Soekarno-Hatta Airport |
Tak
terasa, sudah 4 purnama berlalu setelah kejadian itu. Tepat di terminal bandara
yang sama, dua sejoli mau tidak mau harus terpisahkan oleh jarak dan waktu. Sebuah
perpisahan yang tidak bisa terelakkan. Namun demi masa depan dan kebaikan
bersama, harus tetap dilakukan.
* * *
Pagi
itu, dengan wajah yang ceria dan senyum sumringah, saya pun turun dari pesawat
Lion Air yang saya tumpangi. Perlahan-lahan lorong demi lorong terminal bandara
saya susuri hingga sampai di pintu keluar. Sesampainya di pintu keluar,
teriakan dari para supir taxi terdengar begitu menggema dan memekakkan telinga.
Dengan wajah penuh harap, mereka terus mencoba menawarkan jasa dengan caranya
masing-masing.
Namun
apalah daya, teriakan itu tidak menggoyahkan niatku menuju tempat pembelian
tiket bis. Dalam hitungan detik, saya pun sampai di tempat pembelian tiket. Tanpa
menunggu lama, saya lalu memesan sekaligus membayar satu tiket untuk tujuan Pasar
Minggu.
Pakai E-Toll, Antri Pun Nggak Pake Lama
Ilustrasi penggunaan E-Toll : otomotif.metrotvnews.com |
Dalam
perjalanan dari bandara menuju terminal Pasar Minggu, banyak perubahan yang
terjadi. Namun ada satu hal yang paling menarik perhatian saya pagi itu,
tepatnya ketika memasuki pintu tol. Saat supir bis akan membayar biaya masuk
tol, samar-samar terdengar sebuah pertanyaan, yang isiny kurang lebih seperti
ini : “Tidak pakai kartu E-Toll pak?”
Sang
sopir pun menjawab, tidak mbak. Bayar pakai tunai saja dan di saat yang
bersamaan, tepatnya disebelah kiri bis (kebetulan saya duduk dekat jendela),
tampak pengguna mobil pribadi menempelkan sebuah kartu pada sebuah mesin yang
tersedia di pintu tol dan tak lama kemudian struk pembayaran pun keluar.
Dari
kedua aktivitas yang saya saksikan tersebut, terdapat perbedaan yang mencolok. Dimana
dengan menggunakan pembayaran secara tunai, dibutuhkan waktu sedikit lebih lama
bila dibandingkan dengan pengguna non tunai, seperti E-Toll yang digunakan
pemilik mobil pribadi tadi. Yang artinya hal ini pun berdampak pada pelayanan
dan antrian kendaraan.
Tak
tanggung-tanggung dan masih dari yang saya saksikan pagi itu, dengan
menggunakan E-Toll atau membayar secara non tunai, perbandingannya 3 kali lebih
cepat dibandingkan dengan yang pakai tunai. Maksud saya begini, kasir di pintu
tol masih melayani satu kendaraan sedangkan di mesin E-Toll sudah melayani 3 kendaraan.
Melihat
hal tersebut, saya jadi teringat dengan seminar tentang “Smart Money Wave”
yang diadakan oleh Bank Indonesia dan Net TV di kampus UNM sebulan yang lalu. Dimana
inti dari seminar tersebut adalah hadirnya non tunai, dalam hal ini E-Money (E-Toll
dan kawan-kawan) memberikan kemudahan, kepraktisan dan juga efisiensi. Dan memang
terbukti lewat kejadian yang saya lihat pagi itu ketika berada di pintu tol. Bahwa
bertransaksi menggunakan non tunai segalanya jadi lebih mudah, cepat, praktis
dan efisien.
Bahkan
jauh sebelum kejadian pagi itu, saya sebenarnya sudah merasakan kemudahan
bertransaksi dengan menggunakan non tunai. Tepatnya setelah mengikuti seminar “Gerakan
Nasional Non Tunai (GNNT)” yang diadakan oleh Bank Indonesia juga setahun
yang lalu digedung BI Cabang Makassar.
Ketika
itu, saya sebenarnya tidak begitu percaya dengan yang namanya non tunai. Namun karena
penasaran yang tinggi dan kebetulan juga saat berbelanja di salah satu merchant
uang yang saya tidak cukup, maka saya pun mencoba menggunakan kartu ATM yang saya
bawa. Kepada kasir, saya pun memberikan kartu ATM saya. Dengan cekatan dan
lincahnya, ia menggesek kartu ATM saya kemudian mendebet belanjaan saya dan
dalam hitungan detik semuanya pun beres. Uniknya, saya tidak perlu lagi pulang
dengan membawa kembalian berupa recehan, apalagi beberapa keping gula-gula.
