Ilustrasi dari www.pasangmata.com |
Banjir, disebabkan oleh air yang tidak meresap ke tanah karena terlalu banyak melimpas ke selokan, sungai dan sistem drainase yang tak mampu menampung air hujan.
Mindset
kita selama ini adalah bagaimana caranya membuang air limbah dan air hujan
secepat mungkin disalurkan ke selokan, kali, sungai dan berakhir di laut. Kalau
hal itu kita lakukan terus menerus maka sumber daya air di dalam tanah cepat
terkuras habis. Akibatnya banjir di musim penghujan, kekeringan di musim kemarau
dan instrusi laut/masuknya air laut ke daratan. Pola pikir tersebut yg kita
pakai selama ini harus dirubah. Harusnya air limbah rumah tangga dan air hujan
wajib dikembalikan ke tanah.
Setidaknya
ada 14 cara penanganan air limbah dan air hujan, yang bisa kita lakukan. Dimana cara yang dimaksud saya rangkum dari beberapa tulisan para Arsitek Senior yang ditulis media sosial bernama facebook. Namun pada kesempatan kali ini tidak akan langsung saya uraikan semuanya, melainkan separuhnya dulu.
Ya, pada kesempatan kali saya hanya membahas "7 Cara Mudah Mencegah Terjadinya Banjir". Seperti apakah ketujuh cara tersebut, simak ulasannya dibawah ini.
Sumur
resapan
Jangan
dikira hanya 1 sumur resapan dapat menyelesaikan masalah. Harus diukur dulu
kapasitas air hujan yang maksimum terjadi seberapa besar? Satu kompleks
bangunan sebesar Grand Indonesia butuh lebih dari 100 sumur resapan. Sumur
resapan juga tergantung lokasi, kalau tanahnya liat (clay), berada di daerah
pantai, atau muka air tanah dangkal, solusi dengan sumur resapan tidak efektif.
Biopori
Sering
kita mendengar program “Pembuatan SEJUTA lubang Biopori”. Pertanyaanya, siapa
yang ngebor?? Kalau sudah ngebor, siapa yang ngurus? Tahukah anda kalau Biopori
itu tidak hanya sekedar mengebor saja. Membuat Biopori haruslah melihat jalur
aliran air, paling bagus ditempatkan di saluran. Trus, waktu untuk membuat 1
lubang bisa sekitar 15 sampai 30 menit, capek lho (banyangin kalau bikin sejuta akan
makan waktu berapa lama). Trus, jangan lupa lubang harus senantiasa diisi
dengan sampah organik, agar pori2 tanah bisa terbuka oleh cacing2 tanah yang
makan sampah tersebut. Kalau gali di tanah yang gak ada cacingnya atau gak
dimasukin sampah, percuma. Biopori bagus untuk skala rumahan di lingkungan
padat, borlah saluran air depan rumahnya (yang biasanya disemen semua).
Penampungan
air hujan
Kalau
tinggal di kota pulau besar seperti Jawa, Sumatra, Kalimantan, air hujan sering
dicela-cela, misalnya berkata “Yaaaaahhhh....Hujaaaannn...” atau
“Sialaann....pake hujan segala”. Kalau di pulau-pulau kecil seperti di
Wakatobi (My Village), atau di pulau Panggang, hujan adalah berkah karena sekelilingnya
laut, sumber air yang bisa diminum adalah air hujan.
Menangani air hujan sudah pasti akan mengurangi debit air yang dibuang menjadi banjir. Setelah ditampung, air hujan dapat digunakan untuk berbagai hal saat hari sedang tidak hujan, misalnya: menyiram tanaman, mengisi air kolam ikan, bersih-bersih tembok rumah, dan lain-lain. Kalau tinggal di daerah industri, atau dekat dengan lalu lintas kota, air hujan 5 menit pertama atau bisa juga 3 mm pertama, sebaiknya dibuang (bisa buang ke tanaman), karena mengandung asam dan karbon dari polusi udara. Baru setelah itu digunakan untuk berbagai manfaat.
Menangani air hujan sudah pasti akan mengurangi debit air yang dibuang menjadi banjir. Setelah ditampung, air hujan dapat digunakan untuk berbagai hal saat hari sedang tidak hujan, misalnya: menyiram tanaman, mengisi air kolam ikan, bersih-bersih tembok rumah, dan lain-lain. Kalau tinggal di daerah industri, atau dekat dengan lalu lintas kota, air hujan 5 menit pertama atau bisa juga 3 mm pertama, sebaiknya dibuang (bisa buang ke tanaman), karena mengandung asam dan karbon dari polusi udara. Baru setelah itu digunakan untuk berbagai manfaat.
Kolam
Resapan
Yang
ini lebih canggih dari sumur resapan. Syaratnya, kalau sedang tidak hujan,
kolam harus KERING!! Kalau tidak kering, namanya danau atau waduk. Pada saat
kering, lumpur bisa dibersihkan. Jangan menjadikannya sebagai kolam ikan,
karena kalau kolam kering, ikannya mati. Ibarat banjir, daerah kolam resapan
memang sengaja DIBANJIRI. Bayangkan ada celukan beralaskan tanah/rumput seluas
lapangan badminton, yang memang sengaja dibanjiri kalau sedang hujan.
Taman
Hujan
Mirip
dengan kolam resapan, namun bentuknya bukan celukan, melainkan taman yang
indah. Air hujan sengaja dialirkan melalui taman ini agar “sempat” menyerap ke
tanah, walau perlu juga overflownya. Jadi rute airnya: Air hujan - talang
- got - tanam hujan - got - sumur resapan/kolam/dll. Nama
kerennya Rain Garden atau Bio retention.
Bioswales
Pernah lihat got tetapi hanya berupa celukan, tanpa disemen, dan ditumbuhi rumput? Nah, itu namanya Bio swales. Jadi, air hujan selain mengalir di got, dia juga menyerap ke dalam tanah. Yang menyebabkan menyerap adalah akar-akar rumput yang membuat rongga tanah terbuka. Tanam saja rumput vetiver yang punya daya serap cukup kuat. Ingat, harus kering kalau sedang tidak hujan, jadi limbah cucian jangan dibuang ke got ini.
Roof
Garden
Semoga bermanfaat.
BTN Antara, 7 Juni 2017
Boleh neh diterapkan di kamoung halaman, kebetulan sekarang jadi sering banjir, duuuh
BalasHapusKebetulan tuh, harus mulai digalakkan ke warga kampung halaman. Lumayanlah buat ngurangin banjir kalau warganya nanti bisa mempraktekkannya.
HapusRoof garden yang lagi kekinian mas Timur.. kalau bio swales belum pernah liat atau ngga sadar kalau itu bioswales..biopori udah kehilangan gaungnya ...
BalasHapusDan nanti ramai dibicarakan lagi kalau sudah banjir datang.. kalau belum, sedikit yang perduli mas timur :)
Nah... itu dia yang jadi masalah saat ini. Untuk biopori yang genjar saat ini masih dari pihak pemerintah, kebetulan punya pengalaman mengawas proyek landscape dan ada bioporinya.
Hapus