Rabu, 09 September 2015

Sebenarnya Siapa Yang Gila?

Tentang Orang Gila

Duh... rasanya waktu berputar begitu cepat. Gak terasa siang telah berganti menjadi gelap bahkan mendekati tengah malam. Aku baru tersadar saat melihat jam di Smartphone yang menunjukkan pukul 10 malam. Artinya, hari ini hampir 12 jam lamanya aku berada di depan laptop kesayangan mengerjakan revisi proyek yang ditawarkan seorang teman. Sungguh waktu yang cukup lama dan saya catat sebagai sebuah rekor pribadi, dalam hal ini merupakan waktu terlama berada di depan laptop.
 
Mengingat waktu udah mendekati tengah malam, aku pun segera membereskan semua barang-barang bawaan. Satu persatu aku masukkan ke dalam tas dan tak lupa pula memeriksa kembali untuk memastikan ada yang terlupakan satu pun. Usai memastikan tidak ada lagi yang tertinggal, aku langsung bergegas menuju motor kesayangan dan memacunya menuju pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, aku baru teringat akan cucian yang paginya gak sempat aku jemur. Sehabis menjemur cucian dan makan malam, aku tidak langsung tidur meskipun lelah seharian kerja gambar. Seperti biasa sebelum tidur, aku selalu menyempatkan diri untuk berkunjung dahulu ke dunia maya hanya untuk mengecek email, pesan di facebook, atau pun sekadar menengok blog yang belakangan ini telah menjadi bagian dari hidup saya.

Di tengah ke asyikan menengok salah satu media sosial, mata saya tertuju pada sebuah judul artikel yang menurut saya unik. Artikel itu di beri judul "Muadzin Gila" yang ditulis oleh blog dengan nama "7 Liputan Berita". Selain judulnya yang unik, isi dari blog itu juga sangat menyentuh dan sesuai dengan kenyataan yang terjadi pada era modern ini.

Mau tahu bagaimana cerita lengkapnya? Berikut saya lampirkan di bawah ini!

Suasana sebuah kampung tiba-tiba heboh, karena pada saat jam 22.00 terdengar adzan berkumandang dari sebuah mushalla setempat melalui pengeras suara yang memecah keheningan malam. Warga berbondong-bondong mendatangi mushalla itu meski mereka sudah tahu siapa yang melakukannya.

Mbah Sadi, suaranya sudah dikenal di kampung itu, umurnya sudah mencapai kepala tujuh.

Warga dipenuhi pertanyaan, mengapa Mbah Sadi adzan pada jam sepuluh malam..??

Ketika warga sampai di pintu mushalla, Mbah Sadi baru selesai adzan dan mematikan sound system. 

“Mbah.... tahu gak, jam berapa sekarang..??” kata Pak RT.

“Adzan apa jam segini, Mbah..??” “Jangan-jangan Mbah sudah ikut aliran sesat,” sambar Roso dengan nada prihatin.

Sekarang banyak betul aliran macam-macam. “Ah, dasar Mbah Sadi sudah gila. “Kalau nggak gila, mana mungkin adzan jam segini..??”

“Kalian ini......,” jawab Mbah Sadi tenang. “Tadi, waktu saya adzan Isya, tidak seorang pun yang datang ke musholla. 

Sekarang saya adzan jam 10 malam, kalian malah berbondong-bondong ke mushalla. Satu kampung lagi...!!!

Kalo gitu... SIAPA YANG GILA....???”

Wargapun pulang satu persatu tanpa protes lagi. Termasuk Pak RT yang kemudian menjauh perlahan-lahan, tak berani melihat wajah Mbah Sadi. Mawas diri dipanggil dan di ingatkan yg baik2 kadang2 kita tdk mau mendengarkan. Tetapi begitu ada kesempatan mem-bodoh2kan dan memarahi orang, kita menyempatkan diri..

Intinya intropeksi diri sendiri, sebelum menilai orang lain. Betul gak teman-teman!

Semoga bermanfaat dan ada hikmahnya!

Makassar, 8 Sepetember 2015

30 komentar:

  1. iya, setuju, jgn seenaknya menjudge org tnpa bercermin pd diri sendiri dulu....
    cara menegur mbah sadi benar benar unik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, begitulah kenyataan yang terjadi saat ini. Kebanyakan orang pintar menegur orang lain, tapi lupa mengintropeksi dirinya sendiri.

