Senin, 11 Mei 2015

Mengenal Lebih Dekat Pasar Lambocca, Salah Satu Pasar Ter-Sejahtera di Indonesia


Admin Kompasiana & Kompasianer Sulsel, Dok. Ambae Exe
Dua minggu yang lalu, atau lebih tepatnya Senin tanggal 27 April 2015, aku kembali melakukan perjalanan jauh dan yang pertama di tahun 2015. Perjalanan kali ini kembali mengingatkanku akan pengalaman setahun lalu, di mana untuk pertama kalinya aku melakukan perjalanan jauh keluar daerah. Namun bedanya dalam perjalanan tahun ini aku tidak sendirian, karena ada beberapa teman yang ikut dalam tur. 

Bagi saya pribadi, perjalanan kali ini terbilang spesial karena di sponsori oleh Kompasiana yang bekerja sama dengan Yayasan Danamon Peduli dan kolega. Bahkan dalam tur ini turut pula admin Kompasiana, yakni mas Kevin Anandhika Legionardo dan Dieki Setiawan. Kedua admin tersebut tak hanya sekadar menemani, tapi sekaligus mengkomandoi saya dan teman-teman warga Kompasiana, khususnya Kompasianer wilayah Makassar.
 
Selain terasa spesial, perjalanan kali ini juga bukanlah sekadar jalan-jalan biasa, seperti halnya yang sering dilakukan kebanyakan orang ketika menjelang akhir pekan atau hari libur tiba. Kali ini di kemas dan dirancang sedikit berbeda dari perjalanan biasanya, karena bertepatan dengan hajatan besar Yayasan Danamon Peduli yang bertajuk “Jelajah Pasar Rakyat Nusantara”.

Dok. Heriyanto Rentalino
Untuk sekadar di ketahui, hajatan ini merupakan bagian dari program Yayasan Danamon Peduli dalam melestarikan keberadaan pasar rakyat (pasar tradisional). Bahkan Yayasan Danamon Peduli juga menjalin kerja sama dengan pemerintah dan turut aktif berpartisipasi dalam merevitalisasi pasar rakyat. Tak hanya itu saja, untuk menghasilkan kinerja yang terarah dan maksimal, Danamon Peduli memberi nama programnya “Pasar SEJAHTERA (Sehat, Hijau, Bersih, dan Terawat)”. 

Dok. Pribadi
Melalui program tersebut,Yayasan Danamon Peduli mengajak masyarakat (pedagang) untuk menjadi agen perubahan, khususnya pasar yang telah di pilih. Sebagai bentuk dukungan, khususnya di bidang fisik, Danamon Peduli mencoba mengembangkan unit-unit percontohan yang nantinya bisa di aplikasikan secara luas, khususnya dalam mewujudkan Pasar Sehat sesuai standar Kementerian Kesehatan.

Tahun ini, program Pasar SEJAHTERA telah memasuki usia yang ke-5 dan Yayasan Danamon Peduli kembali menggelar hajatan besar yang bertajuk “Jelajah Pasar Rakyat Nusantara”. Untuk hajatan kali ini, Danamon Peduli memutuskan akan melaksanakan acara tersebut di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, atau lebih tepatnya di Pasar Lambocca. 
Suasana Pagi Hari Saat Festival Pasar Rakyat, Dok. Enal Wahana Latambaga
Bagi saya, Pasar Lambocca bisa di bilang sebagai salah satu pasar yang unik di Indonesia. Mengapa? Karena pasar ini terlihat rapi, bersih dan hijau. Tak hanya itu saja, jika anda berkunjung ke pasar ini jangan heran bila tidak menemukan sampah yang bertebaran, sebagaimana image sekaligus momok yang kental melekat pada pasar-pasar tradisional yang ada di seluruh pelosok negeri ini.

Jujur saja, saya yang sudah mengenal sedikit pasar ini sejak tahun lalu ketika mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) merasa takjub akan kehadiran pasar ini. Dari banyaknya pasar yang sudah saya kunjungi, baik selama kuliah di Makassar, sewaktu berlibur di Jakarta dan Depok (2011 & 2012), serta Surabaya (2009) belum pernah menemukan pasar tradisional yang tingkat kebersihan, kerapihan, keramahan dan keamanannya seperti di Pasar Lambocca.

