Selasa, 10 Mei 2016

Jakarta, Akhirnya

Jakarta, Akhirnya

Jakarta, akhirnya.

Hanya itulah kalimat yang terucap dalam hati ketika pesawat sudah berada diudara dan tidak terlihat lagi pemandangan kota Makassar. Waktu itu, saya sungguh senang luar biasa. Kesempatan itu akhirnya datang juga. Apa yang saya impikan sejak kecil setiap kali melihat kota Jakarta dilayar TV hitam putih akhirnya bisa terwujud.

Saking senangnya, ingin sekali saya lompat-lompat di dalam pesawat. Namun karena gengsi dan urat malu dalam diri saya masih dominan, maka niat itu tidak jadi saya lakukan. Apa kata orang jika saya benar-benar melakukan hal itu. Dan mau ditaruh dimana muka saya akibat menanggung malu. Kan nggak asyik kalau dikatain kampungan, meski saya memang orang kampung. Lucu kan kalau predikat kampungannya jadi double.

Daripada saya melakukan hal konyol dan bikin malu, akhirnya saya memutuskan untuk istrahat saja. Apalagi perjalanan dari Makassar ke Jakarta lumayan lama, kalau nggak salah ingat sekitar 2 jam lebih 15 menit. Cukuplah buat ganti jam tidur saya yang sebelumnya sempat tertunda. Kapan lagi coba bisa tidur pesawat, kan jarang seperti ini. Apalagi hawa lumayan dingin dan membuat rasa ngantuk saya semakin bertambah.

Dan benar saja, tak lama kemudian saya pun tertidur dengan pulas. Namun di saat enak-enaknya tidur, tiba-tiba saya dibangunkan oleh seorang pramugari yang sedang membagikan makanan ringan. Saya pun segera mengambil makanan yang dibagikan dan tak lama kemudian kembali melanjutkan tidur yang sempat terganggu.

Singkat cerita, satu jam kemudian saya bangun kembali karena lapar. Untungnya, makanan yang dibagikan sebelumnya masih ada alias belum saya makan. Saya pun segera membuka kotak makanan tersebut dan isinya lumayan untuk mengganjal perut sampai satu jam ke depan.

Usai makan dan untuk menghilangkan rasa bosan karena pesawat baru akan tiba di Jakarta 45 menit kemudian, saya lalu meraih beberapa buku yang ada di dalam kantong kursi depan saya. Satu persatu halaman buku tersebut saya baca isinya, itupun yang menarik saja. Namun kadang juga hanya melihat-lihat gambarnya saja. Yah, lumayanlah buat hilangin rasa bosan, apalagi gambar maupun foto dalam buku tersebut kebanyakan tentang daerah wisata dan juga tentang hotel. Yang mana bagi saya semua itu lumayan menarik perhatian.

Ditengah-tengah keasyikan membaca dan melihat-lihat isi buku tersebut, tiba-tiba terdengar pengumuman bahwa 15 menit lagi pesawat akan mendarat di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. Usai mendengar pengumuman tersebut, saya langsung mengalihkan perhatian keluar dari balik jendela pesawat.

Akhirnya... tinggal beberapa menit lagi. Oh Jakarta, kota khayalan masa kecil yang sebentar lagi menjadi kenyataan.

Detik demi detik pun berlalu. Pagi itu, tepat jam 7, dari udara secara perlahan-lahan pemandangan sebagian pulau Jawa mulai terlihat dan menurut saya indah sekali. Nggak salah jika orang luar negeri mengatakan “Indonesia adalah potongan surga yang ada di dunia”.

Dan pelan tapi pasti, perlahan-lahan Jakarta mulai terlihat. Beberapa gedung bertingkat yang tak jauh dari Pantai Utara Jakarta berdiri kokoh. Tak ketinggalan juga beberapa perumahan mewah berjejer dengan rapi, yang mana daerah itu kemungkinan adalah wilayah Pantai Indah Kapuk (hanya menebak saja).

