Senin, 02 November 2015

Gadis Desa Hancur di Kota


Ilustrasi, Sumber Foto : www.makassar.tribunnews.com
Hari ini, seperti kebanyakan orang-orang yang sudah memiliki pekerjaan, aku berangkat pagi-pagi dari rumah kontrakan ke lokasi pengawasan pembangunan ruang kelas baru di salah satu sekolah di Makassar. Saat dalam perjalanan menuju lokasi kerja dan di tengah kemacetan, tak sengaja aku melihat sebuah pemandangan unik.

Sebuah pemandangan yang bakalan membuat siapa pun jadi tersenyum dan juga berpikir kembali karena di dalamnya terselip pesan yang mendalam. Pemandangan yang aku maksud tepat berada di bawah bak truk, yakni berbentuk sebuah kalimat. Dimana kalimat itu kurang lebih seperti ini : “Gadis Desa Hancur di Kota”.

Ya... kurang lebih seperti itulah kalimat yang tertulis. Ketika membaca tulisan itu, aku dibuat tersenyum. Namun dibalik senyuman itu pula, aku sempat berpikir bahwa kalimat itu ada benarnya juga. Sedangkan di sisi lain terdapat pesan yang patut untuk direnungkan, khususnya untuk para bidadari atau gadis-gadis yang sedang atau akan mengadu nasib di kota.

Meski kalimat yang tertulis seakan mengejek atau sekadar untuk hiburan, tapi gak ada salahnya untuk direnungkan, mengingat kerasnya kehidupan di kota. Apalagi bagi yang tidak memiliki keahlian khusus namun memaksakan diri untuk mengadu nasib di kota. Lebih-lebih lagi yang tidak sabar dalam menghadapi kejamnya persaingan di kota. Sayang kan, bila ujung-ujungnya terjerumus ke kehidupan yang tidak diharapkan sebelumnya.

Mengenai gadis desa. Bukanlah hal yang baru jika gadis desa terkenal akan kepolosan dan keluguannya. Bahkan mungkin hanya sedikit yang paham dengan ilmu agama dan perkembangan zaman. Lalu, bisakah membentengi diri dari gemerlapnya budaya hedonisme di perkotaan? Mampukah menghindarkan diri dari pergaulan bebas yang sudah semrawut seperti semrawutnya kendaraan di jalanan? Atau bisakah mereka memfilter segala sesuatunya yang didapatkan agar nantinya tak terjerumus ke hal-hal yang tidak di inginkan? Entahlah! Hanya mereka yang mampu menjawabnya.

Lewat tulisan dibawah bak truk tersebut, satu hal yang perlu di ingat bahwa tidak ada jaminan yang pasti dan juga garansi akan kelakuannya ketika berada di kota. Karena bisa saja saat mengenal kehidupan di kota, sang gadis kaget dengan gemerlapnya budaya, pergaulan, dan semacamnya, sehingga tanpa sadar membuatnya ikut terbuai di dalamnya. Entah sang gadis dulunya sewaktu di desa orangnya lugu, alim, berjilbab, penurut, dan lain sebagainya.

Maka satu hal yang perlu dilakukan adalah dengan selalu memonitornya meskipun dari jauh atau seberang pulau. Tidak ada alasan untuk bersantai-santai, apalagi sampai berkata “Sudahlah, ia kan sudah dewasa, sudah besar, sudah bisa membedakan mana yang benar dan  salah”.

Mengapa aku mengatakan tidak alasan untuk bersantai-santai? Karena syaitan saja tidak pernah berhenti untuk menggoda manusia bahkan meski sudah berhasil menjerumuskannya ke dalam lembah kehancuran. Untuk itu, bagi yang merasa atau baru mau menjadi orangtua gak boleh lalai dari kewajibannya. Tidak ada salahnya untuk selalu mengontrol sang anak, meski sedang berjauhan. Sebagai orang tua harus tegas karena biar bagaimana pun juga, orang tua adalah pemegang kendali dalam keluarga.

Makassar, 2 November 2015

37 komentar:

  1. Tulisan di truk kadang suka satir dibalik kelucuannya, ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe... begitulah. Dibalik kelucuan yang dibuat terselip pesan yang mendalam jika kita mau menyadarinya.

      Hapus
  2. kadang tulisan di belakang truk itu, menggambarkan realita, walau kelihatan lucu mas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju, meski dibalut dalam kalimat lucu, terkadang lucu-lucuan yang dibuat memang sesuai kenyataan.

      Hapus
  3. Balasan
    1. Kenapa mas Firmansyah, pusing, bingung, atau bagaimana?

      Hapus
  4. duhhhh nauzhubillah jangan sampailah hancur di kota beneran asal bisa membawa diri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah... itu dia yang ditakutkan, bisakah menjaga diri, membentengi, dan semacamnya dari segala budaya hedonisme perkotaan yang semuanya bisa dibilang seba bebas.

