“Aku
pasti akan kembali dalam satu PURNAMA untuk menanyakan kembali CINTAnya...”
Adalah
cinta yang mengubah jalannya waktu. Karena
cinta, waktu terbagi dua. Denganmu... Dan
rindu, untuk kembali ke masa itu.
Detik
tidak pernah melangkah mundur, tapi kertas putih itu selalu ada. Waktu
tidak pernah berjalan mundur dan hari tidak pernah terulang. Tetapi,
pagi selalu menawarkan cerita yang baru. Untuk
semua pertanyaan yang belum sempat terjawab.
Namun
apa daya, janji kembali dalam satu PURNAMA untuk menanyakan kembali CINTA yang
belum terjawab malah tertunda. Entah apa yang terjadi, satu purnama itu malah
kembali tertunda sampai 14 kali. Sampai sang pemilik nama CINTA bertanya-tanya.
Apa yang terjadi dengan purnama di New York? Apakah beda satu purnama di New
York dan Jakarta?
Entahlah,
hanya Rangga yang tahu. Tapi yang jelas, Cinta telah menunggu Rangga dalam
ketidakpastian selama 14 tahun lamanya. Uniknya, Cinta tidak sendirian.
Dibelakangnya ada ribuan orang merasakan hal yang sama, tepatnya mereka yang
terpukau dengan akting Rangga dan Cinta.
Mereka
yang kini ingin tahu kelanjutan kisah cinta dua insan yang sempat tertunda selama
14 tahun lamanya karena terpisahkan oleh jarak yang lumayan jauh. Mereka yang
sudah tak sabar untuk menyaksikan kisah selanjutnya di film kedua, yang
judulnya sendiri hanya ditambah angka dua di belakang kata CINTA.
Jangankan
mereka yang ribuan itu, saya saja yang 14 tahun lalu masih bocah ingusan dan
duduk dibangku SD kelas 6 ikutan penasaran juga. Saya ikut penasaran karena
euforia dan animo masyarakat yang ingin menonton kali ini begitu tinggi. Bahkan
saya sendiri sampai dibuat “DILEMA” olehnya dan itu adalah fakta.
Yah,
begitulah kira-kira magnet film “Ada Apa Dengan Cinta 2?” bekerja hingga
akhirnya saya tidak sanggup untuk melewatkannya alias menonton filmnya awal
bulan, tepatnya malam sabtu.
* * *
Malam
itu, bersamaan dengan gelapnya ruangan bioskop, segala perasaan iri dalam diri dan
juga sedikit baper pada mereka yang datang bersama pasangan coba saya
singkirkan dengan perlahan-lahan. Pikiran dan pandangan pun saya fokuskan ke
depan, ke layar besar yang nantinya akan menayangkan kelanjutan kisah yang
sempat tertunda 14 purnama lamanya.
Tak
lama kemudian, cerita pun dimulai. Mula-mula terdengar gelak tawa beberapa
orang dari sebuah ruangan. Yah siapa lagi kalau bukan suara CINTA dan kawan-kawan
yang sedang reuni dan merencakan liburan ke sebuah tempat yang terkenal kental akan
budayanya sampai hari ini. Sebuah tempat yang sampai hari ini sudah 5 kali
gagal saya kunjungi dan gara-gara film AADC2 malam itu, perasaan baper saya
jadi bangkit lagi.
Lalu,
kemanakah mereka akan liburan? Mau tahu... Yang jelas bukan ke Jakarta karena
mereka berasal dari sana. Apalagi ke luar negeri, seperti New York. Kenapa? Karena
pastinya takut “Cinta Lama Bersemi Kembali”. Ya, siapa lagi kalau bukan kisah
cinta antara Rangga dan Cinta yang sempat terhenti 14 tahun lalu di terminal
bandara.
Yogyakarta, itulah kota tujuan ke empat wanita yang sudah bersahabat sejak SMA itu. Kota inilah yang membuat saya sampai 5 kali gagal berkunjung. Jangan tanya kenapa, karena ceritanya lumayan panjang dan bisa lebih satu artikel jika dibahas.
Setelah
reuni itu, Cinta pun mulai mempersiapkan segalanya. Di saat yang bersamaan, ia
kembali teringat akan kenangan masa lalu. Ia pun menuju lemari dan mengambil
sebuah kotak yang berisi kenangan masa lalunya bersama Rangga. Kemudian kotak itu
dibuka dan terlihatlah foto mereka berdua di masa lalu.
