Senin, 11 Januari 2016

Salahkah Aku Meminta Hakku?


Dari Facebook Teman-Teman Arsitek


Saat pertama kali melihat gambar di atas ramai diperbincangkan dan dibagikan di media sosial yang bernama Facebook, aku jadi sedih dan sedikit trauma. Tapi bukan karena dikebukin, ditonjok, dan semacamnya ya. Aku sedih dan trauma karena di akhir tahun 2015 kemarin berakhir dengan sebuah kekecawaan.
 
Ya... aku kecewa! Karena apa yang aku kerjakan selama lebih 4 bulan belakangan ini ternyata sia-sia saja. Waktu yang aku luangkan serta ide yang aku wujudkan untuk menghasilkan beberapa desain tidak dihargai oleh seorang owner yang mengakunya orang baik dan taat beribadah. Sekali lagi, orang tersebut mengaku dirinya orang baik dan taat beribadah.

Namun sayangnya, saat dihadapkan dengan yang namanya “DUIT”, sisi baik yang selama ini sering ia umbar dan ibadah yang dilakukan sepertinya sia-sia saja. Berbagai alasan ia utarakan setiap kali aku menanyakan apa yang seharusnya menjadi hakku. Bahkan tak jarang nomornya tidak bisa dihubungi (Handphone-nya dimatikan) dan sms tidak dibalas setiap kali ditelpon atau di sms. Malah belakangan ini komunikasi benar-benar terputus total.

Entah apa yang ada dalam benaknya. Bahkan aku sampai berpikir seperti ini : “Mungkinkah ia beranggapan bahwa aku ini hanyalah seorang mahasiswa yang bisa dipermainkan seperti seorang anak kecil yang tidak tau apa-apa”. Entahlah!

Aku masih ingat sekali, waktu minggu terakhir bulan Juli 2015. ia memohon bahkan merengek seperti anak kecil kepadaku, baik lewat sms, telpon, dan bertemu meminta langsung agar didesainkan sekolah (proyek) yang tinggal seminggu lagi deadline. Ia pun menjanjikan bayaran sesuai dengan harga desain di Makassar. Karena aku juga lagi butuh dana untuk skripsi dan studio akhir, maka aku pun menyetujuinya. Di sisi lain, aku juga jadi kasihan sebenarnya karena ia adalah teman dari temanku sendiri.

Apesnya lagi, sebelum mendesain, ternyata aku harus turun lapangan dulu untuk melakukan survey ke empat sekolah yang lokasinya antara satu dengan yang lainnya berjauhan. Belum lagi ditambah bertepatan dengan hari libur, yang mana dalam melakukan survey harus bertemu dengan tiap-tiap kepala sekolah untuk memastikan kondisi lahan yang akan di desain. Al hasil, kurang lebih 3 hari baru selesai survey yang aku lakukan.

Setelah survey berakhir, mulailah aku mendesain ruang kelas baru (RKB) sesuai kondisi tiap-tiap sekolah. Kurang lebih dua hari desain 4 sekolah tersebut kelar semuanya. Karena sudah kelar, maka aku langsung memberikan kepadanya agar di asistensi di dinas pendidikan. Anehnya, waktu itu ia protes karena setiap sekolah yang aku desain menghabiskan kertas kurang lebih 25 lembar. Begini bunyi protesnya : “Kenapa banyak sekali? Harusnya Cuma 5 sampai 6 lembar”.

Mendengar kalimat tersebut, aku berkata dalam hati : “Nih orang tidak bisa membedakan perencaan/desain dan menggambar”. Tak lupa juga menjelaskan sesuai dengan ilmu yang aku dapatkan dijurusan Arsitektur. Kurang lebih seperti ini : “Kalau untuk perencanaan, sebenarnya desain yang sudah jadi sekarang masih kurang dan setahu saya tidak ada perencanaan yang seperti itu (hanya 5-6 lembar). Tapi kalau menggambar, yang anda katakan sudah benar. Kalau tidak percaya, silahkan asistensi dulu dan buktikan apa yang saya katakan”.

Usai penjelasan tersebut, ia berlalu begitu saja. Aku sendiri tidak tau kemana ia memacu kendaraannya. Namun saat menjelang malam hari, ia mengirim sms kepadaku dan berkata “Apa kubilang, gambarnya masih kurang dan masih banyak lagi yang harus di tambah.
 
Dalam hati aku berkata “Gila nih orang, perasaan tadi siang aku yang bilang itu gambar sebenarnya sebenarnya masih kurang. Kok sekarang malah ia yang mengklaim penjelasan saya”.

Meski demikian, aku tetap membalas smsnya dan berkata “Oh iya, nanti saya kerjakan kekurangannya, sms saja apa yang harus ditambah biar segera saya selesaikan”. Lalu dikirimlah apa yang aku minta dan mulailah aku begadang kembali mengerjakan apa yang telah aku sepakati. Esoknya, semua kekurangan dalam desain selesai aku kerjakan dan tak menunggu lama segera aku berikan kepadanya.

