mas Dimas JP, dok. Pribadi |
Kabar
gembira ini saya dengar langsung dari mas Dieki Setiawan, Marketing
Communication Kudo. Apa yang dikatakan oleh mas Dieki? Ia mengatakan bahwa
menyambut “Hari Kemerdekaan RI yang ke-71”, Kudo mengadakan “Blog
Competition” dengan tema “Pahlawan Keluarga”. Dimana siapa pun boleh ikut
asal memiliki blog dan punya cerita yang ada hubungannya dengan dengan tema “Pahlawan
Keluarga”.
Dan
yang membuat saya semakin gembira adalah lombanya di perpanjang sampai akhir
Agustus. Padahal sebelumnya sudah pesimis, mengingat saya sedang mengejar
deadline perbaikan skripsi demi bisa lolos ikut “Studio Akhir” sebagai
prasyarat bisa ikut ujian meja dan menuju gelar ST. *Terima kasih mas Dieki
untuk infonya*
Lewat
acara Blogger Gathering tersebut, saya jadi tahu bahwa banyak cara yang bisa
dilakukan untuk menjadi pahlawan di zaman modern ini. Salah satunya dengan
menjadi pahlawan dalam keluarga. Dan saya pun semakin bersemangat untuk menjadi
bagian dari “Pahlawan Keluarga”, apalagi setelah melihat video singkat yang
diputar oleh Kudo ketika acara Blogger Gathering berlangsung.
Setelah
melihat video di atas, saya langsung berpikir mengenai apa yang sekarang di
inginkan oleh mama dan bapak saya. Tentunya selain urusan toga tadi ya, alias
gelar Sarjana Teknik Arsitektur (ST). Usut punya usut, ternyata lumayan banyak
juga dan beberapa di antaranya sudah ada di Kudo. Contohnya seperti pakaian
untuk laki-laki dan wanita.
Pilihan Pakaian Wanita dan Pria Via Screen Shoot Kudo |
Sedangkan
beberapa di antaranya lagi saya berharap di masa mendatang sudah ada juga di
Kudo. Saya memaklumi apa yang pernah disampaikan oleh mas Dieki, bahwa Kudo
masih baru dalam dunia teknologi digital (aplikasi) dan merupakan pelengkap
atau penghubung dengan seluruh penjual, baik online shop maupun offline.
Namun
yang jelas, hingga saat ini Kudo terus mencoba untuk menghubungkan semuanya
demi memudahkan pembeli dan penjual dalam bertransaksi, khususnya penjual dan
pembeli yang berada di pelosok alias daerah terpencil. Terlebih lagi Kudo punya
target 1 juta pengguna di Indonesia dan bisa menyasar daerah-daerah terpencil.
Lalu
apa yang saya inginkan dan belum terkafer alias masih diusahakan oleh Kudo? Saya
ingin memberikan kado buat mama dan bapak di kampung yang belakangan ini suka
bercocok tanam.
Ya, saya ingin juga membelikan mereka bibit tanaman, seperti kangkung, bayam, sawi, kol, dan segela jenis bibit tanaman yang cocok untuk ditanam di dekat rumah. Yang mana kebetulan samping kiri dan belakang rumah di kampung memiliki halaman yang lumayan luas, sehingga sangat cocok dijadikan sebagai kebun mini.
Ya, saya ingin juga membelikan mereka bibit tanaman, seperti kangkung, bayam, sawi, kol, dan segela jenis bibit tanaman yang cocok untuk ditanam di dekat rumah. Yang mana kebetulan samping kiri dan belakang rumah di kampung memiliki halaman yang lumayan luas, sehingga sangat cocok dijadikan sebagai kebun mini.
Kenapa
Memilih Kudo?
Wujudkan Impianmu Untuk Jadi Pengusaha Bersama Kudo |
Karena
Kudo merupakan penghubung antara pembeli dan penjual yang memiliki target sampai
ke pelosok alias daerah terpencil. Di mana dengan mengakses aplikasi Kudo lewat
mobile, calon pembeli akan mendapatkan banyak pilihan toko atau penjual
dari penjuru negeri. Tak hanya yang online, yang offline pun Kudo siapkan. Mulai
dari penjual kecil sampai online shop terkenal pun ada di Kudo. Keren bukan?
Tak
hanya sampai disitu saja, Kudo juga menawarkan banyak keuntungan. Selain memudahkan
calon pembeli menemukan penjual yang cocok, juga menawarkan banyak diskon,
harga murah dan efisiensi waktu. Sehingga calon pembeli tidak perlu
menghabiskan dana sampai waktunya untuk mencari barang dari toko satu ke toko
lainnya. Begitu pula dengan si penjual, tidak perlu lagi panas-panasan maupun
kehujanan demi bisa menjajakan barang dagangannya.
Uniknnya,
dengan menginstal aplikasi Kudo di mobile, siapapun memiliki peluang untuk
mendapatkan banyak keuntungan serta penghasilan. Nggak hanya untuk si penjual,
si calon pembeli pun memiliki peluang yang sama. Misalnya dengan mencoba
peruntungan menjadi agen pulsa via online, dan masih banyak lagi contoh
lainnya. Dimana semua bisa dilakukan dalam genggaman dan sekali klik, termasuk
impian saya untuk memberikan kado unik pada mama dan bapak saya.
Semoga
Kudo bisa mewujudkannya.
Makassar, 30 Agustus 2016
Ngomong2 soal pahlawan, tak ada satupun pahlawan nasional yang bisa menggantikan orang tua sebagai pahlawan paling dikagumi dan paling berjasa dalam kehidupan. Itu baginsaya pribadi.
BalasHapusSepakat, orang tua adalah pahlawan sejati yang tidak kalah pamornya dengan pahlawan zaman dulu yang memperjuangkan kemerdekaan nnegeri ini.
Hapusorang tua itu pahlawan yang tak akan pernah lekang dimakan jaman. mereka the best. semoga bis amwujudkan impian mereka ya mas :)
BalasHapusYa, selalu menjadi terbaik dari yang terbaik dan tak akan tergantikan.
HapusAmiiin... Semoga bisa terwujud impian ini.
orangtua memang rela ngelkauin apapun demi anak2nya,pahlawan keluarga, salut buat orangtuamu masbro, 7 org anak, dg target orgtua, min. semua lulus s1, kereennn, saluut
BalasHapusBenar bangad. Demi masa depan anak, apapun dilakukan.
HapusAlhamdulillah, kedua orangtua saya nggak ketinggalan memikirkan pendidikan untuk anak-anaknya, termasuk target minimal S1.