Duh, rasanya waktu berputar begitu
cepat. Gak terasa udah masuk akhir pekan lagi. Sedangkan diri ini masih
berjalan ditempat atau dengan kata lain tidak melakukan apa-apa. Rasanya setiap
detik, menit, hari, dan minggu terlewat begitu saja tanpa ada perubahan. Bahkan
yang aku hadapi setiap waktu selalu dengan kasus yang sama alias itu-itu saja.
Yah... mungkin itulah resiko belajar
jadi kontraktor, tepatnya kontraktor kecil-kecilan. Sebuah profesi baru yang
aku jalani di luar aktivitas sebagai mahasiswa semester akhir yang
terkatung-katung selama setahun terakhir ini. Profesi baru yang secara kebetulan
datang dari seseorang yang baik hati dan memberikan kepercayaannya kepadaku.
Jadi kontraktor itu ternyata
susah-susah gampang yah. Sebagai pemula dalam dunia kontraktor, banyak hal baru
yang aku dapatkan, dimana sebagian dari hal baru tersebut tidak aku dapatkan
dibangku kuliah. Misalnya, mulai dari menyiapkan material atau bahan bangunan,
menyesuaikan pekerjaan dengan gambar kerja yang sudah ada, sampai memimpin
banyak orang dengan latar dan kepribadian yang berbeda-beda.
Untungnya dalam memimpin banyak orang,
aku coba menerapkan cara memimpin ala leader sehingga untuk masalah ini sedikit
teratasi. Pekerja dalam hal ini tukang dan buruh pun menjadi akrab denganku. Al
hasil, aku tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga dan pikiran dalam mengatur
serta mengarahkan mereka agar bekerja sesuai gambar kerja yang sudah ada.
[Baca juga : Perbedaan Memimpin Ala Boss dan Leader]
Sedangkan mengenai gambar kerja, aku
tidak menemukan banyak kendala karena saat kuliah sudah sering berhadapan
dengan gambar. Ya, karena aku kuliah dijurusan arsitektur yang notabene lebih
banyak berhadapan dunia menggambar. Bedanya, selama kuliah prakteknya
dilapangan masih kurang dan kesempatan ini (jadi kontraktor) tidak aku
sia-siakan. Itung-itung mencoba memperbanyak praktek agar ke depannya tidak
kaku lagi saat terjun ke dunia kerja yang penuh dengan tekanan.
Lalu, bagaimana dengan urusan material
atau bahan bangunan?
Nah... urusan yang satu ini bisa
dibilang sedikit baru bagiku. Kok sedikit! Karena saat masih kecil sampai
sebelum merantau untuk kuliah, aku pernah berhadapan dengan material alias
bahan bangunan. Tepatnya saat pembangunan rumah kami di kampung. Saat itu aku
sering menemani ibu dan kadang disuruh untuk membeli bahan bangunan yang
dibutuhkan tukang, seperti cat, kawat dan besi, atap, dan masih banyak lagi.
Bahkan tak jarang mengumpulkan batu dan
juga mengangkut pasir dengan motor kesayangan dari tambang sampai rumah. Sampai
buat batako pun aku sudah mengerjakannya sendiri, lumayan satu hari bisa
habisin satu sak semen. Maklum di kampungku tidak ada tempat pembuatan batu
bata seperti yang aku temukan ditempat merantau.
Berkat sedikit ilmu tersebut, aku tidak
terlalu banyak menemukan kendala ketika menjadi kontraktor kecil-kecilan
seperti saat ini. Meski sedikit ilmu tersebut tidak aku dapatkan saat kuliah,
ternyata bisa membawa manfaat dan juga membantu ketika mencoba jadi kontraktor
kecil-kecilan.
Makassar, 22 November
2015
Semangat!!
BalasHapusInsya Allah, selalu semangat.
HapusBismillah past bisa
BalasHapusAmiin...
HapusTerima kasih untuk supportnya.
hehe....harusnya bilangnya gampang-gampang susah, nanti dapetnya gampang deh.
BalasHapus10 tahun lagi jadi bigbos deh nih kak admin....mantep bos, lanjutin ah
Amiin...
HapusSemoga saja bisa demikian pak biar bisa ikut membangun Indonesia.
dari tak bisa, lama-lama jadi terbiasa, kemudian jadi bisa. hayukk tetep semangat!
BalasHapusSiip, terima kasih untuk supportnya.
HapusInsya Allah akan selalu semangat.
ijin share
BalasHapusSilahkan, di ijinkan dengan senang hati.
Hapus