Setelah serah terima saat itu, aku mengira tidak ada lagi perbaikan karena yang bersangkutan tidak memberikan kabar. Eh... hampir seminggu kemudian ada sms masuk ke smartphone saya, yang isinya “Maaf lupa ngabarin kalau gambar harus direvisi kembali dan waktu yang dikasih cuma satu hari”.

Dalam hati aku berkata : “Gila! Harus diperbaiki dalam sehari, sedangkan aku masih kuliah (perbaikan IPK), mana ngasih kabarnya deadline lagi. Kemana saja nih orang, kenapa gak kasih kabar pas masa deadline-nya habis aja? Udah gitu sms berulang-ulang dan maksa lagi harus segera dituruti meski udah dijelasin lagi kuliah. Ya tuhan... mimpi apa aku semalam!”.

Dengan berat hati dan terpaksa, aku meninggalkan ruang kuliah karena sms dan telpon yang masuk dari nomor yang sama banyak sekali. Untungnya, dosen yang ngajar saat itu adalah ketua jurusan yang sudah akrab denganku sehingga aku bisa meminta ijin dengan tenang. Oh iya, aku akrab dengan ketua jurusan gara-gara ikut mendesain proyeknya, yakni mendesain Rumah Sakit (RS) Pendidikan UMI.

Setelah mendapat ijin, segeralah saya menuju warkop yang ia pilih sendiri yang jaraknya lumayan jauh dari tempat saya kuliah dan biasa kena macet. Eh.. sampai di warkop (setelah mutar-mutar nyari tentunya) malah aku yang duluan sampai dan jadilah aku bengong-bengong sendiri di warkop tersebut. Padahal yang butuh saya adalah dia, tapi malah saya yang harus ikuti maunya. Ya ampun... gak lagi deh!

Kalau gak ingat tanggungjawab dan butuh dana serta sudah sepakat sebelumnya, aku pengen mundur diri aja. Hari itu, saking serius dan mengingat deadline tinggal hari itu juga, aku sampai gak sadar merevisi gambar (4 sekolah) lebih 12 jam lamanya, yakni dari jam 10 pagi hingga 12 malam.

Kini, setelah lebih 4 bulan berlalu, aku belum menikmati hasil keringatku tersebut. Bahkan yang bersangkutan mulai banyak beralasan dan menyalahkan serta mengatakan aku orangnya “MALAS”. Itu pun gara-gara salah satu sekolah yang kami kerjakan (yang aku desain juga) gak kunjung selesai karena ulahnya sendiri, kalau ia sadar dan mau intropeksi diri. Dimana ia selalu telat membayar gaji tukang dan selalu dikurangi.

Bahkan aku sendiri selama 2,5 bulan hanya dikasih uang transport 1 juta, itupun harus dikurangi lagi 350 ribu karena sering dipakai buat beli bahan. Yang jika dikalkulasi, berarti selama 2,5 bulan ini aku hanya mendapatkan uang transport sebesar 650 ribu doank. Malah uang pribadi sendiri (kiriman orangtua) ikut ke pake juga jadinya.

Ah... pengalaman ini rasanya udah kaya film “NGENEST” yang di sutradarai oleh Ernes Prakasa. Lalu, Salahkah Aku Meminta Apa Yang Seharusnya Menjadi Hakku?
 
Curhat di malam minggu
Makassar, 9 Januari 2016

43 komentar:

  1. Hidup di dunia desainemang gitu bro, udah capek-capek direlain begadang dan ninggalin kewajiban kampus, ujung-ujungnya bikin sakit hati.

    Saya juga punya pengalaman kayak gini, dijahilin dan dibohongin temen sendiri katanya ngajak ngambar pemetaan di daerah, ehh taunya dia sendiri yang nikmati hasilnya padahal survey aja enggak apalagi ngegambar. Modal omong doang tanpa peduliin temannya sendiri itu kampret

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cocoknya orang-orang seperti namanya di ganti aja kali ya, jadinya "KAMPRETO" gitu bro.

      Hapus
  2. mas, aku bantuin ya nonjok tu teman mas nggak tahu diri, buat pelampiasan skripsiku yang tidak kunjung selesai mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aduh mas, ntar jadi tambah ribet urusannya kalau main tonjok. Hehehe...

      Hapus
    2. habiis, tu orang nggak menghargai hasil keringat mas, malah diakuin milik sendiri, Kena UU HAKI itu

      Hapus
    3. Hanya bisa bersabar dan menyerahkan semuanya kepada Sang Pencipta saja. Biarkan waktu yang mengungkap semuanya.

