Roof Garden (sumber : www.memphite.com) |
“Bukan
tanah saja yang bisa di tanami, bangunan pun bisa ditanami”
Dulu
ketika tanah masih luas dan bangunan di kota belum begitu padat, menanami
setiap jengkal tanah adalah sebuah keharusan. Kini, semakin hari berganti dan
pembangunan di kota semakin gencar dilakukan, menanam tanaman di tanah
perlahan-lahan menjadi sulit dan juga langka. Padatnya pemukiman dan juga
bangunan lainnya menjadi salah satu penyebabnya. Di sisi lain, mahalnya harga
tanah juga ikut berpengaruh. Sehingga membuat banyak orang berpikir ulang
sebelum memutuskan untuk membeli tanah, khususnya bagi mereka yang pas-pasan.
Akibatnya,
orang-orang pun mulai berpikir keras untuk mengatasi hal demikian. Dari hasil
pemikiran itu, muncullah ide unik yakni memanfaatkan bangunan. Ya, menanami
setiap jengkal bangunan.
Di
kota-kota metropolitan, contohnya seperti di Jepang, orang-orang sudah mulai
melakukan uji coba membuat sawah di atas gedung tinggi. Sebuah langkah kecil
yang tak terpikirkan sebelumnya. Dimana di sisi lain, uji coba ini bertujuan
juga untuk membuat bumi tetap hijau.
Nah,
jika di gedung tinggi saja bisa, maka sudah tentu di atas rumah pun bisa. Lebih
tepatnya memanfaatkan dak yang ada pada rumah. Tanamannya pun bisa yang lain,
jadi tak melulu harus padi. Misalnya, menanam rumput, atau tanaman lainnya. Intinya
yang penting hijau, membantu menurunkan suhu di dalam rumah, menghasilkan
oksigen, dan yang pasti mampu membantu mengurangi konsumsi energi.
Tapi
harus di ingat, sebaiknya dak yang akan digunakan adalah dak yang belum
dimanfaatkan sama sekali sebagai ruang. Meski sebenarnya dak yang sudah menjadi
bagian dari ruang pun masih tetap bisa dibuat hijau juga. Yang penting
diserahkan kepada ahlinya, dalam hal ini ke orang yang lebih paham dalam merencanakan
dan juga mendesain. Misalnya di serahkan pada Arsitek.
Di
Indonesia sendiri, menanami bangunan lebih banyak diaplikasikan pada hunian
urban. Ada yang memanfaatkan dak, juga mengaplikasikannya di balkon, dan dinding
(lebih dikenal dengan istilah greenwall).
Bahkan di atap carport tak
ketinggalan untuk ditanami. Malah di beberapa kota, syarat untuk keluarnya IMB,
calon bangunan baru harus memenuhi kriteria Green
Building, yang mana di dalamnya urusan tanam menanami bangunan adalah salah
satunya.
Lalu,
adakah tahap-tahap yang harus dilalui sebelum dak rumah di tanami? Tentu saja
ada. Tahap itu dibagi ke dalam empat bagian.
Pertama,
lapisi dak yang akan ditanami dengan plastik untuk mencegah kebocoran, yang
mana lama kelamaan bisa menembus ke dalam bangunan setiap kali tanaman di
siram.
Kenapa
plastik? Karena lebih mudah, simple, dan murah bila dibanding menggunakan
pelapis anti bocor atau kedap air (waterproofing)
untuk melapisi dak.
Kedua,
buat bantalan untuk pelindung akar setebal 5 cm di atas palstik sebelum
menaburinya dengan tanah. Tujuannya untuk mempertahankan kelembaban ketika
tanaman disiram. Kamu bisa memanfaatkan keset sabut kelapa untuk membuat
bantalan tersebut, bisa juga dengan bahan lain yang serupa.
Ketiga,
setelah bantalan jadi, saatnya menaburi tanah di atasnya setebal 10 cm dengan
komposisi 30 persen tanah merah, 40 persen pasir, dn 30 persen kompos. Dengan komposisi
seperti di atas, tanah tersebut bisa bertahan hingga tiga tahun. Ketika mau melewati
tiga tahun, saatnya untuk mencampur kembali dengan kompos.
Ke
empat, penting untuk di ingat juga. Jangan lupa untuk membuat
jalur pemipaan yang nantinya akan berfungsi sebagai jaur pembuangan air bekas
penyiraman. Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah untuk mencegah tanaman
tidak cepat busuk. Untuk pemipaan, bisa menggunakan pipa ½
inci.
Kenali Jenis Tanaman Green Wall
Green Wall |
Medianya
sudah jadi, selanjutnya siap untuk menanami. Tapi sebelum kamu terburu
menanaminya, ada hal lain yang harus kamu ketahui. Apa itu?
Jawabannya
adalah jenis pohon. Ya, kamu harus mengenali dulu jenis pohon apa saja yang
cocok untuk ditanam di dak.
Dari
beberapa literatur, pohon yang bisa ditanam di dak yakni dari jenis ground cover (semua jenis rumput,
anggrek tanah, terang bulan, jenis vilo, semak, dan lain sebagainya) dengan
ketinggian kurang dari 30 cm. Sedangkan untuk tanaman jenis obat-obatan dan
sayur-sayuran, seperti kemangi, daun pandan, cabe, sereh, dan lain-lain, juga
boleh di tanam.
Jika
kamu tetap ingin ada pohon di atasnya, ada baiknya menggunakan media pot saja
agar dak tidak cepat rusak.
Jangan
takut untuk mengalami kegagalan, tetap coba terus. Karena kegagalan bisa
menjadi pahlawan nanti. Cepat atau lambat, seiring berjalannya waktu, kamu akan
menemukan tanaman yang pas untuk taman dakmu.
Selain
di atas dak, cara lain bisa juga memanfaatkan dinding untuk membuat suasana
tetap hijau dan tentunya bisa mengurangi panas menyerap ke dalam bangunan. Kamu
bisa menggunakan tanaman rambat, seperti dolar yang menempel tapi tidak merusak
dinding. Akan lebih bagus kalau tanaman rambat ditanam di dinding yang
menghadap ke barat, sehingga panas sore hari yang menyengat tidak terlalu
menyerap ke dalam rumah.
BTN Antara Makassar, 29 Desember 2017
Wah... tulisannya keren kak, perlu banget nih mempunyai berbagai macam alternatif di saat lahan yang semakin sempit... thanks sharing-nya ka, bisa diterapkan ini di rumah
BalasHapusTerima kasih kembali. Selamat mencoba dan semoga sukses menerapkannya nanti.
HapusArtikelnya bagus ya saya suka saya kembangkan!!!
BalasHapusTerima kasih.
HapusSemoga sukses dalam mempraktekkannya nanti.