Keadaan Pasar Yang Terlihat Bersih, Dok. Pribadi
Hadirnya Pasar Lambocca yang begitu unik serta tertata rapi, hijau, bersih dan terawat menjadi nilai plus bagi Kabupaten Bantaeng. Di sisi lain, hal ini semakin menambah kuat image Kabupaten Bantaeng yang selama ini terkenal akan kebersihannya. 

Seperti tema yang di angkat, yakni “Jelajah Pasar Rakyat Nusantara” atau “Festival Pasar Rakyat Lambocca”, maka sudah bisa pastikan masyarakat Bantaeng tidak akan ketinggalan untuk turut serta meramaikan acara ini. Dan benar saja, warga berbondong-bondong datang ke acara festival untuk meramaikan acara tersebut. Sedangkan di satu sisi, terselip pula keinginan untuk melihat langsung dengan pemimpin mereka (Bapak Nurdin Abdullah) yang telah di anggap sebagai seorang tokoh pembawa perubahan di Kabupaten Bantaeng.
Bupati Bantaeng dan Rombongan, Dok. Pribadi
Bukan hanya itu saja, ada juga yang datang secara khusus untuk mengikuti perlombaan, seperti lomba lukis tong sampah antar SMA/SMK, lomba karaoke, bazar kuliner khas Bantaeng, pameran batu /cincin dan produk lokal lainnya, serta lomba memasak dengan peserta perwakilan PKK tiap kecamatan dan Pedagang Pasar Lambocca. Bahkan ada yang datang untuk menyaksikan panggung hiburan, ada pula yang penasaran dengan Chef Bara Pattiradjawane. Tak ketinggalan juga hadir beberapa orang dari Komunitas Pecinta Kopi.
Lomba Lukis Tong Sampah, Dok. Heriyanto Rentalino
Pameran Produk Lokal, Dok. Pribadi


Peserta Lomba Memasak, Dok. Pribadi
Chef Bara Pattiradjawane, Dok. Pribadi
Selain rangkaian beberapa perlombaan di atas, terdapat juga beberapa rangkaian acara lainnya, yakni penghijauan pasar serta gerakan satu pedagang satu biopori. Setelah itu rangkaian acara di lanjutkan dengan meresmikan bagian “Los Basah” Pasar Lambocca yang telah dikembangkan oleh Yayasan Danamon Peduli sebagai salah satu Unit Percontohan Pasar Sejahtera.
Demo Pemasangan Biopori, Dok. Heriyanto Rentalino
Peresmian Los Basah, Dok. Anugerah Oetsman
Aktivitas di Los Basah, Dok. Pribadi
Dok. Anugerah Oetsman
Setelah acara peresmian Los Basah usai, rangkaian acara kembali dilanjutkan. Kali ini acaranya berupa talksow (dalam bahasa Bantaeng di sebut Accarita) santai. Dalam acara talksow/accarita santai ini, di pandu oleh Ari Parikesit (Pemerhati Kuliner sekaligus relawan yang setia pada Pasar Rakyat) dengan menghadirkan dua narasumber, yaitu Bupati Bantaeng Prof. Dr. Ir. HM Nurdin Abdullah M.Agr dan pak Handoko Hendroyono (Pekerja Kreatif) yang merupakan seorang produser film, salah satunya Film Filosofi Kopi.


Accarita / Talkshow Santai, Dok. Pribadi
Adapun tema yang di angkat dalam talksow santai ini, yakni “Menghidupkan Pasar Rakyat dengan Kreatifitas”. Tema ini di angkat mengingat keberadaan pasar tradisional secara perlahan-lahan mulai tersingkirkan. Hal ini bisa kita lihat dengan menjamurnya pusat perbelanjaan yang di sertai dengan hadirnya supermarket, di mana sudah menyediakan barang-barang kebutuhan sehari-hari, bahkan tak ketinggalan yang biasanya kita jumpai di pasar rakyat pun telah ada di supermarket.

Sesuai tema yang di angkat, ada satu hal yang saya perhatikan dan temukan di Bantaeng, yakni tidak ada satu pun terlihat supermarket seperti di daerah lain. Di mana seperti kita ketahui selama ini, terdapat sebuah semboyan baru yang isinya kurang lebih seperti ini : “Di mana ada Indomaret di situ pasti ada Alfamart, begitu pun sebaliknya”.