      Hapus
    2. Ya, begitulah kenyataan yang terjadi saat ini. Kebanyakan orang pintar menegur orang lain, tapi lupa mengintropeksi dirinya sendiri.

      Hapus
  2. sebeanrnya saya sudah baca cerita ini dari beberapa fanspage tapi kalau kita bisa ambil kesimpulan adalah kadang kita dipanggil baik-baik datang ke masjid kita malah mencampakkannya, namun ketika kita di panggil ke masjid diluar jadwal kita malah mengeluh dan aneh kemudian datang ketempatnya. Hayo yang gila udah bisa kelihatan nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yah begitulah kenyataan yang terjadi saat ini, harus dipanggil dengan cara yang tidak biasa baru mau sadar.

      Hapus
  3. hem cerita ya bagus nih mas, karena memang kadang hal sepele ini tak terduga, masak adzan di tengah malam, pada waktu sholat saja pada tidak datang, eh giliran tidak waktunya malah datang, lucu tapi punya catatan yang membangun dan logika yang keren

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih untuk apresiasinya.
      Benar bangad, zaman sekarang hal-hal sepele sering di abaikan dan memilih melakukan hal besar. Padahal hal besar akan terwujud jika di mulai dari hal sepele dulu.

      Hapus
  4. Menohok banget sampe ke jantung, kritikan pedas untuk Umat islam yang masih males-malesan berjamaah ke masjid, niceee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju Mbak Amri Evianti. Seharusnya umat muslim sadar bahwa selama ini kebanyakan hanya mementingkan urusan dunia dan melupakan urusan akhirat.

      Hapus
  5. betul banget mas, instrospeksi diri itu lebih baik dari pada menjudge orang lain tanpa mengetahui asli nya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe... zaman sekarang kebanyakan orang hanya bisa menjudge orang lain, tapi sama dirinya sendiri gak bisa.

      Hapus
  6. 10 jam di depan laptop... cidera juga tuh pikiran

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe... gak cedera kok, cuma gak sadar aja udah kelamaan duduk di depan laptop dan baru tuh ngalamin hal kaya gitu.

      Hapus
  7. berkaca dengan diri sendiri dulu sip di catat. Dari tulisan ini jadi pengingat untuk kita semua ya. Btw cucian jangan lupa di jemur :)

    BalasHapus
  8. Mbah Sadi caranya nyeleneh ya mas timur.. rada-rada nakal untuk menyadarkan umat.. hehehehehe :) adzan isya, gak ada yang datang, nah adzan jam sepuluh pada berbondong2... hehehehehehe :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe... nyeleneh, tapi langsung mengena sasaran.

      Hapus
  9. masih untung mbah sardi mengingatkan sholat isya....
    daripada malaikat mikail. sekali tiup terompet mana sempet lagi mau sholat. yang ada dunia bergoncang..
    mungkin didalam hati warga yang datang tadi mengucapkan, terimakasih mbah, uda mengingatin. waktu sholat yang sengaja atau tidak sengaja kami tinggal

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar bangad, untuk masih ada yang peduli dan mengingatkan kembali. Coba kalau gak, bisa-bisa kiamat udah dekat tuh.

      Hapus
  10. lihat diri sendiri duku sebelum menilai orang lain ya mas hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seharusnya seperti itu, menilai diri sendiri dulu baru kemudian menilai orang lain. Kan gak enak kalau seperti "tong kosong" yang nyaring bunyinya.

      Hapus
  11. ketika pertama kali baca, rasane mak jleb...

    12 jam di depan laptop? jadi inget beberapa tahun lalu pas masih belum punya laptop, pinjem punya temen dan ku pakai dari jam 7 pagi sampai 12 malem (cuma mati istirahat waktu shalat maghrib) dan mengerjakan AutoCAD. laptop yg sangat berjasa (selain laptopku sendiri tentunya) :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah... masih kalah donk saya sama mas Nugroho.

      Hapus
  12. Hihi...lucu ya...tp keren ideny, mmg klo kita nunjuk ke org 4 jari kita malah nunjuk k diri sendiri :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe... Sayangnya kebanyakan orang tidak menyadari hal itu. Bisanya hanya menunjuk orang lain, tapi tidak tahu kalau di saat bersamaan menunjuk dirinya sendiri juga.

      Hapus
  13. benar benar sindiran yang cerdas,, jika ini benar adanya orang tersebut benar benar cerdas melihat kondisi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, sindiriannya benar-benar langsung ke sasaran.

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...