Akan
tetapi, bukan fotonya yang membuat saya semakin penasaran. Tapi apa yang ada dibalik
foto itu. Dan benar saja, rasa penasaran saya terjawab juga. Dibalik foto itu
terdapat sebuah tulisan yang bagi saya menarik untuk di ingat.
“Aku
akan selalu mencintaimu hari ini dan selamanya”
Kurang
lebih seperti itulah tulisan dibalik foto itu, kalau saya nggak salah ingat. Dan
Cinta pun jadi terbayang-bayang dengan sosok Rangga. Lalu, kenapa menarik bagi
saya? Karena di zaman seperti sekarang ini, sangat jarang menemukan orang yang
menepati janji seperti itu. Kebanyakan yang terjadi, iman langsung luntur
setelah melihat yang lebih bening lagi. Ah... kok jadi bahas yang bening-bening
sih.
Namun
ternyata, jauh di seberang sana atau tepatnya di New York, seorang lelaki yang
gagah dan rupawan merasakan hal sama seperti yang dirasakan Cinta. Ya, Rangga
juga rindu dengan sosok Cinta yang mendadak ia tinggalkan tanpa alasan yang
jelas. Bedanya, ia menggambarkan perasaannya ke dalam puisi. Tepatnya gabungan
beberapa puisi dan isinya kurang lebih seperti dibawah ini :
Tidak
ada New York hari ini.
Tidak
ada New York kemarin.
Aku
sendiri dan tidak berada di sini.
Semua
orang adalah orang lain.
“Lihat,
tanda tanya itu, jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi”
Dan
penonton malam itu pun histeris dengan kemunculan Rangga (Nicholas Saputra). Sedangkan
saya malah tetap fokus ke layar bioskop, karena tidak ingin melewatkan
sedikitpun cerita yang tersaji malam itu.
* * *
Rupanya,
perasaan bete galau (begal) yang dialami oleh Rangga masih berlanjut hingga
esoknya hari. Dan hal itu diperhatikan juga oleh rekannya yang sudah mengenal
Rangga sejak bersama-sama membangun usaha kedai kopi. Bahkan rekannya tersebut
meminta Rangga agar kembali ke Indonesia dulu untuk menyelesaikan masalahnya
itu.
Awalnya
Rangga masih ragu. Namun karena kehadiran seorang gadis yang tak lain adalah
saudara tirinya di kedai kopi miliknya hari itu, akhirnya ia luluh juga dan
memutuskan untuk pulang ke Indonesia.
Sampailah
ia di Jakarta. Bukannya langsung menuju rumahnya, Rangga malah menuju ke rumah
lama Cinta. Namun sayang, ternyata Cinta tidak tinggal lagi di rumah itu. Akhirnya,
Rangga memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta, ke rumah ibunya.
Sebelum
Rangga sampai di Yogyakarta, Cinta telah sampai lebih dulu. Siapa sangka dan
diluar rencana liburan, dua sahabat Cinta tanpa sengaja melihat Rangga dari
balik sebuah toko oleh-oleh. Dengan sedikit tidak percaya, mereka pun mengikuti
Rangga untuk memastikan bahwa yang mereka lihat itu adalah benar Rangga yang
legendaris itu.
Setelah
percaya bahwa itu adalah Rangga, mereka pun kembali ke hotel. Sesampainya di
hotel, mereka tidak langsung memberitahu Cinta bahwa Rangga sedang berada di
Yogyakarta. Namun siapa sangka, tanpa diberitahu pun Cinta dan Rangga akhirnya
bertemu juga pada malam harinya. Ya, mereka bertemu di acara pameran Eko
Nugroho di Greenhost Hotel.
Pertemuan yang tidak disengaja itu membuat mereka berdua sama-sama terkejut malam itu. Akibat kejadian itu, Cinta marah pada salah satu temannya yang dulu saat SMA terkenal tomboy. Malamnya itu juga, dihotel tempat mereka menginap tentunya, kedua sahabat Cinta akhirnya jujur kalau mereka sebenarnya sudah tahu Rangga ada di Yogyakarta. Tepatnya saat sedang berada di toko oleh-oleh. Namun karena tidak ingin rencana pernikahan Cinta rusak, mereka memilih untuk tidak memberikan kabar itu kepada Cinta.
