Minggu, 22 November 2015

Ternyata Jadi Kontraktor Itu Susah-Susah Gampang


Duh, rasanya waktu berputar begitu cepat. Gak terasa udah masuk akhir pekan lagi. Sedangkan diri ini masih berjalan ditempat atau dengan kata lain tidak melakukan apa-apa. Rasanya setiap detik, menit, hari, dan minggu terlewat begitu saja tanpa ada perubahan. Bahkan yang aku hadapi setiap waktu selalu dengan kasus yang sama alias itu-itu saja.

Yah... mungkin itulah resiko belajar jadi kontraktor, tepatnya kontraktor kecil-kecilan. Sebuah profesi baru yang aku jalani di luar aktivitas sebagai mahasiswa semester akhir yang terkatung-katung selama setahun terakhir ini. Profesi baru yang secara kebetulan datang dari seseorang yang baik hati dan memberikan kepercayaannya kepadaku.

Jadi kontraktor itu ternyata susah-susah gampang yah. Sebagai pemula dalam dunia kontraktor, banyak hal baru yang aku dapatkan, dimana sebagian dari hal baru tersebut tidak aku dapatkan dibangku kuliah. Misalnya, mulai dari menyiapkan material atau bahan bangunan, menyesuaikan pekerjaan dengan gambar kerja yang sudah ada, sampai memimpin banyak orang dengan latar dan kepribadian yang berbeda-beda.

Untungnya dalam memimpin banyak orang, aku coba menerapkan cara memimpin ala leader sehingga untuk masalah ini sedikit teratasi. Pekerja dalam hal ini tukang dan buruh pun menjadi akrab denganku. Al hasil, aku tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga dan pikiran dalam mengatur serta mengarahkan mereka agar bekerja sesuai gambar kerja yang sudah ada.


Sedangkan mengenai gambar kerja, aku tidak menemukan banyak kendala karena saat kuliah sudah sering berhadapan dengan gambar. Ya, karena aku kuliah dijurusan arsitektur yang notabene lebih banyak berhadapan dunia menggambar. Bedanya, selama kuliah prakteknya dilapangan masih kurang dan kesempatan ini (jadi kontraktor) tidak aku sia-siakan. Itung-itung mencoba memperbanyak praktek agar ke depannya tidak kaku lagi saat terjun ke dunia kerja yang penuh dengan tekanan.

Lalu, bagaimana dengan urusan material atau bahan bangunan?

Nah... urusan yang satu ini bisa dibilang sedikit baru bagiku. Kok sedikit! Karena saat masih kecil sampai sebelum merantau untuk kuliah, aku pernah berhadapan dengan material alias bahan bangunan. Tepatnya saat pembangunan rumah kami di kampung. Saat itu aku sering menemani ibu dan kadang disuruh untuk membeli bahan bangunan yang dibutuhkan tukang, seperti cat, kawat dan besi, atap, dan masih banyak lagi.

Bahkan tak jarang mengumpulkan batu dan juga mengangkut pasir dengan motor kesayangan dari tambang sampai rumah. Sampai buat batako pun aku sudah mengerjakannya sendiri, lumayan satu hari bisa habisin satu sak semen. Maklum di kampungku tidak ada tempat pembuatan batu bata seperti yang aku temukan ditempat merantau.

Berkat sedikit ilmu tersebut, aku tidak terlalu banyak menemukan kendala ketika menjadi kontraktor kecil-kecilan seperti saat ini. Meski sedikit ilmu tersebut tidak aku dapatkan saat kuliah, ternyata bisa membawa manfaat dan juga membantu ketika mencoba jadi kontraktor kecil-kecilan.

Makassar, 22 November 2015

10 komentar:

  1. hehe....harusnya bilangnya gampang-gampang susah, nanti dapetnya gampang deh.
    10 tahun lagi jadi bigbos deh nih kak admin....mantep bos, lanjutin ah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiin...
      Semoga saja bisa demikian pak biar bisa ikut membangun Indonesia.

      Hapus
  2. dari tak bisa, lama-lama jadi terbiasa, kemudian jadi bisa. hayukk tetep semangat!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siip, terima kasih untuk supportnya.
      Insya Allah akan selalu semangat.

      Hapus
  3. Balasan
    1. Silahkan, di ijinkan dengan senang hati.

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...