Ilustrasi, Sumber Foto :
www.makassar.tribunnews.com
|
Hari
ini, seperti kebanyakan orang-orang yang sudah memiliki pekerjaan, aku
berangkat pagi-pagi dari rumah kontrakan ke lokasi pengawasan pembangunan ruang
kelas baru di salah satu sekolah di Makassar. Saat dalam perjalanan menuju
lokasi kerja dan di tengah kemacetan, tak sengaja aku melihat sebuah pemandangan
unik.
Sebuah
pemandangan yang bakalan membuat siapa pun jadi tersenyum dan juga berpikir
kembali karena di dalamnya terselip pesan yang mendalam. Pemandangan yang aku
maksud tepat berada di bawah bak truk, yakni berbentuk sebuah kalimat. Dimana
kalimat itu kurang lebih seperti ini : “Gadis Desa Hancur di Kota”.
Ya... kurang lebih seperti itulah
kalimat yang tertulis. Ketika membaca tulisan itu, aku dibuat tersenyum. Namun
dibalik senyuman itu pula, aku sempat berpikir bahwa kalimat itu ada benarnya
juga. Sedangkan di sisi lain terdapat pesan yang patut untuk direnungkan,
khususnya untuk para bidadari atau gadis-gadis yang sedang atau akan mengadu nasib
di kota.
Meski kalimat yang tertulis seakan
mengejek atau sekadar untuk hiburan, tapi gak ada salahnya untuk direnungkan,
mengingat kerasnya kehidupan di kota. Apalagi bagi yang tidak memiliki keahlian
khusus namun memaksakan diri untuk mengadu nasib di kota. Lebih-lebih lagi yang
tidak sabar dalam menghadapi kejamnya persaingan di kota. Sayang kan, bila
ujung-ujungnya terjerumus ke kehidupan yang tidak diharapkan sebelumnya.
Mengenai gadis desa. Bukanlah hal yang
baru jika gadis desa terkenal akan kepolosan dan keluguannya. Bahkan mungkin
hanya sedikit yang paham dengan ilmu agama dan perkembangan zaman. Lalu,
bisakah membentengi diri dari gemerlapnya budaya hedonisme di perkotaan?
Mampukah menghindarkan diri dari pergaulan bebas yang sudah semrawut seperti
semrawutnya kendaraan di jalanan? Atau bisakah mereka memfilter segala
sesuatunya yang didapatkan agar nantinya tak terjerumus ke hal-hal yang tidak
di inginkan? Entahlah! Hanya mereka yang mampu menjawabnya.
Lewat tulisan dibawah bak truk tersebut,
satu hal yang perlu di ingat bahwa tidak ada jaminan yang pasti dan juga
garansi akan kelakuannya ketika berada di kota. Karena bisa saja saat mengenal
kehidupan di kota, sang gadis kaget dengan gemerlapnya budaya, pergaulan, dan
semacamnya, sehingga tanpa sadar membuatnya ikut terbuai di dalamnya. Entah
sang gadis dulunya sewaktu di desa orangnya lugu, alim, berjilbab, penurut, dan
lain sebagainya.
Maka satu hal yang perlu dilakukan
adalah dengan selalu memonitornya meskipun dari jauh atau seberang pulau. Tidak
ada alasan untuk bersantai-santai, apalagi sampai berkata “Sudahlah, ia kan
sudah dewasa, sudah besar, sudah bisa membedakan mana yang benar dan
salah”.
Mengapa aku mengatakan tidak alasan
untuk bersantai-santai? Karena syaitan saja tidak pernah berhenti untuk
menggoda manusia bahkan meski sudah berhasil menjerumuskannya ke dalam lembah
kehancuran. Untuk itu, bagi yang merasa atau baru mau menjadi orangtua gak
boleh lalai dari kewajibannya. Tidak ada salahnya untuk selalu mengontrol sang anak,
meski sedang berjauhan. Sebagai orang tua harus tegas karena biar bagaimana pun
juga, orang tua adalah pemegang kendali dalam keluarga.
Makassar, 2 November
2015
Tulisan di truk kadang suka satir dibalik kelucuannya, ya.
BalasHapusHehehe... begitulah. Dibalik kelucuan yang dibuat terselip pesan yang mendalam jika kita mau menyadarinya.
Hapuskadang tulisan di belakang truk itu, menggambarkan realita, walau kelihatan lucu mas.
BalasHapusSetuju, meski dibalut dalam kalimat lucu, terkadang lucu-lucuan yang dibuat memang sesuai kenyataan.
HapusHmm.
BalasHapusKenapa mas Firmansyah, pusing, bingung, atau bagaimana?
Hapusduhhhh nauzhubillah jangan sampailah hancur di kota beneran asal bisa membawa diri
BalasHapusNah... itu dia yang ditakutkan, bisakah menjaga diri, membentengi, dan semacamnya dari segala budaya hedonisme perkotaan yang semuanya bisa dibilang seba bebas.
