Jakarta, akhirnya.
Hanya
itulah kalimat yang terucap dalam hati ketika pesawat sudah berada diudara dan
tidak terlihat lagi pemandangan kota Makassar. Waktu itu, saya sungguh senang
luar biasa. Kesempatan itu akhirnya datang juga. Apa yang saya impikan sejak
kecil setiap kali melihat kota Jakarta dilayar TV hitam putih akhirnya bisa
terwujud.
Saking
senangnya, ingin sekali saya lompat-lompat di dalam pesawat. Namun karena gengsi
dan urat malu dalam diri saya masih dominan, maka niat itu tidak jadi saya
lakukan. Apa kata orang jika saya benar-benar melakukan hal itu. Dan mau
ditaruh dimana muka saya akibat menanggung malu. Kan nggak asyik kalau dikatain
kampungan, meski saya memang orang kampung. Lucu kan kalau predikat
kampungannya jadi double.
Daripada
saya melakukan hal konyol dan bikin malu, akhirnya saya memutuskan untuk
istrahat saja. Apalagi perjalanan dari Makassar ke Jakarta lumayan lama, kalau
nggak salah ingat sekitar 2 jam lebih 15 menit. Cukuplah buat ganti jam tidur
saya yang sebelumnya sempat tertunda. Kapan lagi coba bisa tidur pesawat, kan
jarang seperti ini. Apalagi hawa lumayan dingin dan membuat rasa ngantuk saya
semakin bertambah.
Dan
benar saja, tak lama kemudian saya pun tertidur dengan pulas. Namun di saat
enak-enaknya tidur, tiba-tiba saya dibangunkan oleh seorang pramugari yang
sedang membagikan makanan ringan. Saya pun segera mengambil makanan yang
dibagikan dan tak lama kemudian kembali melanjutkan tidur yang sempat
terganggu.
Singkat
cerita, satu jam kemudian saya bangun kembali karena lapar. Untungnya, makanan yang
dibagikan sebelumnya masih ada alias belum saya makan. Saya pun segera membuka kotak
makanan tersebut dan isinya lumayan untuk mengganjal perut sampai satu jam ke
depan.
Usai
makan dan untuk menghilangkan rasa bosan karena pesawat baru akan tiba di
Jakarta 45 menit kemudian, saya lalu meraih beberapa buku yang ada di dalam
kantong kursi depan saya. Satu persatu halaman buku tersebut saya baca isinya,
itupun yang menarik saja. Namun kadang juga hanya melihat-lihat gambarnya saja.
Yah, lumayanlah buat hilangin rasa bosan, apalagi gambar maupun foto dalam buku
tersebut kebanyakan tentang daerah wisata dan juga tentang hotel. Yang mana
bagi saya semua itu lumayan menarik perhatian.
Ditengah-tengah
keasyikan membaca dan melihat-lihat isi buku tersebut, tiba-tiba terdengar
pengumuman bahwa 15 menit lagi pesawat akan mendarat di Bandar Udara Internasional
Soekarno-Hatta. Usai mendengar pengumuman tersebut, saya langsung mengalihkan
perhatian keluar dari balik jendela pesawat.
Akhirnya...
tinggal beberapa menit lagi. Oh Jakarta, kota khayalan masa kecil yang sebentar
lagi menjadi kenyataan.
Detik
demi detik pun berlalu. Pagi itu, tepat jam 7, dari udara secara perlahan-lahan
pemandangan sebagian pulau Jawa mulai terlihat dan menurut saya indah sekali. Nggak
salah jika orang luar negeri mengatakan “Indonesia adalah potongan surga yang
ada di dunia”.
Dan
pelan tapi pasti, perlahan-lahan Jakarta mulai terlihat. Beberapa gedung
bertingkat yang tak jauh dari Pantai Utara Jakarta berdiri kokoh. Tak ketinggalan
juga beberapa perumahan mewah berjejer dengan rapi, yang mana daerah itu
kemungkinan adalah wilayah Pantai Indah Kapuk (hanya menebak saja).