Memesan
Tiket Pesawat Lewat Mobile
Screen Shoot E-Tiket dari Traveloka |
Hanya
dengan duduk manis di kos dan dengan modal internet plus jari saya geser sana
geser sini, saya sudah bisa mendapatkan tiket murah. Bahkan tidak perlu
capek-capek melakukan survey ke beberapa agen travel yang tidak jauh dari kos hanya
untuk membeli selembar tiket. Untuk pembayaran pun, bisa dilakukan dengan non
tunai dan setelah itu tinggal kode booking tiket maupun e-tiket masuk ke email
maupun nomor telpon.
Semakin
mudah saja bukan?
Keliling
Jakarta Dengan Modal Kartu Ajaib
My E-Money : Dok. Pri |
Untungnya,
doi sudah mengantisipasi hal tersebut dan mengatakan bahwa kartu E-Moneynya
sudah dibelikan. Ke esokan harinya, saya pun langsung mencoba menggunakan kartu
tersebut. Saya pun langsung menjajal Busway dengan tujuan Plaza UOB Thamrin, dimana
kebetulan ada kegiatan bolgger ditempat tersebut. Untuk mencapai tempat
tersebut, saya naik dari Halte Deprtemen Pertanian menuju Halte Tosari kalau
saya nggak salah. Lagi-lagi, segalanya jadi lebih mudah, cepat dan efisien bila
dibandingkan 4 tahun lalu saat saya naik Busway untuk pertama kalinya.
Dulu,
untuk naik Busway saya harus membeli karcis terlebih dahulu dan pernah dapat
antrian yang lumayan panjang saat menuju tempat wisuda doi di kawasan JCC. Begitu
pula dengan pulang dari tempat wisuda, saya masih harus antri dulu jika ingin
membeli karcis.
Kini
setelah 4 tahun berlalu, hanya dengan modal kartu ajaib, saya sudah bisa naik
Busway tanpa perlu lama-lama mengantri untuk mendapatkan secarik kertas bernama
KARCIS. Cukup dengan menempelkan kartu yang saya punya di mesin pintu masuk
yang tersedia, saya sudah bisa naik Busway tanpa harus antri terlebih dahulu. Sungguh
canggih kan?
Terakhir
sekaligus penutup, tepatnya tanggal 13 Desember 2016, saya mencoba untuk naik
kereta api dari Pasar Minggu menuju ke Depok. Dengan modal kartu yang sama, saya sudah bisa naik kereta api dengan
mudah alias tanpa harus antri lagi untuk membeli karcis. Yang bagi orang
Jakarta pasti sudah tahu, bagaimana dulu panjangnya antrian di stasiun kereta
api saat membeli akan karcis sebelum adanya E-Money?
So,
itulah pengalamanku menjajal E-Money. Ada banyak manfaat yang bisa dapatkan
sekaligus. Dimana berkat E-Money (Non Tunai) segalanya jadi lebih mudah.
Brigif
Jaksel, 15 Desember 2016
pagi mas, masih dijakarta ya :). perkembangan teknologi membuat kegiatan apapun kita lancar dan aman, tapi tidak harus melupakan cara manual loh mas :)
BalasHapusPagi juga. Ya, masih berjuang di Jakarta. Manual tetap tidak bisa ditinggalkan, tapi untuk sektor yang membutuhkan kecepatan dan semacamnya harus mulai memanfaatkan hadirnya teknologi. Apalagi bagi mereka yang aktivitasnya sangat padat.
Hapussampai bulan berapa mas di jakartanya,
Hapusya mas ada sektor yang harus membutuhkan kecepatan, tapi jangan membuat kita lalai sektor lain yang masih butuh manual. :)
Sebulan di Jakarta, kalau dapat kerja bakalan tambah lama.
Hapusaamiin aamiin yaa robbalallamin
HapusTerima kasih untuk doanya bro.
Hapusdengan kemajuan teknologi seperti zaman sekarang membuat kita semakin mudah melakukan sesuatu
BalasHapusYa, semuanya jadi semakin mudah.
HapusAda banyak mannfaat dari sistem auto dan kemajuan teknologi.. Salam -Blog Dona salam santun...
BalasHapusBenar, banyak sekali manfaat yang bisa kita rasakan dengan hadirnya kemajuan teknologi dan inovasi yang tiada henti.
HapusAda banyak mannfaat dari sistem auto dan kemajuan teknologi.. Salam -Blog Dona salam santun...
BalasHapusSetuju, tinggal bagaimana menjadikan kemajuan teknologi itu membawa dampak positif untuk kemajuan individu bahkan bangsan dan negara. Salah satu contohnya seperti yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam mempermudah dan memperlancar proses transaksi lewat Gerakan Nasional Non Tunai.
Hapus