      Hapus
  3. kadang beberapa orang memang gak mengerti kalau hasil karya orang lain itu harus dihargai juga

    BalasHapus
  4. ga da surat perjanjian gitu ya mas? susah sih ya kalo sama temen, kadang kita merasa ga enak tapi dianya jg gak ngerti...smoga ada jalan keluar terbaik dan rejekinya lancar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak pake surat perjanjian, cuma sepakat mengenai harga bayaran aja. Itu dia Mbak Kania, saya merasa tidak enak untuk menagih dan gak terbiasa nagih orang.

      Hapus
  5. Balasan
    1. Hehehe... ikutan ketawa aja kali yah enaknya.

      Hapus
  6. Duh miris banget ya, semoga bisa diambil hikmahnya ya mas, siapa tau nanti rejekinya diganti yang lebih besar daripada itu.
    Pengalaman yang berharga banget ya pasti. Tetep semangat mas :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insya Allah Mbak Mita, hikmahnya saja yang akan saya ambil dan akan melupakan apa yang telah terjadi.

      Hapus
  7. Duh, ada-ada aja, ya. Semoga segera dapat gantinya, ya. Pelajaran buat kita, jangan mudah terkecoh kesan pertama.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya nih, perlu dijadikan sebagai pelajaran agar ke depannya tidak terulang lagi pengalaman kaya gini.

      Hapus
  8. Semoga cepat terganti, aamiin :).

    BalasHapus
  9. Waaaah, kok bisa gitu ya mas. Semoga diganti dengan yang lebih baik dan lebih berkah ya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Entahlah Mbak Anggi. Hanya bisa pasrah saja menghadapi ini semua.

      Hapus
  10. memang ada orang yang seperti itu. Jadikan pelajaran dan tetap semangat, ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak Keke, akan saya jadikan sebagai pelajaran. Makasih untuk supportnya, Insya Allah akan selalu semangat.

      Hapus
  11. Jadi ngerasa nggak dihargain ya mas, dan tentu itu menyebalkan... Semoga ada hikmahnya mas timurrrr... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banget mas Diar dan memang menyebalkan sekali.

      Hapus
  12. Hadeh.. ikutan baper bacanya..
    Semoga hasil karyanya diganti dengan yang lebih baik..
    Jadi pelajaran juga kedepannya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau saya bukan baper lagi, tapi udah tahap gak bisa dibayangkan lagi.

      Amiiin... Semoga

      Hapus
  13. karena pada dasarnya ide dan waktu itu selalu beriringan :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju sekali. Yang permasalahan adalah seringkali kita menemukan orang yang tidak menghargai ide dan waktu yang diluangkan oleh oranglain kepadanya.

      Hapus
  14. sabar ya mas arif, sebagai arsitek muda, ini bisa dijadikan pembelajaran,..klo ada yang minta jasanya lagi kudu ditelisik apa sanggup memenuhi perjanjian awal ato ga...huhuuu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak Gustyanita, harus waspada dan hati-hati lagi nih ke depannya.

      Hapus
  15. masya Allah perjuangan mas menyelesaikan tugas sungguh menjadikan motivasi. Just do t best.

    Adapun penghargaan dari orang terkadang sgt pahit menyakitkan.
    Tetaplah bersikap dg jiwa yg luhur.
    Hikmahnya : utk k dpn perlu adanya srt perjanjian, sekalipun sahabat, bahkan saudara. Agar saling menghargai.

    Sayapun pernah mengalaminya,

    Rizki tak kan tertukar.
    Allah beri rizki dan kemudahan dari hal yg tak disangka2, bisa jadi dari klien lain :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insya Allah, aku akan sabar dan menyerahkan semuanya kepada sang pemberi rezeki. Biarlah Dia yang menjawab semuanya.

      Hapus
  16. ikhlas aja mas, menurut saya itu kabar bagus, kenapa? Mas udah niat bantu, eh malah dicurangi, bukankah itu lucu? Ini bisa jadi pelajaran mas, sebelum melakukan proyek bisa dibuat sebuah surat yang menjelaskan biaya dan tanggung jawab masing-masing :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas Aldi, Insya Allah di ikhlasin saja dan akan saya jadikan sebagai pembelajaran juga.

      Hapus
  17. Seperti layaknya ngeblog yang membutuhkan ide dan waktu juga membutukan apresiasi dari pihak manapun. Dan lebih diapresiasi lagi dengan kebutuhan mendesak yang diperlukan saat ini. Saya rasa desain adalah seni yang tak terbatas nilainya dan perlu mendapatkan apresiasi yang setimpal :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seharusnya sih begitu, di apresiasi. Sekecil apa pun itu karya yang dihasilkan.

      Hapus
  18. Terima kasih telah menyempatkan waktunya untuk berkunjung ke blog saya.

    BalasHapus
  19. Nice bro. Ujian desainer emeng gitu ... Kudu tahan banting 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bro, harus tahan banting dan dijadikan sebagai pembelajaran ke depannya.

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...