Namun
jauh dibalik keindahan yang saya saksikan pagi itu, satu hal yang pasti. Terus terang,
saya sungguh senang luar biasa. Ya, itulah yang saya rasakan saat itu sekaligus
mewakili semua rasa takjub dan terharu. Sebagai anak kampung, tidak ada
kata-kata lain untuk menggambarkan semuanya selain perasaan senang yang begitu
luar biasa. Semakin senang lagi karena dibawah sana, tepatnya di terminal
bandara seorang gadis sedang menunggu.
Ya,
dialah gadis yang saya kenal lewat facebook. Gadis yang selama ini menjalin
hubungan jarak jauh dengan saya. Akhirnya, untuk pertama kalinya kami akan
bertatap muka. Seperti Rangga dan Cinta yang akhirnya bertemu kembali setelah 9
purnama berlalu.
Bedanya,
waktu itu (2011) hubungan kami baru berjalan 2 purnama. Meski demikian, rasa
penasaran dan rindu ingin bertemu tidak kalah dengan apa yang dirasakan oleh
Rangga dan Cinta.
Saking
begitu senangnya saya, sampai-sampai tidak sadar kalau pesawat baru saja
mendarat dengan mulus landasan Bandara International Soekarno-Hatta. Bahkan sampai
moncong pesawat sukses merapat diterminal pun, saya masih terbuai oleh rasa
senang.
Samar-samar,
saya mendengar sebuah panggilan “Mas... mas... mas... penumpang lain sudah pada
turun”. Setengah sadar, saya lalu menjawab “Apa mbak?”. Suara panggilan itu
kemudian menjawab “Penumpang lain sudah turun”.
Dalam
hati, saya berkata : “Sepertinya ini orang tidak asing bagi saya, tapi kenalnya
dimana ya”. Belum sempat orang tersebut ngomong kembali, saya akhirnya sadar
100% dari lamunan.
Duh...
pantas saja seperti saya kenal, dia kan pramugari pesawat yang saya tumpangi. Dengan
perasaan malu setengah abadi, saya segera mengambil barang bawaan saya dan tak
lupa mengucapkan terima kasih kepada pramugari tersebut.
Saya
lalu melangkah dengan sedikit cepat agar bisa menyusul penumpang lain yang
lebih duluan turun. Di sisi lain, tujun saya agar tidak kesasar menyusuri
lorong menuju jalan keluar terminal bandara. Selain itu, saya nggak mau
malu-maluin untuk kedua kalinya. Sambil mengekor dibelakang penumpang lainnya,
saya sempat mengkhayal : “Akankah seperti adegan di film-film ketika saya
bertemu dengan si doi nanti untuk pertama kalinya?”
Entahlah!
Kita lihat saja nanti.
Semakin
mendekati pintu keluar, jantung saya semakin berdetak dengan kencang. Rasanya
seperti habis lari keliling Stadion Gelora Bung Karno. Sampai keringat pun perlahan-lahan
ikut bercucuran. Dinginnya ruang terminal bandara yang ber-AC seperti tidak
terasa. Begitu pula ketika sampai di pintu bandara keluar, sampai nggak terasa
juga.
Seperti
layaknya penumpang lain, saya pun mengubah jarak pandang menjadi auto-focus.
Tujuan saya tak lain adalah mencari si doi yang sudah menunggu sejak setengah
jam yang lalu. Untung saja, saya orangnya lumayan tinggi sehingga nggak perlu
menunggu waktu lama untuk menemukan si doi dengan pandangan auto-focus.
Dengan
sedikit malu-malu, kami berdua mendekat satu sama lain. Yah, mirip-mirip adegan
Rangga dan Cinta gitu, yang juga malu-malu dan sedikit kaku. Namun ketika jarak
kami tinggal beberapa mili lagi, si doi malah bertanya : “Kok kamu cepat amat
nemuin aku, kita kan baru pertama kali bertemu?”
Saya
pun menjawab : “Nggak tahu, cuma ikuti insting saja”. Setelah itu, kami pun
berlalu meninggalkan terminal bandara dan berhenti sejenak diloket pembelian
tiket BUS. Lalu, saya segera memesan 2 tiket dengan tujuan Terminal Pasar
Minggu.