Sebelum rangkaian acara benar-benar berakhir, tibalah waktu yang di tunggu sekaligus mendebarkan bagi peserta lomba. Apalagi kalau bukan pengumuman hasil lomba sekaligus pemberian hadiah kepada peserta yang terpilih sebagai pemenang.
Pemenang Lomba Lukis Tong Sampah Antar SMA, Dok. Pribadi
Pemenang Lomba Masak Ala Pedagang Pasar, Dok. Pribadi
Pemenang Lomba Masak Ala Ibu-Ibu PKK, Dok. Pribadi
Terakhir sekaligus penutup, terima kasih saya ucapkan kepada Danamon dan Kompasiana yang telah menjadikan perjalanan saya kali ini menjadi perjalanan yang spesial. Di sisi lain, akhirnya saya bisa mengenal lebih dekat Pasar Lambocca yang merupakan salah satu Pasar Ter-sejahtera di Indonesia.

Di tulis di Makassar tanggal 9 Mei 2015

18 komentar:

  1. Alhamdulillah.. Di antara banyaknya pasar modern yang cenderung mematikan pasar tradisional, ternyata ada ya pasar yang keren kayak gini.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, ternyata ada juga daerah yang mempertahankan pasar tradisional yang mereka miliki dan menatanya dengan seindah mungkin sehingga terlihat rapi dan bersih.

      Hapus
  2. Rapi ya pasanya..kalau harganya gimana? apa bersahabat dengan kantong?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, harga-harga masih bersahabat juga dengan kantong karena apa yang di jual kebanyakan hasil alam di sana.

      Hapus
  3. Pasarnya bersiihh..los basah kan biasanya identik dengan becek..semoga selalu dijaga kebersihannya... Kan nyaman kalau belanja di tempat bersih^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar bangad, saya juga kaget pas lihat los basah semuanya bersih dan tidak bau.

      Hapus
  4. acara beginian ini yg seru, biasanya kalo ada acara semacam ini dikotaku pasti aku ngacir berangkat duluan biar bisa puas lihat sana sininya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe... langsung paling depan ya dan gak mau kalah sama masyarakat lain.

      Hapus
  5. Assalamualaikum mas Arief.. Salam kenal...
    Pasar tradisional masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia saat ini. Sebab ada beberapa item yang belum bisa dijual lewat minimarket seperti indo dan alfamart, misal: ikan asin, tempe busuk, sayuran... tul kan mas?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Walaikum salam warahmatullahi wabarakatuh dan salam kenal juga.
      Setuju Mba Rollya Karaman, yang mba sebutkan di atas belum ditemukan alias di jual di supermarket.

      Hapus
  6. Ee itu pasar tanpa atapkah?
    Kok ada yang jualan di bawah pohon gitu?
    Apa ada pembagian tempat gitu yaa?
    Kalau ujan sih kasihan yaak :((

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pake atap mas Wahyu, ada yang dalam bentuk los dan ada juga yang bentuk kaya di foto peserta ibu-ibu memasak.

      Untuk yang di bawah pohon itu sebenarnya di peruntukkan untuk penghijauan, tapi masyarakat ada yang memanfaatkannya untuk jualan di situ di hari festival pasar karena losnya lagi di gunakan untuk lomba memasak.

      Hapus
    2. Oalah... Kan kasihan kalau keujanan...
      Kotor nggak mas pasarnya? Limbah terbuang baikkan? Haha

      Hapus
    3. Gak kehujanan kok mas Wahyu.
      Pasarnya bersih kok. Di pasar udah ada tukang bersih-bersih juga dan di sediakan truk sampah juga.

      Hapus
  7. keren pengalamannya, sangat menarik. Enak sekali jalan-jalannya disponsori oleh Kompasiana dan Yayasan Danamon peduli. Pasarnya bagus sekali, biasanya pasar tradisional memang penuh dengan sampah yang berserakan dimana-mana, tapi itu pasarnya bagus dan bersih, tentunya membuat pengunjung betah berlama-lama menjelajahi pasar lambocca :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah mas Aldi, perjalanan kali ini yang mensponsori. Saya sendiri betah berjalan-jalan di sana mas.

      Hapus
    2. Pasarnya buersih n tertata...klo jd emak2 pasti betah ke sana

      Hapus
    3. Biar bukan yang emak-emak juga pada betah ke sana untuk berbelanja.

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...