Jumat, 02 Oktober 2015

Kala Anak Desa Memimpikan Hadirnya Ruang Publik

Bangunan Pencakar Langit Makassar
"Andai Makassar Memiliki Banyak Ruang Terbuka Hijau Sekaligus Ruang Publik".

Begitulah aku sering beranda-andai setiap kali memulai dan sehabis olahraga hampir setiap harinya. Bagaimana aku tidak berandai-andai seperti demikian? Lokasi biasa aku berolahraga (kampus Unhas) begitu hijau, banyak tersedia fasilitaas untuk berolahrga baik jogging, sepakbola, basket, voli, dan masih banyak lagi. Dari situlah aku selalu memimpikan kota Daeng ini memiliki banyak ruang terbuka hijau sekaligus menjadi area ruang publik yang mampu mewadahi aktivitas warganya di kala sedang membutuhkan tempat refreshing dan semacamnya.

Seperti yang sudah aku katakan sebelumnya bahwa aku dilahirkan disebuah desa terpencil yang berada di atas gunung. Sebagai orang desa/kampung, sewaktu kecil aku selalu bermimpi untuk menginjakkan kaki di kota dan dalam bayanganku kota merupakan tempat yang asyik untuk ditempati, dipenuhi pepohonan alias mengijau seperti di desa yang notabene masih menjaga kearifan lokalnya, dan masih banyak lagi yang aku bayangkan.


Impian itu pun kini terwujud, tepatnya di mulai 8 tahun lalu saat menginjakkan kaki di kota Daeng atau Makassar. Sayangnya, apa yang dulu aku impikan sewaktu kecil hanya sebagian saja yang menjadi kenyataan dan sebagiannya lagi tetap menjadi mimpi yang entah kapan bisa terwujud.

Ya... kota yang ada dalam impian masa kecilku masih jauh dari harapan, ternyata gak begitu hijau dan gak seperti yang sering aku lihat di televisi. Kondisi ini terjadi karena padatnya pemukiman warga, khususnya di dekat pusat kota sehingga menyebabkna area ruang terbuka hijau dan ruang publik sedikit berkurang. Masalah ini pun seringkali menjadi tantangan pemerintah kota dari tahun ke tahun.

Selain itu, fasilitas untuk pejalan kaki pun masih ada yang belum tersedia. Begitu pula dengan fasilitas yang di khususkan untuk mereka yang terlahir dalam keadaan tidak sempurna. Belum lagi ditambah dengan kebiasaan sopir angkutan kota (orang Makassar menyebutnya pete-pete) yang mangkal sembarangan dan kadang menyerobot area ruang publik seperti pinggir jalan yang seharusnya untuk para pejalan kaki.

Di tulis tanggal 30 September 2015

2 komentar:

  1. Hidup itu berawal dari mimpi mas..
    mudah-mudahan mimpi mas untuk menjadikan kota makassar menjadi kota yang hijau bisa terwujud :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiiin....
      Semoga saja segera terwujud biar penduduk kota khususnya memiliki banyak tempart untuk refreshing.

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...