Namun jauh dibalik keindahan yang saya saksikan pagi itu, satu hal yang pasti. Terus terang, saya sungguh senang luar biasa. Ya, itulah yang saya rasakan saat itu sekaligus mewakili semua rasa takjub dan terharu. Sebagai anak kampung, tidak ada kata-kata lain untuk menggambarkan semuanya selain perasaan senang yang begitu luar biasa. Semakin senang lagi karena dibawah sana, tepatnya di terminal bandara seorang gadis sedang menunggu.

Ya, dialah gadis yang saya kenal lewat facebook. Gadis yang selama ini menjalin hubungan jarak jauh dengan saya. Akhirnya, untuk pertama kalinya kami akan bertatap muka. Seperti Rangga dan Cinta yang akhirnya bertemu kembali setelah 9 purnama berlalu.

Bedanya, waktu itu (2011) hubungan kami baru berjalan 2 purnama. Meski demikian, rasa penasaran dan rindu ingin bertemu tidak kalah dengan apa yang dirasakan oleh Rangga dan Cinta.

Saking begitu senangnya saya, sampai-sampai tidak sadar kalau pesawat baru saja mendarat dengan mulus landasan Bandara International Soekarno-Hatta. Bahkan sampai moncong pesawat sukses merapat diterminal pun, saya masih terbuai oleh rasa senang.

Samar-samar, saya mendengar sebuah panggilan “Mas... mas... mas... penumpang lain sudah pada turun”. Setengah sadar, saya lalu menjawab “Apa mbak?”. Suara panggilan itu kemudian menjawab “Penumpang lain sudah turun”.

Dalam hati, saya berkata : “Sepertinya ini orang tidak asing bagi saya, tapi kenalnya dimana ya”. Belum sempat orang tersebut ngomong kembali, saya akhirnya sadar 100% dari lamunan.

Duh... pantas saja seperti saya kenal, dia kan pramugari pesawat yang saya tumpangi. Dengan perasaan malu setengah abadi, saya segera mengambil barang bawaan saya dan tak lupa mengucapkan terima kasih kepada pramugari tersebut.

Saya lalu melangkah dengan sedikit cepat agar bisa menyusul penumpang lain yang lebih duluan turun. Di sisi lain, tujun saya agar tidak kesasar menyusuri lorong menuju jalan keluar terminal bandara. Selain itu, saya nggak mau malu-maluin untuk kedua kalinya. Sambil mengekor dibelakang penumpang lainnya, saya sempat mengkhayal : “Akankah seperti adegan di film-film ketika saya bertemu dengan si doi nanti untuk pertama kalinya?”

Entahlah! Kita lihat saja nanti.

Semakin mendekati pintu keluar, jantung saya semakin berdetak dengan kencang. Rasanya seperti habis lari keliling Stadion Gelora Bung Karno. Sampai keringat pun perlahan-lahan ikut bercucuran. Dinginnya ruang terminal bandara yang ber-AC seperti tidak terasa. Begitu pula ketika sampai di pintu bandara keluar, sampai nggak terasa juga.

Seperti layaknya penumpang lain, saya pun mengubah jarak pandang menjadi auto-focus. Tujuan saya tak lain adalah mencari si doi yang sudah menunggu sejak setengah jam yang lalu. Untung saja, saya orangnya lumayan tinggi sehingga nggak perlu menunggu waktu lama untuk menemukan si doi dengan pandangan auto-focus.

Dengan sedikit malu-malu, kami berdua mendekat satu sama lain. Yah, mirip-mirip adegan Rangga dan Cinta gitu, yang juga malu-malu dan sedikit kaku. Namun ketika jarak kami tinggal beberapa mili lagi, si doi malah bertanya : “Kok kamu cepat amat nemuin aku, kita kan baru pertama kali bertemu?”

Saya pun menjawab : “Nggak tahu, cuma ikuti insting saja”. Setelah itu, kami pun berlalu meninggalkan terminal bandara dan berhenti sejenak diloket pembelian tiket BUS. Lalu, saya segera memesan 2 tiket dengan tujuan Terminal Pasar Minggu.
Bersambung...