Bersambung...
Makassar, 10 Mei 2016
hmmmm ada yang kopdaran ya :) jadi ingat masa lalu nih aku
BalasHapusKopdaran dua insan yang menjalin hubungan jarak jauh. Akhirnya dikasih julukan deh, "Asmara Nusantara".
Hapus"Rasanya seperti habis lari keliling Stadion Gelora Bung Karno"
BalasHapuslha, itu kantor saya, kalo lari (beneran) mampir ajaaaaa he he he
berapa lama di jakarta mas?
bisa kontek2an nih
Hehehe... wah, bisa nih kapan-kapan lari di sekitar Stadion Gelora Bung Karno. Nanti kalau sudah haus, tinggal mampir deh dikantornya.
HapusWah harus ada lanjutannya niih, gimana kesan pertama bertemu...gak nyangka ternyata bisa jg menjalin kasih tanpa pernah bertemu hahaha...
BalasHapusInsya Allah, ceritanya bakalan berlanjut.
Hapusdia senang ke Jakarta, aku malah norak banget ketika melangkah ke daratan Makassar hehe
BalasHapusHahaha... Kok bisa begitu.
HapusWitwiw... Hahaha... Iya kayak Rangga ama Cinta nih mas Timur... Hubungan jarak jauh terus ketemuan deh... :D
BalasHapusSuit suit... :D
Eh iya, saya juga kalo lapar suka terbangun dari tidur lo ya.... :)
Hehehe... Rangga dan Cinta versi anak kuliahan.
Hapussepakat kak
BalasHapusSiip...
HapusCie cieee cieee.. pake adegan Mamet yang ketinggalan di bandara gak? :p
BalasHapusHhhmmm... Ntar ya, saya ingat-ingat kembali.
HapusAiiihh semoga berjodoh yaaa.. sampe dibela-belain dateng ke jakarta :)
BalasHapusAmiiin...
Hapusbila sebagian orang menghayalkan jakarta, saya juga sih, tapi sekarang saya membayangkan suatu kali menginjakkan kaki di makassar
BalasHapusSemoga bisa berkunjung ke Makassar biar kita kopdaran juga.
Hapusciyee ciyeeee hehehe ikut senang mas. sekarang masih di jakarta apa udah pulang makassar nih?
BalasHapusSudah di Makassar, sedang ikut pelatihan bersama BNPT dan juga Kodam VII Wirabuana.
HapusCuma mau bilang
BalasHapus,.
.
.
.
.
.
.
UHuuuuuuuuy
:D
Tersipu jadinya.
HapusMas kok ceritanya bikin penasaran aaaaaak
BalasHapusNggak bikin penasaran kok.
HapusYaaa, udahan. Jadi selanjutnya gimana? Ditunggu lho :)
BalasHapusTenang, ada kelanjutannya kok. Sengaja saya tulis bersambung, siapa tahu saja nanti bisa dijadiin buku.
HapusIni kisah nyata rasa drama nih ^^
BalasHapusBisa aja nih nyanjungnya. Eh... tapi kisahnya menarik kan.
HapusHehehe... ge-er dikit nggak apa-apakan.
Cieeee... hahaha aku bacanya senyum-senyum sendiri... moga jodoh deh asmara nusantara nya ^^
BalasHapusHahaha... Hati-hati nanti orang yang lihat jadi bingung gara-gara dirimu senyam-senyum sendiri.
HapusAmiiin...
Makasih untuk doanya.
Kita tunggu kisah bahagia selanjutnya... harapan kami jadi sam ito tooh
BalasHapusDoakan saja biar ambisi selanjutnya, yakni meluluhkan calon mertua lancar dan endingnya berakhir dengan senyum sumringah.
Hapusagak ngegantung sih, tapi karena gantung itulah kisahnya jadi menarik, kita tunggu kabar gembiranya yak.. jadi nggak sabar
BalasHapusHehehe... Ceritanya memang sengaja di buat berseri, karena rencana kisah ini ingin saya kumpulkan sampai menjadi satu buku.
Hapus