Jakarta, satu-satunya kota di
Indonesia yang paling ramai, sibuk dan juga padat penduduknya. Konon, saat
malam hari, penduduknya kurang lebih 10 juta jiwa dan saat siang hari jumlah
tersebut membengkak menjadi 12 juta hingga 13 juta jiwa. Sebuah jumlah yang
terbilang fantastis untuk sebuah kota. Dan sudah bisa dibayangkan seperti apa
jadinya jika jumlah yang demikian banyak secara bersamaan berada di jalan raya.
Macet, itulah salah satu dari sekian
banyak masalah yang akan terjadi. Tak heran jika sebagian warganya sering
mengatakan “Bukan Jakarta namanya kalau tidak
macet”.
Dan itu menandakan bahwa berdomisili
di Jakarta bukanlah suatu hal yang mudah. Kota dengan banyak sekali problem dan
akselerasi teknologi ini mendorong setiap manusia yang hidup di dalamnya wajib
sibuk dan bergerak cepat. Tapi saat ada tuntutan mobilitas, di saat yang sama
keluhan tentang betapa macetnya Ibu kota negara ini, juga terdengar setiap
harinya. Di televisi, koran, berita online, jalanan, hingga lorong pasar, keluhan
akan kemacetan seakan tidak pernah hilang dari topic pembicaraan.
Mulai dari anak sekolahan, anak
kuliahan, yang muda, yang tua, pekerja kantoran hingga sekelas pejabat pun
pasti pernah merasakan yang namanya macet di jalan raya. Bahkan bisa dibilang sudah
merupakan makanan sehari-hari. Uniknya lagi, di titik-titik tertentu, macetnya
Jakarta terjadi sepanjang hari. Dimana bagi yang pertama kali menginjakkan kaki
di Jakarta, ketika menjumpai masalah yang satu ini akan menganggapnya sebagai
sebuah petaka.
Ayo Naik Bus Biar Nggak Bikin Macet (Sumber : www.reliance-life.com) |
Tapi tahukah kalian kapan sih
keluhan tentang macet paling sering kita dengar? Jawabannya adalah saat membuat
janji dengan teman di satu tempat.
Yup… Macet dan keluhan tentangnya
selalu menjadi alasan kita ssaat terlambat dari jadwal yang ditetapkan sebelumnya.
Iya kan? Macet terus-menerus menghambat produktivitas kita. Semisal kita punya
jadwal ketemu jam 5 sore, ternyata macet dan kita sampai di tujuan jam stengah
6 sore. Dengan begini secara jelas 30 menit waktu yang seharusnya dapat menjadi
output kerja akan tersita menjadi 30 menit menunggu keluar dari kemacetan yang
melanda. Masih bagus kalau 30 menit di isi dengan dzikir, tapi terkadang macet
yang berlebih malah menghasilkan 30 menit untuk mengumpat. Tugas tidak selesai,
dosa malah makin banyak.
Kemacetan Jakarta tidak jarang
membuat perasaan kita memburuk. Macet yang terlalu lama bahkan menyebabkan
seseorang lebih mudah emosi. Jelas emosi itu karena apa yang direncanakannya
jadi tertunda, tidak sesuai target sebenarnya. Emosi yang sering kali kita dapatkan
karena macet yang terlalu lama akan sangat berdampak pada kesehatan kita.
Beberapa penyakit yang berpotensi kita rasakan karena emosi saat macet adalah
sebagai berikut:
- Sakit kepala. Jangan heran jika tiba-tiba sakit kepala muncul saat emosi meluap. Otot-otot yang tegang dan juga perubahan bahan kimia di otak saat emosi meluap bisa menjadi pemicu sakit kepala.
- Rasa cemas. Rasa cemas maupun gelisah adalah efek samping yang paling umum terjadi saat emosi tidak terkontrol. Tingginya kadar kortisol dalam tubuh saat emosi seperti itu membuat kita mudah cemas.
- Masalah pencernaan. Efek dari emosi terus-menerus ternyata sampai menganggu sistem pencernaan. Mengapa? Hal ini disebabkan, karena sistem tubuh akan berhenti seketika saat sedang marah.
- Tekanan darah tinggi. Saat emosi meluap-luap, tubuh menjadi tegang, sehingga bisa memicu tekanan darah tinggi. Dampak tekanan darah tinggi bisa berujung pada penyakit stroke.
- Depresi. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa orang-orang yang sering memburuk emosinya, dalam jangka panjang akan berisiko mengalami depresi. Untuk itu, kelolalah emosi dengan baik.
- Serangan jantung. Serangan jantung kerap terjadi ketika seseorang terlalu tinggi emosinya. Berdasarkan penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam The European Heart Journal Acute Cardiovascular Care, orang yang emosian secara intens akan meningkatkan risiko sampai 8,5 kali terkena serangan jantung.
Bahaya? Tentu saja. Hal seperti
inilah yang kemudian menyebabkan pemerintah mengeluarkan sejumlah kebijakan
untuk mengurangi kemacetan. Mulai dari pembenahan transportasi umum hingga
rekayasa lalu-lintas. Pak Bambang Prihartono, Kepala BPTJ (Badan Pengelola
Transportasi Jabodetabek) Kementerian Perhubungan, pernah mengatakan bahwa jika
lalu-lintas dapat berjalan dengan lancar, maka masyarakat kita akan tumbuh
lebih baik, macet berkurang, dan lingkungan lebih sehat. Hal ini terbukti saat
rekayasa ganjil-genap seharian diberlakukan, data dari BPTJ menunjukkan bahwa
polutan berkurang, dan jalanan lebih lancar.
