Selasa, 07 Juli 2015

Gak Jadi Mudik, Berlibur Ke Tempat Wisata Aja!

Benteng Fort Rotterdam Makassar, Sumber : www.sobatpetualang.com
Bagi para perantau, termasuk saya sendiri yang sedang kuliah, momentum lebaran merupakan waktu yang tepat untuk kembali ke kampung halaman. Apalagi bagi mereka yang sudah sekian lama tinggal dan hidup terpisah dari keluarga serta sanak saudara. Maka tak heran jika setiap menjelang lebaran banyak perantau yang berbondong-bondong untuk pulang ke kampung halaman (mudik). Karena hanya itulah satu-satunya jalan yang akan membuat pemudik bisa bertemu dengan keluarga dan sanak saudara di kampung halaman.

Selain identik dengan aktivitas mudik, libur lebaran Idul Fitri juga biasanya disamakan dengan libur panjang. Untuk itulah kenapa banyak orang, khususnya para perantau memanfaatkannya untuk pulang ke kampung halaman. Selain itu, terdapat juga alasan lain yang menjadikan para perantau begitu antusias untuk pulang ke kampung halamannya masing-masing. 

Adapun beberapa alasan lain yang saya maksud antara lain, sebagai berikut :
  1. Pulang kampung merupakan salah satu jalan dalam mencari keberkahan, yakni untuk bersilaturahmi kepada kedua orangtua khususnya, sanak saudara, sahabat, dan tentu saja tak ketinggalan para tetangga.
  2. Dengan pulang ke kampung halaman menjadikan kita tidak lupa asal usul daerah di mana kita dilahirikan dan dibesarkan.
  3. Bagi sebagian perantau, mudik seringkali dijadikan sebagai ajang untuk menunjukkan bahwa mereka telah menjadi orang yang berhasil alias sukses di ibukota.
  4. Mudik di anggap sebagai bagian dari terapi psikologis, yakni memanfaatkan libur lebaran untuk berwisata setelah setahun sibuk dalam rutinitas pekerjaan yang melelahkan. Hal ini dilakukan dengan harapan untuk menghadirkan semangat baru jika nanti kembali masuk kerja.

*  *  *
Biasanya, hingar bingar suasana mudik sudah mulai terasa sejak awal ramadhan dan semakin terasa ketika lebaran tinggal dua minggu lagi. Hal ini terlihat dengan semakin ramainya tempat penjualan tiket, baik untuk tiket kapal laut, kereta api, bus dan pesawat. Bahkan tak jarang kita mendengar kabar bahwa tiket untuk berbagai moda transportasi dan berbagai tujuan telah habis.

Akibatnya, tidak sedikit dari para perantau yang sudah jauh-jauh hari sudah merencanakan untuk mudik harus gigit jari dan menutup rapat-rapat impiannya untuk berkumpul bersama keluarga di kampung halaman. Bahkan saya sendiri pernah merasakan hal yang demikian, tepatnya terjadi saat menjelang lebaran tahun 2012. Meskipun kasusnya bukan karena kehabisan tiket, melainkan jadwal kapal baru ada lagi setelah lebaran usai. Al hasil, saya pun mengurungkan niat untuk pulang kampung.

Dengan perasaan sedih bercampur kecewa dan terpaksa serta mau gak mau, saya pun perlahan-lahan merelakan semua kerinduan yang begitu dalam akan suasana kampung halaman. Segala kerinduan akan keluarga, sanak saudara, teman-teman, dan segala tradisi tentang kampung halaman sirna dalam segejap. Namun demikian, saya tidak langsung berkecil hati dan patah semangat. Segera saya memutar otak dan berpikir dengan cepat untuk menghilangkan kesedihan dan kekecawaan tersebut.

Setelah cukup lama berpikir, akhirnya saya memutuskan untuk mengganti rencana mudik yang gagal ke rencana yang baru. Di mana rencana yang baru terbilang simple, gak perlu berdesak-desakkan dengan orang lain seperti saat naik kapal laut. Selain itu, rencana tersebut juga mudah untuk dilakukan dan tidak memerlukan biaya banyak seperti biaya mudik yang lumayan menguras isi dompet. Rencana tersebut tak lain dan tak bukan adalah berkunjung ke tempat-tempat wisata yang sekaligus menjadi Icon kota tempat saya kuliah (Makassar).