Makassar, 10 Mei 2016

34 komentar:

  1. hmmmm ada yang kopdaran ya :) jadi ingat masa lalu nih aku

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kopdaran dua insan yang menjalin hubungan jarak jauh. Akhirnya dikasih julukan deh, "Asmara Nusantara".

      Hapus
  2. "Rasanya seperti habis lari keliling Stadion Gelora Bung Karno"

    lha, itu kantor saya, kalo lari (beneran) mampir ajaaaaa he he he

    berapa lama di jakarta mas?
    bisa kontek2an nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe... wah, bisa nih kapan-kapan lari di sekitar Stadion Gelora Bung Karno. Nanti kalau sudah haus, tinggal mampir deh dikantornya.

      Hapus
  3. Wah harus ada lanjutannya niih, gimana kesan pertama bertemu...gak nyangka ternyata bisa jg menjalin kasih tanpa pernah bertemu hahaha...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insya Allah, ceritanya bakalan berlanjut.

      Hapus
  4. dia senang ke Jakarta, aku malah norak banget ketika melangkah ke daratan Makassar hehe

    BalasHapus
  5. Witwiw... Hahaha... Iya kayak Rangga ama Cinta nih mas Timur... Hubungan jarak jauh terus ketemuan deh... :D

    Suit suit... :D

    Eh iya, saya juga kalo lapar suka terbangun dari tidur lo ya.... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe... Rangga dan Cinta versi anak kuliahan.

      Hapus
  6. Cie cieee cieee.. pake adegan Mamet yang ketinggalan di bandara gak? :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hhhmmm... Ntar ya, saya ingat-ingat kembali.

      Hapus
  7. Aiiihh semoga berjodoh yaaa.. sampe dibela-belain dateng ke jakarta :)

    BalasHapus
  8. bila sebagian orang menghayalkan jakarta, saya juga sih, tapi sekarang saya membayangkan suatu kali menginjakkan kaki di makassar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga bisa berkunjung ke Makassar biar kita kopdaran juga.

      Hapus
  9. ciyee ciyeeee hehehe ikut senang mas. sekarang masih di jakarta apa udah pulang makassar nih?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah di Makassar, sedang ikut pelatihan bersama BNPT dan juga Kodam VII Wirabuana.

      Hapus
  10. Cuma mau bilang

    ,.
    .
    .
    .
    .
    .
    .

    UHuuuuuuuuy
    :D

    BalasHapus
  11. Mas kok ceritanya bikin penasaran aaaaaak

    BalasHapus
  12. Yaaa, udahan. Jadi selanjutnya gimana? Ditunggu lho :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tenang, ada kelanjutannya kok. Sengaja saya tulis bersambung, siapa tahu saja nanti bisa dijadiin buku.

      Hapus
  13. Ini kisah nyata rasa drama nih ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa aja nih nyanjungnya. Eh... tapi kisahnya menarik kan.
      Hehehe... ge-er dikit nggak apa-apakan.

      Hapus
  14. Cieeee... hahaha aku bacanya senyum-senyum sendiri... moga jodoh deh asmara nusantara nya ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha... Hati-hati nanti orang yang lihat jadi bingung gara-gara dirimu senyam-senyum sendiri.

      Amiiin...
      Makasih untuk doanya.

      Hapus
  15. Kita tunggu kisah bahagia selanjutnya... harapan kami jadi sam ito tooh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Doakan saja biar ambisi selanjutnya, yakni meluluhkan calon mertua lancar dan endingnya berakhir dengan senyum sumringah.

      Hapus
  16. agak ngegantung sih, tapi karena gantung itulah kisahnya jadi menarik, kita tunggu kabar gembiranya yak.. jadi nggak sabar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe... Ceritanya memang sengaja di buat berseri, karena rencana kisah ini ingin saya kumpulkan sampai menjadi satu buku.

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...