HapusSuka ketawa kalau baca tulisan2 di truk gitu mas. :D
BalasHapusHehehe... pasti sering nemuin tulisan lucu nih dibelakang truk.
Hapusibu kota kejam ya hehehe, Harus dibekali macem2 deh kalau mau ke ibu kota
BalasHapusBenar bangad Mbak Lidya, perlu banyak bekal ketika memutuskan untuk mengarungi kejamnya ibu. Baik itu, bekal ilmu agama maupun bekal lainnya yang bernilai positif.
Hapussemoga kita tidak terjerumus dgn syaitan2 itu..syaitan emang banyak macemnya yg penting kita kuat iman...
BalasHapusamin ya robbal alamin
HapusSemoga saja kita semua selalu berada dijalan yang benar.
Hapushem harus hati-hati mas biar para kaum wanita ini tidak mudah terjerumus ke lembah hitam
BalasHapusItu dia yang perlu dikhawatirkan, mampukah sang bidadari melakukan hal tersebut (hati-hati) untuk waktu yang cukup lama?
HapusHmmm.. tergantung orangnya sih mas kalo menurutku.. aku juga gadis desa yang sejak remaja tinggal di kota, selama pondasi iman dan mencari pergaulan yg benar insyaallah aman.
BalasHapusIya sih tergantung masing-masing indiviud. Cuma di zaman seperti sekarang ini, apa ia semua wanita bisa seperti Mbak Ayu Citraningtias. Kalau pun ada paling hanya berapa persen saja dari total keseluruhan wanita yang ada.
Hapusistilah yang ada di truck bisa menjadi kritik saran, bahwa Tinggal dikota itu kejam ya mas, harus bisa membentengi diri dengan ilmu agama, sehingga tidak terjerumus...
BalasHapusBisa jadi begitu mas bro. Secara tidak langsung bisa dijadikan sebagai saran, sedangkan disisi lain juga merupakan kritikan akan bebasnya dan kejamnya kehidupan di kota.
HapusSetuju sekali, semua harus membentengi diri mengan ilmu agama dan harus hati-hati dalam menentukan langkah ke depannya.
penggambaran tentang kota yang terkesan agak serem yak.
BalasHapusemang enak tinggal di pedesaan sih.
masih ada gotong royong,
udara masih enak dihirup,
penduduknya sopan-sopan.
kalo ga kuat-kuat iman,
nanti kayak di sinetron-sinetron itu..
sikap dan sifatnya berubah drastis.
*terracuni sinteron*
Hehehe... Mbak bisa aja.
HapusEfek sinetron memang membuat orang yang menonton jadi mengkhayal dan berpikir bahwa kehidupan di ibukota itu serba menyenangkan. Padahal pada kenyataannya lebih banyak kebalikannya.
bener mas setan tidak pernah istrihat menggoda sampai hancur dan hancur terus.
BalasHapusada bnernya juga ya. yang polos bakal jadi menor kayanya
Entahlah, mungkin bisa jadi bakalan menor atau malah sebaliknya.
HapusHehehehe.. tulisan di truk emang suka bikin senyum ya mas timur,,, termasuk yang ini gadis desa hancur di kota, wkwkwkwkwkw :)
BalasHapusKira-kira begitulah mas. Lumayan buat hiburan ditengah kemacetan kota.
HapusTulisan yang sarat makna.. Tapi betul lhooo.. Banyak sudah korbannya di kota niih..
BalasHapusBenar, sesuai dengan kenyataan dan sudah banyak buktinya.
HapusSatir penuh makna..
BalasHapusKadang suka mikir, itu idenya kreatif-kreatif banget...
Iya, ada-ada aja ide kreatif yang muncul dari benak para sopir truk.
Hapuskalo di sini banyak juga mas
BalasHapusterutama yang lewat di jalur pantura, itu kalimatnya menggelitik semua
mereka itu kreatif sekaligus sebagai hobi :)
Hehehe... kreatifitasnya patut di tiru, tapi diubah ke arah yang positif saja.
HapusKenyataannya sih emang begitu, mereka terlena dan pengen dibilang "gaul" juga makanya sampe terjerumus.. Miris
BalasHapusBenar juga ya, hanya gara-gara pengen dibilang gaul akhirnya membuat mereka jadi terjerumus ke kehidupan yang salah.
HapusTulisan di belakang truk itu kadang lucu, aneh, sarkas, gokil, dan banyak lagi aneka kata2 dari belakang truk...
BalasHapusdan mengenai gadis desa yg ke kota lalu hancur dsb, kayaknya itu tergantung kepribadiannya bagaimana.
Lha wong sya ini wong Ndeso mampir ke Jogja buat kuliah berbekal beasiswa. masa mau idup ancur2an hehehe
kasihan ortulah...
Ya, kreatifitas yang dihasilkan para sopir truk kadang membawa pesan mendalam, kelucuan, dan lain sebagainya.
HapusEmang sih, gak semua wanita demikian. Tapi yang terjebak dalam kehidupan kota yang hedonis bisa dibilang lebih dominan.