Jumat, 18 Agustus 2017

Sudah Berbuat Apa Untuk Indonesia?


“Sudah Berbuat Apa Untuk Indonesia?”

Ahhh… saya jadi teringat dengan pertanyaan serupa yang dilontarkan oleh seorang Ketua Pusat Kajian Pancasila UGM, Bapak DR. Heri Santoso. Waktu itu bertepatan dengan hari Jum’at, 16 Juni 2017, yang juga masih suasana bulan puasa. Lebih tepatnya hari ke-21 bulan ramadhan. Dimana pertanyaan yang diajukan kurang lebih seperti ini :
“Apa yang sudah kamu lakukan untuk negeri yang kamu cintai ini?”

Dan beberapa pertanyaan lainnya yang membuat peserta yang hadir sore itu berpikir keras dan bingung mau menjawab yang mana dulu. Tidak terkecuali saya yang kebetulan duduk dibelakang salah satu Staff Tim Komunikasi Kepresidenan. Ya, dalam pikiran dan hati kecil saya, sepertinya belum ada apa-apanya bila dibandingkan dengan yang sudah dilakukan oleh para pendahulu bangsa ini.

Namun belum sempat menjawab, Bapak DR. Heri Santoso yang sore itu merupakan pembicara pertama mengatakan bahwa sebenarnya banyak yang bisa kalian lakukan untuk negeri ini, terlebih lagi perkembangan zaman semakin modern. Nggak perlu langsung melakukan hal besar, mulailah dari hal-hal kecil terlebih dahulu. Misalnya, menanamkan sifat jujur, saling menghormati, berbagi hal positif, inspirasi dan lain sebagainya. Termasuk juga dalam hal menggunakan media social.

Ya, apalah artinya memiliki media social jika yang dilakukan setiap harinya hanyalah mengadu domba, menghasut, memprovokasi dan sebangsanya. Cobalah untuk berpikir jernih, jangan mudah di adu domba, karena domba saja tidak mau di adu. Dan ingat juga, kalau membela sesuatu jangan sampai membabi buta, karena babi saja itu sudah jelek, apalagi kalau sampai buta.

Nah, berbicara tentang media social, provokasi, adu domba, dan semacamnya, khusus di Indonesia, gemuruhnya seakan tiada henti. Setiap harinya selalu saja meriah dan ada-ada saja hal unik serta menarik untuk disimak. Sayangnya, terkadang sampai melambui batas dengan dalih setiap orang bebas berpendapat. Sampai-sampai masalah etika pun menjadi luput dan tak jarang memunculkan sisi ganda dari sang penggunanya. Padahal jika mau berpikir cerdas dan bijak, seharusnya norma-norma di dunia nyata tetap di terapkan dalam bermedia social.

Dengan menerapkan norma-norma di dunia nyata dalam bermedia social, secara tidak langsung kita sudah mencoba mengaktualisasikan nilai-nilai pancasila. Kok bisa? Karena Pancasila sebagai dasar negara mampu menyeimbangkan tiga unsur penting, yaitu : agama, budaya dan negara.

Yang dalam bahasa halusnya, Pancasila dibangun atas tiga unsur tersebut. Jadi, kalau ada yang coba membenturkan antara negarawan dan agamawan atau budayawan, termasuk di dalam media social, maka itu bisa dibilang melakukan kesalahan.

So, mari mengaktualisasikan nilai-nilai pancasila dalam bermedia social. Tak hanya itu saja, dalam berkomunitas pun tidak ada salahnya untuk coba dipraktekkan, mengingat setiap komunitas punya aturan dan pola interaksi sendiri-sendiri. Di sisi inilah yang perlu kita coba hadirkan Pancasila di dalamnya dan menjadikannya bagian penting dalam melakukan interaksi antara satu dengan yang lainnya.

Bijak Dalam Bermedia Sosial

Khusus untuk umat muslim Indonesia, MUI beberapa bulan lalu mengeluarkan fatwa No. 24 tahun 2017 tentang panduan bermuamalah di media social. Tujuannya tak lain adalah agar media social digunakan untuk hal positif, bermanfaat dan penuh tanggungjawab.

Artinya, baik buruknya akan kembali kepada kita juga sebagai penggunanya. Untuk itu, sampaikanlah sesuatu yang baik agar hasilnya baik pula. Ya, nggak?
Yah, kalau tidak mampu menggunakan dengan baik, bisa akan menjadi keburukan buat kita. Tapi kalau digunakan dengan baik, maka bisa jadi akan menjadi kendaraan menuju surga kelak. “Mengutip kata Prof. DR. Ghalib MA, sekretaris umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan.

Dengan kata lain, kita harus bijak dalam menggunakan media social, mengingat media social kadang disalahgunakan bahkan tak jarang dijadikan ajang untuk mengadu domba, provokasi, menyebar berita bohong, hoax, fitnah, dan hal-hal negative lainnya. Dan juga karena media social telah mengubah pola interaksi manusia, khususnya jaman milaneal. Dimana manusia justru lebih akrab melakukan interaksi dengan sesamanya yang berada nan jauh di seberang.

So… masih bingung dan berpikir harus berbuat apa untuk Indonesia.

BTN Antara, 17 Agustus 2017

4 komentar:

  1. Menanamkan sifat jujur, saling menghormati, berbagi hal positif, inspirasi dan lain sebagainya. Termasuk juga dalam hal menggunakan media social.

    Tidak sulit memang tapi kok banyak yang enggan untuk melakukannya ya mas... #tanyakenapa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah... itu dia yang patut ditanyakan. Kenapa bisa urusan gampang dan nggak perlu modal banyak susah dilakukan. Hal-hal seperti inilah yang perlu di revolusi mentalnya.

      Hapus
  2. Perlunya peningkatan kualitas diri juga salah satu faktor yang akan mempengaruhi seseorang dalam bermediasosial yang bertanggungjawab

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar bangad, intinya kembali lagi kepada si pengguna media sosial itu sendiri.

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...