      Hapus
  5. Suka ketawa kalau baca tulisan2 di truk gitu mas. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe... pasti sering nemuin tulisan lucu nih dibelakang truk.

      Hapus
  6. ibu kota kejam ya hehehe, Harus dibekali macem2 deh kalau mau ke ibu kota

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar bangad Mbak Lidya, perlu banyak bekal ketika memutuskan untuk mengarungi kejamnya ibu. Baik itu, bekal ilmu agama maupun bekal lainnya yang bernilai positif.

      Hapus
  7. semoga kita tidak terjerumus dgn syaitan2 itu..syaitan emang banyak macemnya yg penting kita kuat iman...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga saja kita semua selalu berada dijalan yang benar.

      Hapus
  8. hem harus hati-hati mas biar para kaum wanita ini tidak mudah terjerumus ke lembah hitam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu dia yang perlu dikhawatirkan, mampukah sang bidadari melakukan hal tersebut (hati-hati) untuk waktu yang cukup lama?

      Hapus
  9. Hmmm.. tergantung orangnya sih mas kalo menurutku.. aku juga gadis desa yang sejak remaja tinggal di kota, selama pondasi iman dan mencari pergaulan yg benar insyaallah aman.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya sih tergantung masing-masing indiviud. Cuma di zaman seperti sekarang ini, apa ia semua wanita bisa seperti Mbak Ayu Citraningtias. Kalau pun ada paling hanya berapa persen saja dari total keseluruhan wanita yang ada.

      Hapus
  10. istilah yang ada di truck bisa menjadi kritik saran, bahwa Tinggal dikota itu kejam ya mas, harus bisa membentengi diri dengan ilmu agama, sehingga tidak terjerumus...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa jadi begitu mas bro. Secara tidak langsung bisa dijadikan sebagai saran, sedangkan disisi lain juga merupakan kritikan akan bebasnya dan kejamnya kehidupan di kota.

      Setuju sekali, semua harus membentengi diri mengan ilmu agama dan harus hati-hati dalam menentukan langkah ke depannya.

      Hapus
  11. penggambaran tentang kota yang terkesan agak serem yak.
    emang enak tinggal di pedesaan sih.
    masih ada gotong royong,
    udara masih enak dihirup,
    penduduknya sopan-sopan.
    kalo ga kuat-kuat iman,
    nanti kayak di sinetron-sinetron itu..
    sikap dan sifatnya berubah drastis.
    *terracuni sinteron*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe... Mbak bisa aja.
      Efek sinetron memang membuat orang yang menonton jadi mengkhayal dan berpikir bahwa kehidupan di ibukota itu serba menyenangkan. Padahal pada kenyataannya lebih banyak kebalikannya.

      Hapus
  12. bener mas setan tidak pernah istrihat menggoda sampai hancur dan hancur terus.
    ada bnernya juga ya. yang polos bakal jadi menor kayanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Entahlah, mungkin bisa jadi bakalan menor atau malah sebaliknya.

      Hapus
  13. Hehehehe.. tulisan di truk emang suka bikin senyum ya mas timur,,, termasuk yang ini gadis desa hancur di kota, wkwkwkwkwkw :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kira-kira begitulah mas. Lumayan buat hiburan ditengah kemacetan kota.

      Hapus
  14. Tulisan yang sarat makna.. Tapi betul lhooo.. Banyak sudah korbannya di kota niih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar, sesuai dengan kenyataan dan sudah banyak buktinya.

      Hapus
  15. Satir penuh makna..
    Kadang suka mikir, itu idenya kreatif-kreatif banget...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, ada-ada aja ide kreatif yang muncul dari benak para sopir truk.

      Hapus
  16. kalo di sini banyak juga mas
    terutama yang lewat di jalur pantura, itu kalimatnya menggelitik semua
    mereka itu kreatif sekaligus sebagai hobi :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe... kreatifitasnya patut di tiru, tapi diubah ke arah yang positif saja.

      Hapus
  17. Kenyataannya sih emang begitu, mereka terlena dan pengen dibilang "gaul" juga makanya sampe terjerumus.. Miris

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar juga ya, hanya gara-gara pengen dibilang gaul akhirnya membuat mereka jadi terjerumus ke kehidupan yang salah.

      Hapus
  18. Tulisan di belakang truk itu kadang lucu, aneh, sarkas, gokil, dan banyak lagi aneka kata2 dari belakang truk...

    dan mengenai gadis desa yg ke kota lalu hancur dsb, kayaknya itu tergantung kepribadiannya bagaimana.
    Lha wong sya ini wong Ndeso mampir ke Jogja buat kuliah berbekal beasiswa. masa mau idup ancur2an hehehe
    kasihan ortulah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, kreatifitas yang dihasilkan para sopir truk kadang membawa pesan mendalam, kelucuan, dan lain sebagainya.

      Emang sih, gak semua wanita demikian. Tapi yang terjebak dalam kehidupan kota yang hedonis bisa dibilang lebih dominan.

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...