Tetapi jika pemerintah saja yang
berusaha, tingkat keberhasilannya masih kurang. Kita sebagai pengguna
transportasi juga perlu melakukan hal yang dapat membantu mengurangi kemacetan.
Hal termudah yang dapat kita lakukan adalah dengan beralih moda transportasi.
Dari menggunakan transportasi pribadi menjadi kendaraan umum. Tentu ini akan
terasa sulit awalnya, apalagi sudah terlanjur nyaman naik kendaraan pribadi.
Tapi bukankah perubahan untuk hal yang baik itu memang tidak pernah mudah?
Kayak anak SMA yang terpaksa putus pacaran demi mendapat hasil ujian yang bagus
menjelang Ujian Nasional.
Intinya kita perlu hal baru. Kita
perlu berubah. Kita perlu berbuat sesuatu. Kita perlu menjadikan Jakarta
sebagai Ibu Kota Negara yang memberikan cerminan bahwa Indonesia adalah Negara
yang rapi, bukan Negara yang semrawut. Kita perlu menjadikan Jakarta sebagai
tempat yang menyenangkan untuk tinggal, bukan menjadi tempat yang membuat kita
tua di jalan. Setuju kan?
Ayo
Naik Bus, Biar Nggak Bikin Macet
Ayo Naik Bus, Nggak Bikin Macet (Sumber : www.storyboardthat.com) |
Kapan ya Jakarta bisa bebas macet?
Semua penduduk yang berdomisili dan mencari
nafkah di Jakarta pasti mengharapkan hal yang sama. Tidak terkecuali saya yang
sudah 7 bulan ini beraktivitas di Jakarta. Ya, meski tinggal di daerah
penyangga yakni Depok, wilayah saya pun tetap kena imbas dari kemacetan Jakarta. Dan
itu selalu terjadi tepat di jam berangkat dan pulang kerja.
Faktor penyebabnya pun semua sudah
tahu, karena semua orang membawa kendaraan pribadi. Baik motor ataupun mobil. Sedangkan
di sisi lain karena angkutan umum belum mewadahi apa yang menjadi keinginan warga
sepenuhnya. Nyaman ataupun aman. Bahkan tak jarang para sopir suka menurunkan penumpang
seenaknya di separuh perjalanan. Ini biasanya terjadi ketika angkutan umum yang
dibawa hanya terisi 1-3 penumpang saja.
Meski kondisi Jakarta demikian,
untuk mendapatkan kenyamanan dan rasa aman butuh pengorbanan. Kita perlu
melakukan perubahan dan itu harus di mulai dari diri sendiri. Dengan memulainya
dari diri sendiri dan dilakukan bareng-bareng, bukan tidak mungkin kemacetan
akan berkurang. Dan harapan “Jakarta Bebas Macet” bukan lagi hal
yang mustahil untuk diwujudkan.
Naik Bus Aman dan Nyaman (Foto : antaranews.com) |
Lalu bagaimana cara memulainya?
Caranya simple aja, cobalah untuk
memulai naik kendaraan umum setiap hari. Misalnya menggunakan moda transportasi
“BUS”.
Dengan naik kendaraan umum, kamu nggak perlu capek-capek lagi membawa kendaraan
pribadi. Dan ketika ada kemacetan, kamu bisa melakukan hal lain sambil menunggu
macet di perjalanan. Dengan begitu, setidaknya kamu sudah berkontribusi
mengurangi kemacetan di Jakarta.
Jangan sepelekan kontribusi kecil,
karena sekecil apapun yang kamu lakukan tetap sangat berarti lho.
Gimana, sudah setuju kan untuk pindah
moda transportasi bareng-bareng. Tapi cukup moda transportasinya yang berubah,
hati kamu jangan. Saatnya kita sama-sama bangun transportasi Jakarta ke arah
yang lebih baik.
AYO
NAIK BUS!!!
Griya
Beji Depok, 15 November 2018
semoga setiap kota bisa mengadakan transportasi umum yang nyaman dan aman
BalasHapusAmiiin... semoga tercapai.
HapusHidup di Jakarta berasa menghabiskan setengah umur di jalan.
BalasHapusBenar bangad, sepertiga waktu dalam sehari habis di jalan. Perlu kesadaran dari masing-masing pribadi untuk mengubahnya. Salah satunya bisa dimulai dengan beralih naik bus.
Hapusdi kota saya bus(way) masih baru mas,unitnya masih bisa dihitung pake jari. Kayaknya karena jarang, jadi pas naik berasa istimewa banget. Pas ke jakarta pun, saya penasaran banget naik bus, hehehe...karena di kota saya ya bus antar kota yg mudah dijumpai.
BalasHapusKalau di Jakarta Busnya (Busway) udah banyak armadanya dan mudah di jumpai. Dan bus Jakarta juga terintegrasi dengan kota-kota penyangga disekitarnya.
HapusDari yang saya tonton di Tivi, di jakarta ada Bus Khusus yach..sehingga kita tdk macet dan sampai ke tujuan dengan lebih cepat.
BalasHapusYang dimaksud mungkin transjakarta. bus yang punya jalur sendiri dan nggak boleh di lewati kendaraan lain kalau bukan dalam keadaan darurat.
HapusSalah satu solusknya adalah menggunakan kendaraan umum. Dan membatasi kepemilika kendaraan bermotor baik roda maupun roda empat. Makasih Pak
BalasHapusMonggos singgah di www.abdulmajid.id
Ya benar, salah satu cara untuk menghindari kemacetan wajib naik kendaraan umum. Dan itu harus di mulai dari sekarang, dalam satu minggu bisa di terapkan 1-2 hari naik kendaraan umum.
Hapus