Ya, itulah rencana baru saya. Karena sepengetahuan saya terdapat beberapa Icon kota yang sering di kunjungi oleh warga dan wisatawan. Beberapa di antaranya seperti Benteng Somba Opu yang ada di perbatasan Gowa dan Makassar, Benteng Rotterdam yang letaknya tidak jauh dari pelabuhan Soekarno-Hatta dan selalu ramai setiap sorenya, Museum Seni dan Budaya yang letaknya kurang lebih 200 meter dari sebelah kanan Benteng Rotterdam, Tanjung Bunga dan Pantai Losari yang mulai terkenal (500 meter dari kiri Benteng Rotterdam), dan terakhir Masjid Al Markas Al Islami yang merupakan masjid satu-satunya yang memenuhi semua syarat aturan Islam, dimana di dalamnya terdapat perpustakaan yang lumayan besar dan memiliki halaman yang begitu luas meskipun gak seluas Masjid Istiqlal Jakarta.

Kesemua tempat-tempat yang ada dalam rencana baru tersebut berhasil saya kunjungi, tepatnya di mulai setelah esok hari usai shalat Idul Fitri. Al hasil, kekecewaan akibat gagal mudik pun jadi hilang. Di sisi lain, akhirnya saya bisa berkunjung ke semua tempat tersebut karena sampai memasuki tahun ke-3 kuliah, jujur saja saya belum pernah menginjakkan kaki di tempat tersebut. Yang pernah saya lakukan sebelumnya baru sebatas lewat saja di depannya saat naik angkot. hehehe….

Ternyata, gak jadi mudik juga bisa membawa berkah. Salah satunya seperti yang saya alami. Gak perlu kecewa jika tak jadi mudik, mendingan kegagalan mudiknya di alihkan saja ke hal lain. Misalnya berkunjung ke tempat-tempat wisata yang mudah dijangkau, tentunya yang tidak memakan biaya mahal.

Makassar, 7 Juli 2015

16 komentar:

  1. semua bisa dinikmati dan disyukuri ya pak baik yang mudik atau tidak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, tetap harus di syukuri apapun keadaan yang di hadapi.

      Hapus
  2. Sip sippp..aku dlu jg pernah gagal mudik, jd pas lebaran maen ke tmpat wisata or ngkut lebaran di rmh temen..hehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ternyata Mbak Inda Chakim pernah ngalamin hal seperti ini juga.

      Hapus
  3. Di Sumedang ada Gunung Kunci bekas benteng belanda... hehehehehehe :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Boleh juga tuh dimasukkan ke dalam list tempat wisata yang akan di kunjungi.

      Hapus
  4. Jika masih ada orang tua sebaiknya memang mudik ya Mas
    Salam hagat dari Jombang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, harusnya begitu pak. Kasihan orangtua yang selalu menunggu kedatangan anaknya setiap menjelang puasa, lebih-lebih lagi mendekati waktu lebaran.

      Hapus
  5. Mudaiknya tahun depan aja bareng saya,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Boleh-boleh, semakin seru kalau mudik ada yang nemanin.

      Hapus
  6. mudik selalu tiap tahun, sedih rasanya kalo nggak mudik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe... rindu sama keluarga di kampung halaman ya.

      Hapus
  7. kalo saya gimana pun kondisinya harus tetep mudik karena sesuai dengan poin nomer 4, mengisi semangat baru, pernah kehabisan tiket promo maka harus beli tiket dengan harga 2 kali lipat, tapi nikmatnya mudik memang tak bisa tergantikan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berarti sudah merupakan kewajiban yang gak boleh ditinggalkan ya Mbak dan gak peduli lagi dengan harga tiket yang kadang melonjak 2 kali lipat saat mendekati hari lebaran.

      Hapus
  8. budaya mudik lebaran memang untuk yang ngga sempat karena sibuk mah jangan maksain juga kali...pulang kampungnya lain waktu juga ngga apa-apa kok

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, seharusnya begitu. Tapi khusus di Indonesia selalu tidak mau ketinggalan juga untuk mudik.

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...