Menulis Untuk Keabadian |
“Orang boleh pandai
setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam
masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Pramoedya
Ananta Toer
Menulis merupakan salah satu kegiatan
yang unik, membahagiakan, serta menyenangkan. Bahkan bagi mereka yang terbiasa
menulis, menganggapnya sebagai obat yang mujarab untuk menyalurkan ide yang
telah lama mengendap dan memenuhi isi kepala.
Di sisi lain, menulis juga bisa
dijadikan sebagai alternatif untuk berkarya dan akan tetap abadi sampai
generasi sesudah kita. Melalui tulisan kita bisa ikut bersuara tanpa harus
berteriak-teriak di bawah terik matahari. Kita bisa membuat perubahan hanya
lewat tulisan. Segala belenggu yang selama ini berkecamuk dan membuat kram
kepala bisa terlepas saat di tuangkan ke dalam tulisan.
Melalui tulisan, kita bisa berbagi
kepada sesama walaupun tidak mengenal satu sama lain. Mengapa? karena tulisan
juga bisa menjadi sarana untuk berbagi, memupuk silaturahim, dan mempererat
rasa persaudaraan. Sadar atau tidak, melalui tulisan kita bisa menaburkan benih
kebaikan demi kebaikan dan suatu saat nanti akan berubah aliran pahala ketika
sudah tiada.
Bagi seorang penulis, menulis bisa
membuat ide-ide yang melintas dalam pikiran menjadi hidup dan memiliki roh. Tak
jarang kita temukan mereka yang menganggap menulis adalah suatu hal yang tak
bisa dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Ibarat sebuah penyakit, menulis
sudah seperti "virus" yang mematikan, yang mana telah
menggerogoti dan menyerang tanpa ampun.
Namun, virus menulis bukanlah seperti
virus kebanyakan yang sering kita lihat. Mengapa? Karena bagi mereka yang
tertular virus ini pada akhirnya hanya akan merasakan kebahagiaan. Bahkan tak
jarang yang merasa menyesal karena tidak tertular sejak dulu.
Kok bisa! Ya pasti bisa, karena virus
ini membuat siapa saja yang terjangkiti menjadi ketagihan. Bukan hanya
obat-obatan saja seperti narkoba loh yang membuat ketagihan alias kecanduan.
Menulis juga bisa membuat kita merasakan efek seperti pengaruh
obat-obatan.
Kadangkala ketika rasa sakau untuk
menulis sudah datang, jari jemari pun tidak ingin berhenti menuliskan apa yang
sedang terlintas dalam pikiran. Begitu pula dengan diriku yang tidak ingin
beranjak dari depan laptop atau pun komputer.
Seperti inikah rasanya terserang "Virus"
menulis? Entahlah!
Makassar, 4 Maret 2015
virus menulis. perumpamaan yg sepadan ketika sedang giat-giatnya keinginan utk terus menulis. ayo sebarkan virus menulis..
BalasHapusOk. Siap untuk di sebarkan.
HapusSemngat jangan sampai kena vaksin nanti virusnya ilang hahaha
BalasHapusWkwkwkwk... vaksinnya harus di musnahkan jauh-jauh, bila perlu di kubur dalam-dalam agar virus menulis tetapi abadi bertahan dalam diri.
Hapusterus menulis....semangat ^^
BalasHapushal positif kan ^^
nikmatilah ^^
Insya Allah selalu hal positif yang di tulis. Tetap berpegang pada komitmen untuk bisa berbagi kepada sesama walaupun dalam bentuk sebuah tulisan.
HapusSetujuh!!! Menulis juga bisa menghilangkan kegalauan
BalasHapusIya, gak salah lagi tuh. Malah menulis bisa sebagai tempat untuk refreshing diri.
Hapusvirus baisanya mduah sekali menyebar, akibatnay menulis menjadi semanagat tersendiri bahkan bisa membuat orang lain ikut kena virus menulis
BalasHapusVirus yang patut di sebarkan bu Tira Soekardi pada orang lain.
Hapusvirus yang dicari ini sepertinya :D
BalasHapusSepertinya begitu. Jika biasanya orang akan takut terkena virus, namun untuk urusan yang satu ini malah membuat orang akan semangat dan berharap terserang virus menulis sejak kecil. Hehehe...
HapusSalam
alhamdulillah mas kalau kena virus dan udah sakau menulis. jangan seperti saya yang males nulis, nggak ada inspirasi... hehe
BalasHapusHehehe.... nanti juga inspirasinya bakalan datang dengan sendirinya mba.
Hapuswah berarti virus ini sangat diperlukan ya
BalasHapusnice share
salam kenal n sekalian izin follow ya
follow back jika berkenan
Bukan cuma di perlukan saja, tapi menjadi bagian dari kebutuhan. Salam kenal juga. Terima kasih untuk kunjungannya.
HapusSiap menuju lokasi TKP.