Pertemuan yang tidak disengaja itu membuat mereka berdua sama-sama terkejut malam itu. Akibat kejadian itu, Cinta marah pada salah satu temannya yang dulu saat SMA terkenal tomboy. Malamnya itu juga, dihotel tempat mereka menginap tentunya, kedua sahabat Cinta akhirnya jujur kalau mereka sebenarnya sudah tahu Rangga ada di Yogyakarta. Tepatnya saat sedang berada di toko oleh-oleh. Namun karena tidak ingin rencana pernikahan Cinta rusak, mereka memilih untuk tidak memberikan kabar itu kepada Cinta.
Saat
mendengar hal itu, Cinta mencoba untuk cuek dan beranggapan sudah terlambat. Toh,
sebentar lagi ia akan menikah. Padahal, lubuk hatinya yang paling dalam mencoba
memberontak. Secuek-cueknya Cinta, akhirnya ia luluh juga dan tidak bisa
melawan kata hatinya.
Esoknya,
ia memutuskan untuk bertemu sebentar dengan Rangga di sebuah kedai kopi bernama
Sellie Coffee. Pertemuan itu sekaligus untuk menuntaskan pertanyaan yang belum sempat
terjawab.
Ternyata,
niat untuk bertemu sebentar itu malah menghidupkan kembali kenangan masa lalu
dan perasaan yang sempat tertunda di terminal bandara dulu. Seperti halnya
wanita pada umumnya, Cinta malu-malu untuk mengakui itu semua. Begitu juga
dengan Rangga yang legendaris itu. Lelaki yang dulu terkenal pendiam dan cuek,
tapi gagah dan tampan.
Pertemuan
yang awalnya direncanakan singkat itu malah dirasa nggak cukup. Dan seperti
waktu SMA dulu, Cinta kembali dibuat lupa akan waktu bahkan sampai beberapa
kali memberikan kabar kepada ketiga sahabatnya kalau ia masih bersama Rangga.
Dibalik
kambuhnya penyakit lupa tersebut, Cinta dan Rangga telah menyempatkan untuk
mengunjungi beberapa lokasi menarik di Yogyakarta, seperti Padepokan Pak Bagong
Kussudiarja, Papermoon Puppet Theater, Sate Klathak Pak Bari, Klinik Kopi, Punthuk
Setumbu, Rumah Doa Bukit Rhema atau Gereja Ayam, dan Istana Ratu Boko.
Apa
yang dilakukan Cinta dan Rangga beberapa lokasi yang mereka kunjungi. Silahkan
nonton filmnya.
Usai
berpetualang, Rangga akhirnya membawa Cinta ke hotel dimana Cinta dan ketiga
sahabatnya menginap. Setelah itu, Cinta kembali ke Jakarta dan Rangga baru akan
kembali ke New York esok harinya.
Saat
Rangga berada di dalam taksi menuju bandara, ia sempat menuliskan sebuah puisi.
Dari puisi itu, saya hanya mengingat sedikit saja dan itu seperti kisah yang
saya alami juga. Berikut isi puisinya :
“Bandara
dan udara, tempat dimana pertama dan terakhir kali kita bertatap muka sebelum
akhirnya berpisah”
Ah...
jadi ingat masa itu.
Oh
iya, cerita masih berlanjut kok. Tapi lebih baik ditonton aja langsung
kelanjutannya. Yah... sekalian reunilah dengan masa lalunya masing-masing. Itupun
jika kamu punya kenangan di masa lalu. Kalau nggak, cukup dijadikan hiburan aja
filmnya.
Makassar,
30 Mei 2016
keren banget film AADC2 ini. :D
BalasHapusIya, filmnya lumayan menghibur dan tidak kalah dengan film hollywod.
HapusOk, deh. Makasih ya untuk referensinya.
HapusMantapp dah!
BalasHapusPake bangad malah mantapnya.
HapusTerima kasih untuk kunjungannya rotan sintetis.
BalasHapusFurniture rattan synthetic
BalasHapuslandes furniture
jual rattan synthetic
kerajinan besi
furniture besi
Wicker rattan synthetic
Fabelio rattan synthetic
Supplier rattan synthetic
Supplier rattan synthetic
Supplier rattan synthetic
Distributor rattan synthetic
terima kasih
Hapus